top of page

Sejarah Indonesia

Advertisement

Tujuh Gempa Lombok dalam Catatan Sejarah

Menilik catatan sejak era kolonial, mesti diakui bahwa Lombok termasuk wilayah rawan gempa laiknya Sumatera dan Papua.

5 Agu 2018

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Sebuah bangunan masjid di Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara, ikut rubuh bersama beberapa bangunan lainnya akibat gempa di Lombok, Minggu (5/8/2018) dengan magnitudo 7,0 Skala Richter/Foto: Twitter @Sutopo_PN (Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB)

IBU pertiwi tengah menangis. Jelang ulangtahunnya yang ke-73 dan pesta olahraga  Asian Games XVIII, Indonesia dibuat sesenggukan oleh bencana gempa bumi dahsyat yang melanda Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), Minggu (5/8/2018), sekira pukul 19.46 WITA.


Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), titik gempa berada di 18 kilometer (km) barat laut Kabupaten Lombok Timur pada kedalaman 15 km. Guncangan yang mencapai 7,0 Skala Richter (SR) turut merobohkan ribuan bangunan dan memicu tsunami kecil.


Hingga tulisan ini diturunkan, menurut data Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di laman bnpg.go.id, gempa tersebut sudah menelan 91 orang tewas dan 209 lainnya luka-luka. Gempa disebutkan sebagai gempa utama dari aktivitas Sesar Naik Flores yang dimulai sejak 29 Juli 2018, di mana turut mengguncang permukaan bumi dengan magnitudo 6.4 SR.


Gempa kali ini menjadi gempa kesekian yang terjadi di Pulau Lombok sejak akhir abad ke-19. Menurut catatan historis, gempa tektonik kali ini merupakan yang terbesar. Berikut rangkuman saptapetaka atau tujuh gempa Lombok yang pernah terjadi dengan kekuatan di atas 6,0 SR:


Gempa Lombok, 25 Juli 1856


Gempa ini gempa tektonik pertama yang tercatat dalam literatur era kolonial, tepatnya pada 1918, berupa disertasi Arthur Wichmann dari Koninklijke Nederlandse Akademie van Wetenschappen (KNAW) bertajuk The Earthquakes of the Indian Archipelago until the Year 1857.


Wichmann mencatat bahwa gempa besar terjadi di Lombok, tepatnya di Labuan Tereng, pada 25 Juli 1856. Gempa itu juga memicu gelombang tsunami yang menghantam pesisir Ampenan di Mataram. Sayangnya, catatan itu tak menyebutkan berapa kekuatan gempa dan tinggi gelombang tsunaminya.


Gempa Lombok, 21-24 Desember 1970


Data USGS turut mencatat, Kota Praya di Pulau Lombok juga diguncang dua gempa besar pada 21 dan 24 Desember 1970. Pada 21 Desember, gempa berkekuatan 6,0 SR dan berpusat di kedalaman 75 km itu mengguncang perairan di selatan Lombok.


Pada 24 Desember, letak pusat gempanya di kedalaman 70 km dan kekuatannya 5,6 SR. Namun, tak ada korban tewas akibat dua gempa tersebut.


Gempa Lombok, 28 Mei 1972.


USGS kembali mencatat, getaran gempa berpusat di 262 km selatan Praya pada 28 Mei 1972. Kekuatannya mencapai 6,3 SR dengan kedalaman 15 km. Tak ada korban jiwa akibat bencana ini. Hanya beberapa bangunan runtuh akibat guncangannya yang terbilang besar namun tak memicu tsunami.


Gempa Lombok, 10 April 1978


Menurut catatatan BMKG, gempa pada 10 April 1978 ini berpusat di 297 km selatan Praya dan berkekuatan 6,7 SR. Gempa tak menimbulkan korban jiwa. Gempa yang berada di kedalaman 19 km ini hanya menimbulkan sejumlah bangunan rusak parah namun tidak memicu tsunami.


Gempa Lombok, 30 Mei 1979


Sebanyak 37 orang dilaporakan tewas, menurut data BMKG, dalam bencana gempa berkekuatan 6,1 SR. Selain itu, sejumlah rumah dan bangunan rusak berat.


Gempa Lombok, 1 Januari 2000


BMKG mendata bahwa gempa Lombok di tahun baru itu merusak sekitar 2000 rumah. Pun begitu, gempa bermagnitudo 6,1 SR itu tak menelan korban jiwa dan memicu potensi tsunami.


Gempa Lombok, 9 Juni 2016


Menurut data USGS, gempa berkekuatan 6,2 SR di 284 km selatan pesisir Kute pada kedalaman 19 km tersebut melukai sembilan orang. Guncangannya dirasakan kuat hingga ke Pulau Bali dan Pulau Sumbawa, namun tak memicu potensi tsunami.



Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian

Advertisement

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy masuk militer karena pamannya yang mantan militer Belanda. Karier Tedy di TNI terus menanjak.
Alex Kawilarang Menolak Disebut Pahlawan

Alex Kawilarang Menolak Disebut Pahlawan

Alex Kawilarang turut berjuang dalam Perang Kemerdekaan dan mendirikan pasukan khusus TNI AD. Mantan atasan Soeharto ini menolak disebut pahlawan karena gelar pahlawan disalahgunakan untuk kepentingan dan pencitraan.
Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Tan Malaka pertama kali menggagas konsep negara Indonesia dalam risalah Naar de Republik Indonesia. Sejarawan mengusulkan agar negara memformalkan gelar Bapak Republik Indonesia kepada Tan Malaka.
Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Hubungan diplomatik Indonesia dan Belgia secara resmi sudah terjalin sejak 75 tahun silam. Namun, siapa nyana, kemerdekaan Belgia dari Belanda dipicu oleh Perang Jawa.
Prajurit Keraton Ikut PKI

Prajurit Keraton Ikut PKI

Dua anggota legiun Mangkunegaran ikut serta gerakan anti-Belanda. Berujung pembuangan.
bottom of page