top of page

Sejarah Indonesia

Advertisement

Sukarno Bikin Pelat Nomor Sendiri

Sukarno meminta pelat nomor REP 1 ditolak kepala polisi lalu lintas. Sukarno pun membuat sendiri pelat nomor itu.

14 Feb 2023

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Presiden Sukarno duduk di mobil dengan pelat nomor REP 1 disambut masyarakat. (Perpusnas RI).

Pelat nomor kendaraan RI 1 tentu tak asing bagi masyarakat Indonesia. Itu pelat nomor mobil presiden Republik Indonesia. Ternyata, pelat nomor mobil presiden pertama bukan RI 1. Menariknya, Presiden Sukarno membuat sendiri pelat nomor untuk mobilnya.

Mangil Martowidjojo, komandan pengawal pribadi Sukarno, dalam Kesaksian Tentang Bung Karno 1945–1967 menceritakan bahwa ia diperintahkan Sukarno untuk meminta pelat nomor mobil kepada kepolisian lalu lintas Yogyakarta pada 1946 saat pemerintahan dipindahkan dari Jakarta ke Yogyakarta.


“Saya waktu itu menghadap Kepala Polisi Lalu Lintas Soenarjo untuk meneruskan permintaan presiden,” kata Mangil.


Sukarno meminta kepolisian lalu lintas Yogyakarta menyediakan pelat nomor dengan huruf REP 1 untuk mobil merek Buick yang dibawa dari Jakarta. Pelat nomor tersebut sebagai penanda kendaraan presiden saat menjalani aktivitas kenegaraan maupun kegiatan-kegiatan resmi lainnya.



Sayangnya, permintaan Sukarno untuk mendapatkan pelat nomor REP 1 tidak dikabulkan oleh Kepala Polisi Lalu Lintas Soenarjo. “Permintaan presiden tidak dapat dikabulkan oleh Soenarjo dengan penjelasan tidak ada di dalam undang-undang dan peraturan lalu lintas,” kata Mangil.


Setelah mendengar penjelasan Soenarjo, Mangil kembali ke Istana untuk melaporkannya kepada Sukarno. Usai mendengar laporan Mangil, Sukarno pun memutuskan untuk membuat sendiri pelat nomor REP 1. Ia memerintahkan sopirnya, Arief, untuk membuat pelat nomor itu.


Pelat nomor REP 1 kemudian dipasang di mobil Buick pada bagian depan dan belakang. Mangil menyebut pelat nomor istimewa ini selalu menyertai mobil Bung Karno yang digunakan dalam perjalanan resmi dalam kota Yogyakarta dengan dikawal polisi lalu lintas anak buah Soenarjo. Tak hanya itu, dalam perjalanan ke luar daerah Yogyakarta, mobil Bung Karno juga selalu memakai pelat nomor REP 1.



Selain mobil Buick, ada juga mobil lain yang tersedia untuk tugas kenegaraan. Salah satunya mobil pinjaman dari Sri Paku Alam untuk keperluan Istana. Mangil menyebut mobil tersebut diberi nama Tenno Heika oleh petugas di Istana. Selain itu, ada pula mobil lain yang bercat hitam dan digunakan untuk keperluan para pejabat tinggi di Yogyakarta.


Salah satu mobil yang ada di Istana juga pernah digunakan oleh Sutan Sjahrir yang pernah menjabat sebagai perdana menteri di masa awal kemerdekaan. “Mobil merek De Soto ini pernah dipakai Pak Makmur, pengawal Bung Sjahrir sewaktu Bung Sjahrir pergi dari Jakarta ke Yogya,” sebut Mangil.



Sementara itu, dalam Kisah Istimewa Bung Karno disebutkan, selain mobil Buick, mobil Chrysler Crown Imperial juga dipasangi pelat bernomor polisi Indonesia 1. Mobil pemberian Raja Arab Saudi itu menjadi saksi peristiwa penggranatan di Cikini pada 30 November 1957.


Di samping itu, ada pula mobil Lincoln Cabriolet yang juga kerap digunakan Sukarno dalam menjalankan tugas kenegaraan. Mobil itu pernah dinaiki para pemimpin dunia, seperti Presiden Yugoslavia Josip Broz Tito, Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru, Perdana Menteri Tiongkok Zhou Enlai, dan Presiden Vietnam Ho Chi Minh saat berkunjung ke Indonesia.


Seiring berjalannya waktu, tak hanya mobil dinas kepresidenan yang berganti, tetapi juga pelat nomornya, dari REP 1 yang dibuat sendiri oleh Sukarno menjadi RI 1.*

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian

Advertisement

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy masuk militer karena pamannya yang mantan militer Belanda. Karier Tedy di TNI terus menanjak.
Alex Kawilarang Menolak Disebut Pahlawan

Alex Kawilarang Menolak Disebut Pahlawan

Alex Kawilarang turut berjuang dalam Perang Kemerdekaan dan mendirikan pasukan khusus TNI AD. Mantan atasan Soeharto ini menolak disebut pahlawan karena gelar pahlawan disalahgunakan untuk kepentingan dan pencitraan.
Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Tan Malaka pertama kali menggagas konsep negara Indonesia dalam risalah Naar de Republik Indonesia. Sejarawan mengusulkan agar negara memformalkan gelar Bapak Republik Indonesia kepada Tan Malaka.
Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Hubungan diplomatik Indonesia dan Belgia secara resmi sudah terjalin sejak 75 tahun silam. Namun, siapa nyana, kemerdekaan Belgia dari Belanda dipicu oleh Perang Jawa.
Prajurit Keraton Ikut PKI

Prajurit Keraton Ikut PKI

Dua anggota legiun Mangkunegaran ikut serta gerakan anti-Belanda. Berujung pembuangan.
bottom of page