top of page

Sejarah Indonesia

Sudan Belum Merdeka Benderanya Sudah Berkibar Di

Sudan Belum Merdeka, Benderanya Sudah Berkibar di KAA

Tak kunjung mengirimkan benderanya, panitia KAA nekat mendesain sendiri bendera Sudan untuk dikibarkan di depan Gedung Merdeka.

20 April 2015

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Bendera negara-negara peserta KAA berkibar di bandara Kemayoran Jakarta. Perhatikan bendera berwarna putih bertuliskan Sudan. Bendera ini dibuat panitia Sekretariat Bersama karena Sudan belum memiliki bendera resmi. Foto: dok. Roeslan Abdulgani.

BEBERAPA minggu sebelum Konferensi Asia Afrika dimulai, Sekretariat Bersama memerlukan bendera-bendera negara peserta untuk dikibarkan di berbagai tempat, dari lapangan udara, jalan raya, sampai gedung-gedung. Ketika semua negara peserta sudah mengirimkan benderanya, Sudan belum juga memberikan benderanya, sekalipun diminta berkali-kali melalui kawat (telegram).


“Rupanya karena Sudan belum merdeka penuh, maka mereka belum mempunyai bendera nasional. Akhirnya kita putuskan saja untuk mengibarkan sebuah bendera putih dengan tulisan Sudan warna merah di tengah-tengahnya,” kata Roeslan Abdulgani, sekretaris jenderal KAA, dalam The Bandung Connection. Sekretariat Bersama memberitahukan keputusan tersebut melalui telegram ke pemerintah Sudan di ibukota Khartum.


Ali Sastroamidjojo, ketua KAA sekaligus perdana menteri Indonesia, terperanjat waktu mengetahui keputusan Sekretariat Bersama tersebut. Dia menegur Roeslan dan mengingatkan bahwa pemerintah Sudah tentu akan tersinggung.


“Sebab menentukan bendera nasional adalah atribut pokok dari bangsa itu sendiri. Bukan dari Joint Secretariat (Sekretariat Bersama, red). Emosi bangsa terhimpun dan tersimpan di dalamnya. Seperti halnya dengan Lagu Kebangsaannya,” tegas Ali.


“Saya agak ngeri juga mendengarkan teguran Pak Ali Sastroamidjojo ini,” kata Roeslan.

Roeslan akhirnya bisa bernapas lega. Sekretariat Bersama menerima balasan dari pemerintah Sudan yang menyetujui bendera buatan panitia itu. “Selama konferensi, Sudan mengibarkan bendera ‘ciptaan’ kita,” kata Roeslan.


Rosihan Anwar, wartawan yang meliput KAA, melihat langsung bendera Sudan yang beda dari negara-negara lain. Bendera negara-negara peserta berkibar di Jalan Asia Afrika Bandung.


“Sebuah negara Afrika yang baru merdeka, Sudan, belum punya bendera sendiri, tetapi sekjen konferensi Roeslan Abdulgani tidak kehabisan akal. Ia bikin bendera sendiri untuk Sudan, sehelai kain putih yang bertulisan Sudan,” catat Rosihan dalam Sejarah Kecil “petite histoire” Indonesia Volume 2.


Sudan menghadiri KAA dalam status negara merdeka tapi belum sepenuhnya. Hal ini dikemukakan ketua delegasi Sudan, Perdana Menteri Sayed Ismail El Azhari, dalam sambutannya, “Lebih dari limapuluh tahun, Sudan berada di bawah kekuasaan asing dan belum lama, benar-benar lepas dari genggamannya…konferensi ini menjadi upaya pertama kami menjalankan kedaulatan dan kemerdekaan kami di luar negeri.”


Bendera kebangsaan Sudan baru dikibarkan dalam upacara kemerdekaan pada 1 Januari 1956, dikerek langsung oleh Sayed Ismail El Azhari.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
NU Mengamankan Benteng Pertahanan

NU Mengamankan Benteng Pertahanan

NU selalu bertahan dalam pemerintahan demi mengamankan benteng pertahanannya: Kementerian Agama.
Gelar Pahlawan Presiden Soeharto

Gelar Pahlawan Presiden Soeharto

Rencana penobatan Soeharto sebagai pahlawan nasional menimbulkan diskursus masyarakat. Ada yang mendukung, tetapi juga banyak yang menolak.
Badan-Badan Otonom NU

Badan-Badan Otonom NU

Nahdlatul Ulama memiliki badan-badan otonom dalam berbagai bidang untuk menandingi gerakan organisasi-organisasi massa PKI.
Dari Gas hingga Listrik

Dari Gas hingga Listrik

NIGM adalah perusahaan besar Belanda yang melahirkan PLN dan PGN. Bersatunya perusahaan gas dan listrik tak lepas dari kerja keras Knottnerus di era Hindia Belanda.
Pangku yang Memotret Kehidupan Kaum Pinggiran

Pangku yang Memotret Kehidupan Kaum Pinggiran

Film perdana Reza Rahadian, “Pangku”, tak sekadar merekam kehidupan remang-remang lewat fenomena kopi pangku. Sarat pesan humanis di dalamnya.
bottom of page