- Hendaru Tri Hanggoro
- 25 Nov 2022
- 13 menit membaca
HIROSHIMA, 6 Agustus 1945. Pagi itu, Hasan Rahaya bersama tiga mahasiswa lainnya berada di ruang kuliah. Suara sirene tanda aman sudah terdengar; pertanda pesawat udara Amerika sudah melintas. Mereka siap mengikuti pelajaran fisika. Dosen mereka, seorang tua berkepala plontos, baru mulai menulis beberapa huruf di papan tulis ketika cahaya seperti kilat menyambar dari arah jendela.
Ingin membaca lebih lanjut?
Langgani historia.id untuk terus membaca postingan eksklusif ini.