top of page

Sejarah Indonesia

Atlet Tenis Meja Indonesia Wo Dari Sea Games

Atlet Tenis Meja Indonesia WO dari SEA Games Malaysia

Dicurangi wasit asal Malaysia, atlet tenis meja putri Indonesia memutuskan WO di final melawan atlet Malaysia.

21 Agustus 2017

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Rossy Pratiwi Dipoyanti Syechabubakar, atlet tenis meja Indonesia. Foto: Dok. Dani Suryawan @dani_suryaman.

Tim sepak takraw putri Indonesia memilih walk out (WO) di babak kedua kontra tuan rumah di SEA Games ke-29 di Kuala Lumpur, Malaysia. Dalam pertandingan babak round robin pada Minggu, 20 Agustus 2017 itu, wasit Muhammad Radi asal Singapura mengeluarkan keputusan yang merugikan tim Indonesia.


Wasit beberapa kali membatalkan dan menilai foul servis tim Indonesia. Setelah protes tak digubris, tim Indonesia memutuskan WO padahal tengah memimpin 16-10 di babak kedua. Atlet takraw putri Indonesia pun berurai air mata karena kecewa. Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi yang menyaksikan laga di Titiwangsa Indoor Stadium, Kuala Lumpur itu, berusaha menenangkan para pemain.


Sejarah seolah mengulang kejadian pada SEA Games ke-15 di Kuala Lumpur, Malaysia tahun 1989. Atlet tenis meja Indonesia dari nomor tunggal putri, Rossy Pratiwi Dipoyanti Syechabubakar, memilih WO di final melawan atlet Malaysia Leong Mee Wan pada 25 Agustus 1989. Padahal, Rossy sudah merebut set pertama dengan skor tipis 17-16. Tapi di set kedua, Rossy dirugikan oleh keputusan wasit Goh Kun Tee asal Malaysia.


“Saat bola pengembalian Mee Wan jatuh di sisi kanannya, Rossy melancarkan forehand drive. Bola berkelebat menyentuh tepi meja sebelum jatuh. Wasit mengangkat tangan kanan memberi angka kepada Mee Wan,” tulis Kompas, 26 Agustus 1989.


Ofisial tim Indonesia protes keras. Namun, wasit tetap pada keputusannya. Rossy yang terpukul dan menangis didekap pelatihnya, Diana Wuisan. “Sudahlah kita pulang saja kalau begitu. Sebagai manajer tim, saya katakan kita dirampok,” kata RM Nuryanto.


Ketua Olympic Council of Malaysia (Dewan Olimpiade Malaysia) Hamzah Abu Samah justru mengecam aksi WO tim tenis meja Indonesia. Dia menilai tindakan itu merusak tujuan SEA Games yang bersemangat persahabatan antarnegara di Asia Tenggara.


Wasit kehormatan Yap Yong Yih melaporkan kejadian itu kepada panitia penyelenggara SEA Games. Goh mengubah keputusannya setelah berdiskusi dengan asisten wasit Cyril Sen. Namun, Rossy dan ofisial tim sudah keburu meninggalkan pertandingan. Alhasil, Leong Mee Wan tetap diputuskan mendapat emas, sedangkan Rossy mendapat medali perak. Kendati demikian, dia menyabet dua emas untuk beregu dan double, serta satu perunggu untuk mic double.


Rossy bisa dibilang ratunya tenis meja Asia Tenggara. Dia tampil di SEA Games sejak 1987 sampai 2001 dengan merebut 13 emas, kecuali SEA Games 1999 dan 2001. Selain SEA Games, dia juga berlaga di Asian Games, kejuaraan dunia, dan Olimpiade. Di tingkat nasional, dia tampil di Pekan Olahraga Nasional.


Setelah pensiun, Rossy menjadi pelatih tim nasional tenis meja putri SEA Games 2011 dan tim nasional tenis meja prakualifikasi Olimpiade di Bangkok, Thailand, tahun 2012.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Badan-Badan Otonom NU

Badan-Badan Otonom NU

Nahdlatul Ulama memiliki badan-badan otonom dalam berbagai bidang untuk menandingi gerakan organisasi-organisasi massa PKI.
Dari Gas hingga Listrik

Dari Gas hingga Listrik

NIGM adalah perusahaan besar Belanda yang melahirkan PLN dan PGN. Bersatunya perusahaan gas dan listrik tak lepas dari kerja keras Knottnerus di era Hindia Belanda.
Pangku yang Memotret Kehidupan Kaum Pinggiran

Pangku yang Memotret Kehidupan Kaum Pinggiran

Film perdana Reza Rahadian, “Pangku”, tak sekadar merekam kehidupan remang-remang lewat fenomena kopi pangku. Sarat pesan humanis di dalamnya.
Soebandrio Tidak Menyesal Masuk Penjara Orde Baru

Soebandrio Tidak Menyesal Masuk Penjara Orde Baru

Soebandrio dikenal memiliki selera humor yang tinggi. Selama menjadi tahanan politik Orde Baru, dia mendalami agama Islam, sehingga merasa tidak rugi masuk penjara.
Khotbah dari Menteng Raya

Khotbah dari Menteng Raya

Tak hanya mendatangkan suara, Duta Masjarakat juga menjadi jembatan Islam dan nasionalis sekuler. Harian Nahdlatul Ulama ini tertatih-tatih karena minim penulis dan dana.
bottom of page