top of page

Sejarah Indonesia

Tiara Penolak Bala

Tiara Penolak Bala

Perhiasan bertabur rubi yang konon untuk mengusir kesialan, dikenakan Ratu Elizabeth II saat bersua Donald Trump

12 Juni 2019

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Ratu Elizabeth II (kanan) yang mengenakan Tiara Rubi Burma saat menjamu Presiden Amerika Serikat Donald Trump. (royal.uk).

SEPEKAN belakangan warganet lintas benua riuh berceloteh soal tiara yang dipakai Ratu Inggris Elizabeth II saat menjamu Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Istana Buckingham, 4 Juni 2019. Pada gala makan malam kenegaraan itu Ratu Elizabeth II mengenakan tiara rubi merah.


Tiara Burma sebutan resminya. Tiara berhias puluhan rubi merah asal Burma (kini Myanmar) itu dianggap warganet di linimasa Twitter punya makna tersembunyi, yakni untuk mengusir setan dan bala, merujuk pada Trump, sosok yang kontroversial.


Helen Rose, salah satu warganet, mengungkit mitos bahwa batu rubi bagi masyarakat Burma adalah perhiasan penolak bala dan sial. “Ratu Elizabeth adalah pahlawan. Tiara yang menghiasi kepalanya terbuat dari 96 batu rubi yang dihadiahkan padanya saat pernikahannya dari rakyat Burma untuk mengusir bala dan penyakit. Saya mengaguminya karena skill-nya menghina Trump lewat perhiasan,” kicaunya dengan akun @helenjrose. 


Kicauannya hanya satu dari sekian banyak warganet yang berkomentar sumbang. Tapi, apa benar Ratu Elizabeth punya pesan terselubung lewat tiara yang dipakainya saat bersua Trump?


Kado Pernikahan


Tiara Burma itu merupakan modifikasi dua dari sekian kado pernikahan Elizabeth II dengan Philip Mountbatten pada 20 November 1947. Mengutip Lynne Bell, Arthur Bousfield dan Garry Toffoli dalam Queen and Consort: Elizabeth and Philip: 60 Years of Marriage, dua hadiah itu berupa kalung emas berhias 69 batu rubi merah persembahan rakyat Burma dan tiara berlian dari Mir Osman Ali Khan, nizam (penguasa) Negara Bagian Hyderabad.


Saat pernikahan itu, Burma masih menjadi koloni Inggris dan dipimpin Laksamana Lord Louis Mountbatten sebagai penguasa militernya dengan gelar 1st Earl Mountbatten of Burma. Louis merupakan paman Philip. Untuk merayakan pernikahan Elizabeth II dan Philip, Louis menggelar pesta makan malam di mansionnya di Broadlands, setelah di siang harinya dihelat di Westminster Abbey.


Elizabeth II menyapa rakyat Inggris pasca-prosesi pernikahan. (Repro Queen and Consort).
Elizabeth II menyapa rakyat Inggris pasca-prosesi pernikahan. (Repro Queen and Consort).

"Jumlah (rubi) dengan angka 96 memiliki relevansi yang menarik; menurut cerita orang Burma, tubuh manusia dihantui 96 penyakit dan setiap rubinya merupakan penangkalnya. Entah magisnya masih bekerja saat hadiah pernikahan itu dibongkar atau tidak, masih belum diketahui, meski tentunya tindakan itu berlawanan dengan awal makna saat diberikan," tulis Diane Morgan dalam Fire and Blood: Rubies in Myth, Magic, and History.


Sementara, berlian-berlian hiasan pendampingnya diambil dari tiara berlian buatan Cartier, perusahaan pembuat perhiasan ternama dunia, pemberian Mir Osman Ali Khan. Kala itu Osman memberi tiga hadiah sekaligus yang hingga kini masih utuh: tiara berlian, kalung berlian, dan bros berlian.


Setelah naik takhta, Elizabeth II memadukan keduanya pada 1973. Pengerjaannya dipercayakan pada Asprey & Garrard Ltd (kini Garrard & Co.), perusahaan desain perhiasan langganan kerajaan.


Tiaranya dibuat dengan bahan platinum berhias ukiran motif mawar tudor yang gemerlap dengan sejumlah bubuhan berlian dari Omar. Tiara itu kemudian ditambahkan 96 rubi merah Burma untuk membuat makin elegan dan kemewahannya kian mencolok.


Kalung Rubi Ratu Elizabeth II persembahan rakyat Burma (Foto: Repro Queen and Consort)
Kalung Rubi Ratu Elizabeth II persembahan rakyat Burma (Foto: Repro Queen and Consort)

Memang, mulanya rubi-rubi itu diyakini orang Burma untuk menangkal bala. Namun sepertinya, takhayul itu tak dipercaya Ratu Elizabeth II. Dalam menjamu Trump pun bukan kali pertama ia mengenakan tiara itu. Saat menjamu (mendiang) Presiden Korea Selatan Roh Moo-hyun tahun 2004, ia pun mengenakannya.


"Perhiasan dipakai sebagai bentuk penghormatan, bukan penghinaan; perhiasan dikenakan untuk membangun dan menjembatani persahabatan, bukan menghancurkannya. Bukan niat sang Ratu untuk membuat kontroversi. Enam dekade pemerintahannya digulirkan menghindari kontroversi sebisa mungkin dan selalu berusaha bersikap netral (soal politik)," sebut pakar perhiasan kerajaan Ella Kay, dikutip Town & Country, 4 Juni 2019.





Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
Anak Tawanan Itu Bernyanyi “Nina Bobo”

Anak Tawanan Itu Bernyanyi “Nina Bobo”

Sukses sebagai penyanyi di Belanda, Anneke Gronloh tak melupakan Indonesia sebagai tempatnya dilahirkan.
Pangku yang Memotret Kehidupan Kaum Pinggiran

Pangku yang Memotret Kehidupan Kaum Pinggiran

Film perdana Reza Rahadian, “Pangku”, tak sekadar merekam kehidupan remang-remang lewat fenomena kopi pangku. Sarat pesan humanis di dalamnya.
bottom of page