- Petrik Matanasi
- 9 Jul
- 3 menit membaca
Diperbarui: 10 Jul
BERSAMA rekan-rekannya, pemuda dengan tinggi 1,66 meter itu naik kapal laut SS Baloeran. Kapal milik maskapai pelayaran Belanda Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM) itu akan membawa mereka ke tempat nun jauh dari Pelabuhan Tanjung Priok, Batavia (kini Jakarta) Mei 1938 itu.
De Indisch Courant tanggal 5 Mei 1938 menyebutkan, SS Baloeran berlayar dari Batavia lalu melewati Singapura, Medan, dan Sabang. Tujuan akhirnya adalah Rotterdam, Belanda.
Di dalam SS Baloeran setidaknya ada 17 pemuda yang tergabung dalam tim sepakbola Hindia Belanda yang akan tampil di Piala Dunia 1938 di Prancis. Koran Utrect Volksblad edisi 19 Mei 1938 memberitakan tim Hindia-Belanda terdiri dari empat orang Ambon, tiga orang Cina, satu orang Jawa dan sisanya anak-anak Indo. Dipastikan satu orang Jawa itu bernama Soedarmadji. Fredrikus Gerardus Hukom, pemuda berdarah Ambon-Minahasa tadi yang merupakan pemain klub Sparta Bandung, bagian darinya.
Ketika singgah di Medan, tim sepakbola itu bertanding sparing partner melawan klub Medan. Mereka menang 3-1 dari tim tuan rumah.
Kapal SS Baloeran tiba di Rotterdam pada pertengahan Mei 1938. Hawa dingin langsung menghantam tubuh para pemain dari negeri tropis itu. Meski tak bisa bermain bola selama pelayaran, tim sepakbola itu tetap berolahraga di kapal. Ketika tiba di Belanda, mereka sempat berlatih di Den Haag sebelum menuju Rheims, Perancis. Pada 5 Juni 1938 mereka akan bertanding melawan timnas Hongaria.
“Saya tidak perlu mengatakan lebih banyak,” kata Fredrikus Hukom, dikutip De Indisch Courant tanggal 31 Mei 1938. Pemuda kelahiran Makassar, 28 September 1915 itu bertekad untuk “melakukan yang terbaik di Rheims.”
Seharusnya, tim Hindia Belanda berhadapan dulu dengan tim Jepang dan tim Amerika Serikat di play off. Namun kedua tim itu kemudian mundur dari Piala Dunia 1938 itu. Jadi tim Hindia Belanda langsung berhadapan dengan Hongaria di babak 16 besar.
Keikutsertaan di Piala Dunia itu adalah salah satu “perang” terpenting dalam hidup Hukom setelah jadi serdadu. Kendati tak perlu bertaruh nyawa, Hukom perlu bermain bagus dan itu tidak mudah. Lawan mereka, yang dikomandoi Gyorgy Sarosi, rata-rata punya postur yang lebih besar hingga tim Hindia Belanda terlihat seperti kurcaci.
Perumpamaan itu tak berlebihan. Para kurcaci dipaksa berjuang keras dalam laga kontra Hongaria. De Locomotief tanggal 7 Juni 1938 memberitakan, Hukom diterobos Szengeller yang berlari di dekatnya. Setelah Hukom dilewatinya, Szengeller mengoper kepada Kohut.
Usaha keras tim Hindia Belanda dengan bermain sebaik mungkin yang mereka bisa tak berakhir mulus. Hindia Belanda dibantai Hongaria 0-6. Rotterdamsch Nieuwsblad tanggal 7 Juni 1938 menyebut tim Hindia Belanda tak punya taktik permainan yang baik meski mereka bermain bagus.
Hukom memang kalah dalam laga Piala Dunia 1938. Namun sejak hari itu perkara hidupnya di Hindia Belanda tercerahkan. Stamboek dinas militernya di tentara kolonial Koninklijk Nederlandsch Indisch Leger (KNIL) mencatat, pada tanggal 5 Juni 1938 itu dia terhitung sudah naik pangkat menjadi Brigadir Juru Tulis (setara kopral).
Hukom sendiri belum tiga tahun jadi serdadu. Dia tercatat mulai jadi serdadu milisi sejak 3 Juli 1935. Pada 24 Januari 1936, Hukom ditugaskan di Depot Batalyon Pertama dengan pangkat fuselier (prajurit rendahan) dan mendapat uang Handgeld (jual kepala sebagai serdadu) sebesar 90 gulden.
Setelah Piala Dunia 1938, nama Hukom kurang terdengar di dunia sepakbola lagi. Sebab, dirinya lebih menjalani hidupnya sebagai tentara KNIL. Hukom kemudian menikahi Elvira Charllote Pattie. Darinya Hukom punuya empat anak yang lahir sepanjang Perang Dunia II sampai Revolusi Kemerdekaan Indonesia.
Perang Dunia II menjadi perang yang paling membuat Hukom tersiksa. Hukom menjadi tawanan perang dan terpisah dari keluarganya. Setelah jadi tawanan dari 1942 hingga 1945, Hukom berdinas kembali di KNIL. Setelah KNIL bubar pada 26 Juli 1950, Hukom masuk Koninklijk Landmacht (Angkatan Darat Kerajaan Belanda) dengan pangkat kopralnya dan pada tahun berikutnya ikut pindah ke Negeri Belanda.













Komentar