top of page

Sejarah Indonesia

Gerombolan As Pelor

Gerombolan As Pelor

Gerombolan pengacau ini ingin masuk TNI.

28 Mei 2023

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

...

DI Jawa Timur ketika revolusi terdapat sebuah batalyon yang dipimpin Mayor Bambang Joewono. Namanya Batalyon Gajah Mada. Pasukan ini bagian dari tentara Tentara Laut Republik Indonesia (TLRI). Daerah gerilyanya termasuk sekitar Mojokerto.


Di bawah Mayor Joewono itu, menurut koran Nieuwe Courant edisi 21 Desember 1950, terdapat pasukan bernama Alap-alap Samber Njowo. Pemimpinnya lelaki yang dikenal sebagai As Pelor.


Suatu ketika, Mayor Bambang gugur ketika bergerilya melawan tentara Belanda. Sementara, Letnan As Pelor berhasil lolos.


As Pelor memiliki sekitar 150 atau 160 anggota yang kebanyakan bersenjata. Sekitar satu kompi yang cukup kuat. As Pelor dan pasukannya bergerilya di sekitar Gunung Gajah Mungkur dan Pajek di Modjokerto.


Setelah tentara Belanda angkat kaki dari Indonesia, As Pelor dan pasukannya bukannya turun gunung malah meneruskan perang di pegunungan. Namun bukan melawan tentara Belanda, melainkan pasukan pemerintah yang tidak memberi mereka tempat di kemiliteran.



Rupanya, pasukan As Pelor tidak terdaftar di ketentaraan. As Pelor kecewa dibuatnya dan membuat kelompok.


As Pelor kemudian kena masalah hukum. Koran Het Nieuwsblad voor Sumatra edisi 27 Desember 1950 menyebut As Pelor menganiaya seorang kapten yang menurutnya korup. Dia pun ditangkap Polisi Militer dan dipenjarakan di Mojokerto.


Pada November 1950, As Pelor termasuk 40 tahanan yang kabur dari penjara Mojokerto. Mereka pergi dengan mengunci para penjaganya.


As Pelor lalu bergabung dengan kelompoknya, bekas pasukannya sewaktu revolusi. As Pelor memimpin gerombolan yang merajalela di wilayah Anjasmoro, Gajah Mungkur, Majosari, dan Trowulan serta berlindung di pegunungan sekitar Mojokerto. Mereka berharap bisa diterima jadi tentara. Mereka bertahan hidup dari pemberian rakyat di desa sekitar.



Menghadapi kelompok As Pelor, pemerintah tidak serta-merta menindak dengan kekerasan senjata. Dialog menjadi pilihan untuk menyelesaikan masalah.


Namun ketika perundingan sedang berlangsung, sebuah insiden terjadi. De locomotief edisi 23 Desember 1950 memberitakan, ketika As Pelor sedang melakukan perundingan di Surabaya, karyawan Valk dan dua anggota Brimob di dekat Kremboeng diserang dan terbunuh oleh anak buah As Pelor. Konon, kata anak buah As Pelor mereka melawan hingga harus ditembak. As Pelor dicap tak bisa mengendalikan anakbuahnya.


Dua hari setelah peristiwa di Kremboeng itu, As Pelor datang ke komandan Militer Kota Besar Surabaya, Kapten Darsan Iroe, untuk membahas syarat-syarat dari pemerintah bersedia untuk membebaskan dia dan kelompoknya yang terdiri dari 160 orang. Dia ke Surabaya hanya bersama beberapa anak buahnya. Kebanyakan anak buah As Pelor tetap berada di pegunungan. Mereka terpencar-pencar.



As Pelor dan kelompoknya akhirnya mau berdamai dengan pemerintah. Anak buah As Pelor menyerah kepada pemerintah lantaran pemerintah, menurut mereka, menjanjikan mereka masuk tentara.


As Pelor pun menyerah. Dan pemerintah menepati janji. Menurut koran Nieuws voor Kampen edisi 10 Januari 1951, akhirnya As Pelor mondar-mandir berseragam TNI dengan bintang di pundaknya.


As Pelor sendiri, kata koran Overijsselsch Dagblad edisi 12 Februari 1955, merupakan nama singkat dari Asjaad Pelor. Konon, ia bersama Batalyon Sikatan waktu menghilangkan Tan Malaka dan Mayor Sabaruddin.*

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Pesta Panen dengan Ulos Sadum dan Tumtuman

Pesta Panen dengan Ulos Sadum dan Tumtuman

Kedua jenis ulos ini biasa digunakan dalam pesta sukacita orang Batak. Sadum untuk perempuan dan Tumtuman bagi laki-laki.
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
S.K. Trimurti Murid Politik Bung Karno

S.K. Trimurti Murid Politik Bung Karno

Sebagai murid, S.K. Trimurti tak selalu sejalan dengan guru politiknya. Dia menentang Sukarno kawin lagi dan menolak tawaran menteri. Namun, Sukarno tetap memujinya dan memberinya penghargaan.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
bottom of page