top of page

Sejarah Indonesia

Advertisement

Di Filipina, Kali Majapahit Lestari

Beladiri warisan Majapahit ini tersebar ke berbagai tempat sejak abad ke-14. Mati di tanah kelahiran sendiri, di Filipina ia justru lestari.

27 Feb 2018

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Silat Kali Majapahit kini jadi beladiri wajib Kepolisian Filipina. (Youtube).

SEBAGAI kerajaan terbesar di Nusantara, nama Majapahit dikenal sampai jauh ke seberang. Wilayah kekuasaannya membentang luas, sebagaimana disebutkan dalam Kakawin Negarakertagama. Tak aneh bila Majapahit meninggalkan banyak warisan. Salah satunya, Sundang/Kali Majapahit. Silat/beladiri Majapahit itu menjangkau hingga negeri seberang.


Kali Majapahit, yang menjadi modal dasar keprajuritan Majapahit, berasal dari Mahisa/Lembu Anabrang. “Anabrang adalah laksamana Singhasari yang dikirim waktu (Ekspedisi) Pamalayu, zaman Raja Kertanegara,” ujar arkeolog Universitas Indonesia Agus Aris Munandar kepada Historia.


Menyusul tewasnya Kertanegara dalam pemberontakan Jayakatwang, Anabrang lalu bernaung di bawah panji Majapahit. Suksesor Singhasari itu didirikan Raden Wijaya, menantu Kertanegara yang memadamkan pemberontakan Jayakatwang.


Sekembalinya ke Jawa, Anabrang mendapat tugas memadamkan Pemberontakan Ranggalawe. “Kebo Anabrang disebutkan mengalahkan Ranggalawe dalam Kidung Ranggalawe. Namun kemudian Anabrang dikalahkan Lembu Sora dengan silat Madura-nya,” lanjut Agus. Anabrang dibunuh dalam rangka pembalasan dendam. Ranggalawe adalah keponakan Lembu Sora.


Namun, Anabrang sudah menurunkan beladiri Kali Majapahit kepada keturunannya, Mahisa Teruna/Adityawarman. Teruna merupakan penguasa Kerajaan Malayapura yang beribukota di Dharmasraya. Dari sinilah kemudian beladiri khas pasukan elit Majapahit itu menyebar sampai ke Mindanao.


Pun begitu, belum ada kitab atau catatan lain terkait penyebarannya. “Bisa jadi ada para Arya (bawahan) Majapahit yang mengembara sampai di sana,” sambung Agus. Profesor UI itu mengikhtisarkan persebaran Sundang, mulai dari Anabrang, diturunkan ke prajurit-prajurit bawahan Majapahit di Melayu dan Dharmasraya, kemudian ke Kepulauan Riau, Bugis, Wajo, Semenanjung Melayu sampai ke Sulu (Mindanao).


Di Nusantara, Kali Majapahit kemudian hilang selepas keruntuhan Majapahit. Sisa-sisanya justru lestari di Filipina, sebagaimana diakui praktisi Kali Majapahit di Filipina berpaspor Prancis, Fred Evrard. “Kali Majapahit beladiri yang berakar dari Kerajaan Majapahit kuno. Beladiri ini perpaduan dari beberapa budaya Filipina, namun juga terkandung elemen Muaythai, Pencak Silat, Hakka Kuntao dan Chen Taijin Quan,” jelas Evrard dalam Filipino Martial Arts: Kali Majapahit (2009).


Penjelasan Evrard senada dengan uraian Mark V. Wiley dalam Filipino Martial Culture (1997). Menurut Wiley, Kali (Majapahit) disebarkan dari Nusantara melalui Kepulauan Riau ke Malaya hingga Kepulauan Filipina bagian selatan, tengah dan utara pada abad ke-14 ketika terjadi migrasi ketiga orang-orang Melayu ke Filipina.


Seiring perkembangannya, muncul sebutan “Eskrima”, berakar dari kata Spanyol “Esgrima” yang berarti pedang/anggar. Istilah itu muncul sejak kedatangan ekspedisi Spanyol yang dipimpin Ferdinand Magellan di Kerajaan Cebu.


Sejak itu, Kali terus digemari hingga tetap lestari. Kini, Kali semakin populer setelah dikembangkan lebih luas oleh suami-istri Fred Evrard-Hiu Lila sejak 1998. Evrard mendirikan sasana beladiri ini di Moorea (Polynesia Prancis), Singapura, dan Baguio, Filipina.


Sejak didemonstrasikan di hadapan Dewan Kali Eksrima Arnis Master pada 2008 dan seminar 2009, Kali hingga kini jadi satu dari sekian beladiri wajib pasukan khusus militer dan kepolisian Filipina.


“Sungguh disayangkan kami belum pernah belajar seni beladiri yang sejatinya berasal dari leluhur kami. Butuh seorang warga asing untuk menyadarkan kami betapa indahnya beladiri khas Filipina dan betapa bernilainya untuk sejarah kami,” cetus seorang aparat militer berpangkat kapten yang tak disebutkan namanya, sebagaimana dilansir fmapulse.com, 17 Januari 2009.*

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian

Advertisement

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy masuk militer karena pamannya yang mantan militer Belanda. Karier Tedy di TNI terus menanjak.
Alex Kawilarang Menolak Disebut Pahlawan

Alex Kawilarang Menolak Disebut Pahlawan

Alex Kawilarang turut berjuang dalam Perang Kemerdekaan dan mendirikan pasukan khusus TNI AD. Mantan atasan Soeharto ini menolak disebut pahlawan karena gelar pahlawan disalahgunakan untuk kepentingan dan pencitraan.
Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Tan Malaka pertama kali menggagas konsep negara Indonesia dalam risalah Naar de Republik Indonesia. Sejarawan mengusulkan agar negara memformalkan gelar Bapak Republik Indonesia kepada Tan Malaka.
Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Hubungan diplomatik Indonesia dan Belgia secara resmi sudah terjalin sejak 75 tahun silam. Namun, siapa nyana, kemerdekaan Belgia dari Belanda dipicu oleh Perang Jawa.
Prajurit Keraton Ikut PKI

Prajurit Keraton Ikut PKI

Dua anggota legiun Mangkunegaran ikut serta gerakan anti-Belanda. Berujung pembuangan.
bottom of page