top of page

Sejarah Indonesia

Haji Ghalib Transmigran Sukses

Haji Ghalib Transmigran Sukses

Rela meninggalkan Jawa dan memulai hidup di Lampung dari nol, Haji Ghalib sukses hingga punya perusahaan. Dia juga tokoh pendidikan dengan pesantren dan sekolah yang dibangunnya.

20 Mei 2025

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Kiai Haji Ghalib, mantan transmigran yang menjadi tokoh pembangun Pringsewu, Lampung ini amat peduli pada pendidikan. (Pringsewu Site).

Diperbarui: 21 Mei

SETELAH berjalan sekitar 20 tahun, kabar transmigrasi dari Jawa ke Lampung menggema di Pulau Jawa. Namun, kabar menarik itu tak langsung berhasil menarik orang-orang Jawa untuk mengikuti jejak para saudaranya di Sumatra. Kebanyakan orang Jawa takut menyebrangi lautan.


Ghalib termasuk dari sedikit orang Jawa yang tidak takut menyeberangi lautan. Maka, dengan sukarela santri yang pernah berguru di Jombang, Jawa Timur ini menyeberangi lautan pada tahun 1920-an demi menggapai hidup yang lebih baik di Lampung.


Usai menyeberangi Selat Sunda dengan Anak Krakataunya yang masih aktif, Ghalib akhirnya tiba di Lampung. Di sana dia lalu mengelola sawahnya. Sawahnya yang tadinya hanya menghasilkan padi untuk menghidupinya dan keluarganya, terus meluas. Hasil yang didapatnya pun lebih dari sekadar untuk mengenyangkan perut.


Namun, Ghalib tak hanya bertani di Lampung. Ada waktu lain di mana dia berbagi ilmu agama layaknya guru mengaji. Ilmu yang didapatnya di pesantren dulu jadi tak sia-sia. Bahkan, dia juga layaknya seorang dukun yang bisa menyembuhkan penyakit.


Semakin hari, Ghalib semakin makmur. Tapi bukan sawah yang jadi sumber kekayaan terbesarnya, melainkan berdagang. Ghalib punya jiwa dagang hingga akhirnya kaya raya. Dari sanalah dia bisa memperluas usahanya. Dari usahanya itu dia bisa naik haji pada 1927 hingga dirinya dikenal sebagai Haji Ghalib.


Sebagai orang kaya di daerah Pringsewu, Ghalib dikenal banyak orang. Bahkan, pria sohor yang diperkirakan lahir pada 1899 ini kisah hidupnya pernah diberitakan koran-koran berbahasa Belanda. Antara lain oleh Bataviaasch Nieuwsblad edisi 25 Mei 1939 dan De Sumatra Post edisi 1 Juni 1939.


Haji Ghalib, yang pada tahun 1939 usianya sekitar 40 tahun, disebutkan sudah memiliki 12 armada bus yang terawat dengan baik. Bus-bus itu sebagai ladang cuannya sebab dijadikan angkutan umum yang menghubungkan daerah-daerah transmigrasi (yang era Hindia Belanda disebut koloni) seperti Pringsewu, Gadingrejo, Gedong Tataan, Tanjungkarang, dan Telukbetung.


Adanya sarana transportasi yang dibangun Haji Ghalib itu amat dirasakan manfaatnya oleh para penduduk desa dan transmigran. Transportasi penting bagi masyarakat pedesaan untuk menjual hasil bumi. Belum lagi, sebagian orang Jawa di daerah perantauan suka mudik ke sanak-famili mereka di Pulau Jawa.


Hal terakhir, yakni mudik, menimbulkan peluang pasar yang langsung ditangkap Haji Ghalib. Dari peluang itulah Haji Ghalib yang pengusaha transportasi-bus lalu mengembangkan bisnisnya dengan membangun usaha angkutan perairain alias transportasi laut dengan armada kapal. Agar ada perhubungan antara Banten dengan Lampung. Pada Mei 1939, Haji Ghalib membeli mesin berkekuatan 16 tenaga kuda untuk dijadikan mesin kapal.


Di luar bisnis, Haji Ghalib yang sudah makmur di era 1930-an itu kemudian mendirikan sebuah pesantren tradisional. Dirinya kemudian juga mendirikan sekolah Islam di Pringsewu. Lembaga pendidikan yang dibangunnya setidaknya menampung 400 santri.


Namun, sebagaimana disebutkan oleh koran-koran Belanda, Haji Ghalib tak hidup dari santri-santri di pesantrennya. Dia punya banyak santri tanpa diniati alias hanya ingin berbagi, membuatnya lebih dikenal orang. Terlebih, dia juga membangun masjid di Pringsewu. Orang asli Lampung yang hanya dikenal sebagai penganut Islam, pun cukup menghormati Haji Ghalib sebagai kyai hingga panggilannya adalah Kyai Haji Ghalib.


Tak hanya orang setempat ataupun wilayah-wilayah lain di Lampung, orang-orang dari Jawa yang mengetahui pun menaruh hormat pada Haji Ghalib. Bahkan, jika bupati-bupati dari Jawa seperti bupati Magelang, Malang, dan Blitar datang ke Lampung, maka mereka akan menemui Haji Ghalib sebagai orang terpandang di Gadingrejo, yang kala itu menjadi pusat dari Pringsewu.


Namun, tak hanya inlaander saja yang menghormati Haji Ghalib. Orang-orang Belanda juga cukup menghormatinya. Haji Ghalib dianggap orang Belanda membawa pengaruh yang baik bagi orang-orang Pringsewu dan sekitarnya yang era itu kebanyakan masyarakatnya adalah petani.


“Tani yang makmur adalah fondasi yang lebih baik bagi otonomi Hindia daripada kaum intelektual yang tidak puas,” kata Profesor FC Gerretson menyindir kaum pergerakan nasional sebagai golongan yang sekadar tidak puas kepada pemerintah kolonial.


Namun, Haji Ghalib bukanlah pendukung kolonialisme. Setelah Indonesia merdeka, ia menjadi salah satu pemuka orang Indonesia di Pringsewu yang melawan Belanda. Buku Sejarah Pendidikan Daerah Lampung (1982:49) menyebuat, Haji Ghalib gugur pada 1949 karena ditembak mati aparat Belanda di depan sebuah gereja di Pringsewu.


Setelah kematiannya, nama Haji Ghalib tetap dikenang, bahkan hingga sekarang masih dikeramatkan. Beberapa sekolah Islam dan sebuah jalan di Pringsewu kini masih memakai namanya.*

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Niatnya Membuka Jalur Rempah, Pelaut Belanda Nyasar ke Pulau Paskah

Niatnya Membuka Jalur Rempah, Pelaut Belanda Nyasar ke Pulau Paskah

Menguak misteri patung-patung raksasa di Pulau Paskah. Pertamakali diamati seorang pelaut Belanda secara tak sengaja ketika hendak membuka jalur rempah.
Arloji Mewah Swiss, Dari Mana Mulanya?

Arloji Mewah Swiss, Dari Mana Mulanya?

Selain cokelat dan pisau saku multiguna, Swiss juga kondang dengan arloji mewahnya. Harga arloji-arlojinya selangit.
Ketika Air Seni, Janggut, dan Jendela Kena Pajak

Ketika Air Seni, Janggut, dan Jendela Kena Pajak

Sejumlah pajak tak lazim pernah diberlakukan oleh berbagai penguasa di masa silam.
Perpisahan Mar'ie Muhammad sebagai Menteri Keuangan

Perpisahan Mar'ie Muhammad sebagai Menteri Keuangan

Setelah purnatugas sebagai menteri, Mar'ie Muhammad aktif di sejumlah lembaga independen yang mengusung misi reformasi dan kemanusiaan. Dia juga sempat menjadi mentor Sri Mulyani, yang kemudian menjadi menteri keuangan di tiga era kepresidenan.
Pecah Kongsi Soeharto dan Menteri Mar'ie

Pecah Kongsi Soeharto dan Menteri Mar'ie

Menjelang kejatuhannya, Presiden Soeharto mulai mengambil sendiri kemudi kebijakan ekonomi. Termasuk bersimpang jalan dengan menteri keuangannya.
bottom of page