- Hendri F. Isnaeni
- 10 Nov
- 5 menit membaca
Diperbarui: 20 Nov
KH Abdul Wahab Chasbullah, Rais Am NU, punya kedekatan khusus dengan Presiden Sukarno. Dia bisa masuk ke Istana tanpa protokoler. Dan Sukarno menikmati humor dan kelicinan politiknya. Terlebih, dia motor penggerak NU sebagai partai politik. “Sukarno senang ketika NU keluar dari Masyumi dan menjadi partai sendiri,” kata sejarawan Greg Fealy kepada Historia. NU kemudian menjadi pendukung Sukarno terkuat. Bahkan, kendati memprotes pidato Sukarno di Amuntai, Kalimantan Selatan, pada Februari 1953 yang menentang pembentukan negara Islam, NU berusaha menghindari kritik yang menyinggung pribadi presiden.
Ingin membaca lebih lanjut?
Langgani historia.id untuk terus membaca postingan eksklusif ini.












