top of page

Sejarah Indonesia

Ilmuwan Rusia Bereksperimen Dengan Manusia Dan

Ilmuwan Rusia Bereksperimen dengan Manusia dan Kera

Ahli biologi Rusia melakukan eksperiman-eksperimen aneh termasuk berupaya membiakkan hibrida manusia dan kera. Sehingga, bapak inseminasi buatan ini dijuluki Red Frankenstein.

28 Agustus 2025

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Ilya Ivanov, ahli biologi Rusia yang dijuluki bapak inseminasi buatan. (Wikimedia Commons).

SEBUAH berita yang dipublikasikan surat kabar The New York Times pada 19 Juni 1926 menarik perhatian penduduk Amerika Serikat. Artikel berjudul bombastis, “Russian Admits Ape Experiment” itu melaporkan, seorang ilmuwan Rusia terkemuka akan melakukan eksperimen di Afrika yang melibatkan manusia dan kera.


“Di bawah naungan Kaltzof Biological Institute, Profesor Ivanoff dikirim ke Paris lima minggu lalu untuk ikut serta dalam eksperimen biologi Pasteur Institute di pusat penelitian eksperimentalnya di Afrika Barat. [...] Dr. Ivanoff adalah salah satu pakar dalam inseminasi buatan pada hewan, [...] dalam eksperimennya kali ini, Dr. Ivanoff mungkin mencoba menyilangkan berbagai spesies kera dan bahkan mungkin spesies kera dan manusia,” lapor The New York Times.


Dr. Ivanoff yang dimaksud adalah Ilya Ivanov, ahli biologi Rusia yang dijuluki bapak inseminasi buatan. Pria kelahiran 1 Agustus 1870 itu memiliki minat khusus dalam menciptakan hibrida antarspesies. Ia melakukan penelitian dan eksperimen dalam inseminasi buatan dan mencapai ketenaran internasional sebagai pionir dalam pembiakkan kuda.


Menurut Giles Milton dalam When Churchill Slaughtered Sheep and Stalin Robbed a Bank: History’s Unknown Chapters, Ivanov terpesona oleh ide membiakkan hibrida manusia-kera selama bertahun-tahun. Ia pertama kali membahas hal ini secara terbuka di konferensi zoologi Austria pada 1910. Ahli biologi yang pandangannya dianggap progresif dan materialis itu juga melakukan banyak eksperimen pada hewan, mengekstrak kelenjar kelamin kuda dalam upaya menghasilkan kuda jantan super.


“Semakin terpesona oleh potensi inseminasi buatan, Ivanov mulai ‘bermain peran sebagai Tuhan’, membiakkan serangkaian hewan hibrida aneh yang belum pernah dilihat sebelumnya, seperti zeedonk (hibrida zebra-keledai), zubron (hibrida bison-sapi), dan persilangan yang tak terhitung jumlahnya dari kelinci hingga tikus. Pada awal 1920-an, ia yakin sel darah manusia begitu mirip dengan sel darah simpanse, gorila, dan orangutan sehingga menghasilkan hibrida manusia-manusia kera juga mungkin dilakukan,” tulis Milton.


Eksperimen Ivanov melakukan hibridasi buatan antara manusia dan kera dianggap serius oleh para ilmuwan terkemuka di Eropa yang mulai menaruh minat terhadap asal-usul manusia setelah ditemukannya fosil hominid dan informasi mengenai gorila hidup. Menurut Carl R. Weinberg dalam Red Dynamite: Creationism, Culture Wars, and Anticommunism in America, proyek penelitian dan eksperimen Ivanov di Kindia, Guinea (saat itu bagian dari Afrika Barat Prancis), di fasilitas Louis Pasteur Institute of Paris, mendapat dukungan dari Bolshevik. Hal ini menjadi bukti komitmen Bolshevik terhadap ilmu evolusi.


“Meskipun Ivanov dan Bolshevik tidak menggunakan istilah rasialis untuk memotivasi proyek ini, kolonialisasi Afrika Barat dan konsepsi rasialis yang mendominasi tentang ras ‘Afrika’ yang inferior membuat skema tersebut terdengar masuk akal bagi orang Eropa. Selain itu, dekade-dekade sebelumnya menyaksikan tren ilmiah di Eropa tentang rejuvenasi. Keyakinan akan kemampuan virilisasi kelenjar seksual kera memicu minat dalam mengumpulkan spesimen orangutan, gibbon, dan simpanse hidup,” tulis Weinberg.


Dalam artikel The New York Times berjudul “Soviet Backs Plan to Test Evolusion”, 17 Juni 1926, disebutkan bahwa otoritas Soviet menanggung biaya awal proyek Ivanov di Kindia. Terkait pemilihan lokasi eksperimen, Kindia dianggap sebagai habitat alami gorila dan simpanse. Selain itu, tempat ini juga cocok untuk orangutan dan gibbon, serta iklimnnya memungkinkan ilmuwan kulit putih tinggal di sana tanpa risiko tertular penyakit tropis. Dengan berhasil meyakinkan pemerintah Bolshevik untuk pendanaan awal, Ivanov menekankan kemampuan proyek eksperimennya untuk mendukung kampanye ideologis melawan kekuatan terorganisir agama dan mendukung Darwinisme.


Sayangnya, perjalanan pertama Ivanov ke Guinea gagal. Tidak ada simpanse yang cukup matang secara seksual untuk dikawinkan. Ia kembali ke Paris dan melanjutkan penelitian bersama ahli bedah terkenal, Serge Voronoff, yang berhasl mencangkok jaringan testis monyet ke pria tua yang ingin memulihkan vitalitas mudanya.


Milton mencatat, kedua ilmuwan itu merancang eksperimen-eksperimen yang aneh. Selama musim panas yang panjang pada 1926, mereka berhasil menanamkan ovarium seorang wanita ke dalam seekor simpanse bernama Nova. Keduanya mencoba membuahi Nova dengan sperma manusia dari donor yang tidak diketahui. Akan tetapi, upaya ini gagal. Berbagai upaya mereka lakukan namun Nova gagal hamil.


Ivanov kembali ke Guinea pada November 1926. Di sana, ia membayar penduduk setempat untuk menangkap beberapa simpanse dewasa. Setelah melalui kesulitan besar, ia berhasil membuahi tiga simpanse.


“Namun, Ivanov tetap yakin bahwa ia akan berhasil jauh lebih besar jika dapat melakukan eksperimen pada manusia, membuahi wanita Afrika dengan sperma simpanse. Meski begitu, ia segera menyadari bahwa wanita lokal tidak tertarik untuk ikut serta dalam eksperimen mengerikan tersebut,” tulis Milton.


Tak hilang akal, Ivanov berencana membuahi wanita setempat dengan sperma simpanse tanpa sepengetahuan mereka. Rencana ini akan ia lakukan ketika melakukan pemeriksaan ginekologi rutin kepada pasien wanita di rumah sakit kolonial Prancis. Namun, sebelum niat gilanya benar-benar terwujud, otoritas Prancis menolak izin tersebut. Menurut Weinberg, ketika Ivanov mengeluh kepada sponsor Sovietnya, mereka memerintahkannya untuk tidak mencoba menghamili wanita tanpa persetujuan mereka.


Pukulan lain yang membuat Ivanov kecewa adalah tiga simpanse yang berhasil dibuahi gagal hamil. Di tengah kondisi yang tidak menyenangkan itu, ia memutuskan untuk meninggalkan Guinea. Ia pergi dengan membawa 20 simpanse untuk objek penelitian dan eksperimen di laboratorium primata yang tengah didirikan di Abkhazia. Dari 20 simpanse hanya empat yang bertahan dan selamat dari perjalanan panjang. Kekecewaan Ivanov tak bertahan lama, sebab ia segera mendapatkan 6 simpanse lagi, beserta 5 orangutan dan 20 babon dari sebuah perusahaan Jerman.


Ivanov mencari cara untuk melanjutkan eksperimennya. Ia berhasil meyakinkan lima wanita Soviet untuk dibuahi oleh sperma primata secara sukarela, meskipun risiko bagi kesehatan mereka sama sekali tidak diketahui. Saat Ivanov siap memulai eksperimennya, semua simpanse dan babon telah mati. Satu-satunya primata yang masih aktif secara seksual adalah seekor orangutan jantan dewasa yang dinamai Tarzan. Namun, tak berselang lama Tarzan mengalami pendarahan otak dan mati. Keadaan ini membuat rencana Ivanov untuk membuahi lima sukarelawan wanita dengan sperma primata tertunda.


Ketika itu, niat Ivanov untuk membuahi wanita Afrika dengan sperma primata tanpa persetujuan mereka bocor ke media. Ia mendapat kecaman dari sejumlah pihak. Salah satunya dari Akademi Ilmu Pengetahuan Soviet yang segera menarik dana mereka. Ivanov pun berada dalam posisi yang tidak menguntungkan. Pada Desember 1930, ia ditangkap oleh polisi rahasia Stalin dan dihukum karena dianggap kontra-revolusioner.


Nikolai Krementsov menulis dalam “From a ‘Prominent Biologist’ to a ‘Red Frankenstein’: Ilya Ivanov in Soviet and Post-Soviet Biographies,” termuat di What is Soviet Now? Identities, Legacies, Memories, Ivanov diasingkan ke Alma-Ata, Kazakhstan. Di sana, ia melanjutkan pengajaran dan penelitiannya di institut veteriner lokal dan berhasil mendirikan laboratorium khusus “biologi reproduksi” di bawah naungan Akademi Ilmu Pertanian Uni Soviet. Di Alma-Ata, Ivanov menderita stroke dan meninggal pada musim semi 1932.


“Meskipun Ivanov meninggal dalam ‘kemalangan’ dan karenanya tidak dapat mencapai status ‘bapak pendiri’ pada 1930-an, sepuluh tahun kemudian, selama kampanye ‘prioritas ilmu pengetahuan Rusia’ yang dipicu oleh Perang Dingin awal, ia diakui sebagai ‘pionir inseminasi buatan’. Serangkaian artikel yang diterbitkan pada 1948-50 di surat kabar dan jurnal memuji karyanya tentang inseminasi buatan pada hewan ternak sebagai pencapaian ilmu pengetahuan Soviet. [...] Dengan dimulainya kampanye anti-Stalin-Khrushchev, Ivanov secara resmi ‘direhabilitasi’ dan semua tuduhan terhadapnya dicabut pada 1959,” tulis Krementsov.


Sementara itu, menurut Milton, kematian Ivanov membuat pekerjaan dan eksperimen aneh yang pernah dilakukannya terlupakan selama lebih dari enam dekade. Baru pada 1990-an, upaya Ivanov untuk membiakkan hibrida manusia-kera ditemukan kembali di arsip. Ilmuwan itu pun segera dijuluki “Red Frankenstein” oleh media Rusia. Kisah-kisah tentang latar belakang eksperimen ganjilnya menyebar luas, salah satunya dikaitkan dengan ambisi untuk menciptakan prajurit super campuran kera-manusia.


Terlepas dari hal itu, kematian Ivanov tidak sepenuhnya menghapus semua kerja penelitian dan eksperimennya semasa hidup.


“Salah satu warisan penting dari seluruh proyek tersebut adalah tempat pengembangbiakan primata di Sukhumi, di mana Ivanov melanjutkan pekerjaannya pada akhir 1920-an, dengan meminta sukarelawan wanita Soviet untuk inseminasi buatan. Meskipun hibridasi gagal, tetapi populasi simpanse yang dikumpulkan di Sukhumi nantinya akan menghasilkan hewan-hewan yang ikut dalam penerbangan Sputnik ke luar angkasa,” tulis Weinberg.*

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
bottom of page