top of page

Sejarah Indonesia

Ibu Dan Kakek Jenifer Jill

Ibu dan Kakek Jenifer Jill

Kakek Jenifer Jill bertualang sampai ke Australia dan bertemu neneknya. Ibunya lahir di sana.

24 April 2024

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Jennifer Jill bersama saudari-saudari kandungnya di makam ibu mereka, Rae Sita Supit. (Akun Instagram Jennifer Jill, @jennifer_ipel)

ORANG hebat selalu punya guru. Tak terkecuali Kolonel Aloysius Sugianto, salah satu mantan anggota baret merah dan kenyang sebagai praktisi intelijen. Selain belajar dari Rokus Bernadus Visser yang mantan penerjun KNIL, Sugianto yang mantan bawahan Slamet Riyadi ini pernah pula belajar dari seorang bernama Lancelot yang pernah mendapat latihan pasukan khusus di luar negeri semasa Perang Dunia II, sekitar 1942-1945.


Lancelot bukan orang Eropa. Dia orang Wonosobo. Nama aslinya Raden Mas Wachjo. Dia berada di Australia ketika tanah kelahirannya diduduki tentara Jepang. Waktu berada di luar negeri, Lancelot menjalin cinta dengan seorang perempuan Australia bernama Jean Duncan. Keduanya serius hingga menikah. Ketika Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI) bersidang di Jakarta dan berusaha merumuskan dasar negara—yang dikenal sebagai Pancasila– pada 1 Juni 1945, pada hari yang sama di Brisbane pasangan Lancelot-Jean Duncan mendapat “hadiah” dengan lahirnya anak mereka.


Lancelot dan keluarga kecilnya harus bergeser ke Ambon ketika PD II mulai mereda. Dari Ambon, keluarganya naik kapal ke Jakarta. Sekembalinya ke Jawa, Lancelot kemudian juga berdinas di Tentara Nasional Indonesia (TNI) –kelak, dia menjadi anggota MPR RI dan pengusaha butik top di ibukota. Lantaran kekuatan finansialnya itu, ada kalanya anak-istrinya pergi ke luar negeri. Koran De Vrije Pers tanggal 13 Mei 1953 memberitakan Nyonya Wachjo dan dua anaknya menuju Sidney, Australia.


Anak-istri Lancelot kemudian tinggal pula di Jakarta. Anak tertua Lancelot pernah belajar di sebuah TK di Gang Ampiun, Cikini. Namun, jadi anak Indo kala itu tak seenak zaman sekarang yang amat memuja orang dengan wajah Indo. Di zaman itu sentimen anti-Belanda sedang meningkat sehingga kehidupan orang Indo di masyarakat tidak menyenangkan. Anak Indo kadang jadi bulan-bulanan anak yang merasa pribumi.


“Saya dikira anak Belanda oleh orang kampung. Kalau pulang sekolah dilempari batu,” aku Rae Sita Wachjo, putri Lancelot yang seumur dengan Pancasila itu.


Lantaran praktik diskriminatif itulah, kata buku Apa Dan Siapa Sejumlah Orang Indonesia, kemudian anak itu dikirim ke Wonosobo. Dia tinggal di kota tempat neneknya dari pihak ayah.


Ketika beranjak dewasa, Rae Sita sudah terkenal. Wajahnya pernah menghiasi sampul depan majalah Selecta tahun 1968 dan Djaja tahun 1967. Majalah Djaja nomor 280 tanggal 3 Juni 1967 menyebut Rae Sita ketika berusia sekitar 21 tahun pernah menjadi penyiar Radio Mahasiswa Djakarta (RMD). Ketika menjadi penyiar itu, Rae Sita sudah punya enam adik.


Rae Sita muda sempat bejalar senirupa di ITB dan IKIP. Dia suka desain interior. Ayahnya kemudian mengirimnya ke luar negeri hingga dia bisa menjadi sarjana muda desain interior di Universitas New South Wales, Australia.


Rae Sita ketika kemudian menikah dengan Oke F Supit. Pasangan ini lalu punya tiga anak perempuan. Di antaranya Jennifer Jill Armand-Supit, aktris yang kini merupakan pesohor media sosial Indonesia.


Justru setelah punya tiga anak dan matang, Rae Sita terjun ke dunia film sejak 1974. Lebih dari 20 film dimainkan Rae Sita antara 1974-1985. Salah satu filmnya yang terkenal adalah Cintaku Di Kampus Biru (1976), di mana dia berperan sebagai dosen killer bernama Yusnita. Rae Sita beradu akting dengan Roy Marten dalam film itu.


Lancelot dan Jean Duncan punya anak lain yang belakangan terkenal. Dia adalah Robert Nitiyudo Wachjo, yang belakangan di kenal sebagai Haji Romo Nitiyudo Wachjo. Mantan suami aktris Yenny Rachman itu kini adalah pengusaha tambang yang sering muncul dalam pemberitaan.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
Banjir Aceh dan Tapanuli Tempo Dulu

Banjir Aceh dan Tapanuli Tempo Dulu

Sumatra Utara dan Aceh dulu juga pernah dilanda banjir parah. Penyebabnya sama-sama penebangan hutan.
bottom of page