- Petrik Matanasi
- 14 Agu
- 3 menit membaca
DIA tiba di Indonesia sebagai sukarelawan dalam Marine Brigade (Brigade Marinir) Angkatan Laut Kerajaan Belanda. Dia adalah J.C. van der Lugt (ada yang menulisnya Cor van der Lugt). Sebelum dikirim ke Indonesia, pria kelahiran Belanda sekitar tahun 1927 ini hanyalah seorang pemuda yang bekerja sebagai perawat bibit tanaman pertanian di masa Belanda masih diduduki tentara Jerman.
Setelah Belanda terbebas dari tentara Jerman, pemuda asal Amsterdam ini bergabung dalam militer Belanda pada 20 Juni 1945. Algemeen Handelsblad tanggal 11 Januari 1962 menyebut dia kemudian dikirim ke Amerika Serikat untuk pelatihan marinir oleh Marinir Amerika Serikat. Setelah menjadi Marinir Kelas Tiga, Lugt dikirim ke bekas Hindia Belanda yang mulai disebut Indonesia karena telah memproklamasikan kemerdekaannya.
Daerah kerja Marinir Belanda semasa revolusi kemerdekaan Indonesia adalah Jawa Timur. Nieuwe Courant (15 Maret 1947) menyebut, Brigade Marinir Belanda tiba di kota Surabaya, kota pangkalan Angkatan Laut Belanda sejak zaman Hindia Belanda, pada Maret 1946. Mereka kemudian disebar ke berbagai daerah konflik. Dalam Agresi Militer Belanda pertama –yang disebut pihak Belanda dengan Aksi Polisionil– pada 21 Juli 1947, pasukan Marinir Belanda menyebar ke daerah-daerah di luar Surabaya sampai ke Keresidenan Besuki. Di Besuki, Marinir Belanda terkenal kejamnya.
Lugt berpartisipasi dalam operasi militer di Jawa itu. Atas keterlibatannya itu, Lugt dianugerahi Bintang Kehormatan dan Bintang Perdamaian dengan tiga garis. Kala itu komandan Brigade Marinir adalah Kolonel Willem Albert Johan Roelofsen (1897-1971) dan kemudian Brigadir Jenderal Mattheus Reindert de Bruijne (1895-1973).
Lugt tampak menikmati pekerjaannya di Brigade Marinir itu kendati jauh dari ibunya yang berada di Amsterdam –kala itu ayahnya, menurut Leeuwerdar Courant tanggal 11 Januari 1962, telah tiada lantaran meninggal di kamp konsentrasi Nazi. Dalam empat tahun (1945-1949) masa tugasnya, pangkatnya terus naik dari awalnya Marinir Kelas Tiga ke Marinir Kelas Dua, lalu Marinir Kelas Satu, kemudian kopral dan akhirnya sersan. Tugas khususnya di militer itu adalah juru rawat.
Kendati menikmatinya, Lugt tak ingin lama di militer. Algemeen Handelsblad mencatat, pada 15 Juni 1949 Lugt diberhentikan dengan hormat dari dinas militer atas permintaannya sendiri.
Rupanya, Lugt dapat pekerjaan di pabrik gula Watoetoelis di daerah Krian, selatan Surabaya. Setelah beberapa waktu di Jawa Timur, Lugt pindah ke Pacet, Jawa Barat untuk banting setir menjadi peternak. Namun, pada masa itu Lugt pernah dipenjara di Bandung. Menurut De Telegraaf tanggal 20 Januari 1962, dia dihukum karena penipuan.
Ketika konflik Indonesia-Belanda memanas lagi karena masalah Irian Barat (Papua), Lugt jadi berita besar. Antara tanggal 15 Januari 1962 memberitakan, Lugt yang ketika itu menjadi direktur peternakan di Pacet, Sindanglaya, atas kemauannya sendiri melamar menjadi sukarelawan perebutan Irian Barat pada 9 Januari 1962 pagi.
“Kirim saya ke garis depan. Beri saya satu kompi tentara dan saya akan bertempur,” kata Lugt seperti dikutip Het Vrije Volk tanggal 10 Januari 1962 dan De Telegraaf tanggal 20 Januari 1962.
Lugt yakin Indonesia bisa menang melawan Belanda di Papua. Ketika itu militer Indonesia sudah sangat siap untuk bertarung melawan militer Belanda. Tak hanya bermodal semangat lagi, tapi juga bermacam peralatan militer modern.
Bekas Sersan van der Lugt tentu berharga bagi pihak Indonesia meski sebagai agen perang urat syaraf saja. De Telegraaf menyebut Lugt lalu menjadi informan bagi intelijen militer Indonesia. Lugt dianggap mata-mata yang penting dalam hal itu. Sebagian orang Belanda meragukan keberpihakan Lugt terhadap Indonesia dalam masalah Papua ini. Ada yang menyebut Lugt hanya seorang petualang.
“Saya tidak bisa membayangkan dia mendaftar sendiri. Dia bukan orang yang keras kepala," kata seorang juru bicara Dinas Informasi Belanda yang berspekulasi bahwa Lugt sedang berada di bawah cengkraman pihak Indonesia saja.
Setelah Papua jadi milik Indonesia, eks sersan marinir Lugt tentu dilupakan pihak Indonesia. Apa yang diingat sekarang hanyalah eksploitasi alam Papua.*













Komentar