top of page

Sejarah Indonesia

Kala Arsenal Tak Berdaya Di

Kala Arsenal Tak Berdaya di Surabaya

Kisah Arsenal tersungkur di Surabaya. Klub lokal jawara Galatama bikin Pat Jennings Cs tak berdaya.

8 Oktober 2017

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Laga Niac Mitra vs Arsenal di Stadion Gelora 10 November, 16 Juni 1983. Foto: Arsenal.com

UNTUK ketiga kalinya, Arsenal akan bertandang ke Indonesia. Arsenal memboyong para pemain legendanya untuk bertanding dalam turnamen segitiga Balikpapan Masters Cup, 5 November 2017 di Stadion Batakan, Balikpapan, yang akan diikuti tim Indonesia Masters dan Liverpool Masters.


The Gunners pertama kali bertamu ke Indonesia pada 1983 kemudian 2013. Tim Meriam London itu berharap tur ke Asia akan mengangkat lagi spirit tim setelah di Division One Liga Inggris musim 1982/1983 hanya bercokol di posisi sepuluh klasemen akhir.


The Gunners datang dengan diperkuat kiper legendaris Pat Jennings, Alan Sunderland, dua pemain nasional Inggris, Kenny Sansom dan Graham Rix, serta si legenda hidup David O’Leary,” tulis Arief Natakusumah dalam Drama Itu Bernama Sepakbola.


Dalam salah satu laga pada tur pertamanya di Asia Tenggara itu, Arsenal memulai tur di Sumatra melawan PSMS Medan. Arsenal menang 3-0. Begitu pula ketika meladeni PSSI Selection yang diisi Elly Idris dkk. di Stadion Senayan (kini Gelora Bung Karno) Jakarta. Tim besutan Terry Neill menang telak 5-0.


Pada pertandingan ketiga, Arsenal melawat ke Surabaya untuk melawan juara Galatama, Niac Mitra. Arsenal tak berdaya dihajar dengan skor 2-0 di Stadion Gelora 10 November yang dipadati 30 ribu penonton, pada 16 Juni 1983.


Niac Mitra menurunkan tim terbaiknya: Budi Aswin, Wayan Diana, Tommy Latuperisa, Yudi Suryata, Rudi Keltjes, Rae Bawa, Joko Malis, Hamid Asnan, Fandi Ahmad, Dullah Rahim dan kiper David Lee. Nama terakhir jadi bintang pertandingan bersama Fandi Ahmad yang mengoyak gawang Pat Jennings di menit ke-27. Gol kedua disarangkan oleh Joko Malis di menit ke-85.


“Hasil pertandingan ini membuat banyak orang beranggapan Niac Mitra jauh lebih kuat dibanding timnas PSSI. Laga ini juga bahkan dianggap jauh lebih hebat kala Persija menahan PSV (Eindhoven, klub asal Belanda) dengan Eric Gerets dan Ruud Gullit-nya 3-3 di Senayan,” tulis Dhahana Adi dalam Surabaya Punya Cerita: Volume 1.


Kendati demikian, tidak sedikit pula yang mencibir kemenangan Niac Mitra. Faktornya adalah kelelahan para pemain Arsenal yang tampil tiga kali dalam rentang waktu enam hari. Faktor lainnya karena para pemain Arsenal juga melawan cuaca panas. Betapa tidak, pertandingan itu dimainkan pukul dua siang. Selain itu, Arsenal juga mesti tampil dengan sepuluh pemain setelah Alan Sunderland menerima kartu merah dari wasit Ruslan Hatta.


Timnas dan dua klub lokal mendapatkan pengalaman tersendiri bisa melawan bintang-bintang Arsenal. Sedangkan prestasi Arsenal meningkat dari posisi sepuluh menjadi enam di musim 1983/1984.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Bertahan dari Hukuman IOC, Dulu dan Sekarang

Bertahan dari Hukuman IOC, Dulu dan Sekarang

Indonesia tegar menerima konsekuensi dari IOC gegara menolak visa atlet-atlet Israel di kejuaraan dunia senam. Bukan kali pertama.
Cape Verde, Si Hiu Biru yang Menggebrak Sejarah Piala Dunia

Cape Verde, Si Hiu Biru yang Menggebrak Sejarah Piala Dunia

Charles Darwin pernah mampir ke Cape Verde. Timnasnya lolos ke Piala Dunia tak semata karena naturalisasi dan barisan diaspora namun juga karena dedikasi dan kemauan berproses.
Perkara Naturalisasi Malaysia, Dulu dan Kini

Perkara Naturalisasi Malaysia, Dulu dan Kini

Bukan kali ini saja pemain naturalisasi “Harimau Malaya” bermasalah. Kala kali pertama saja juga dipermasalahkan FIFA.
Varia Maskot Piala Dunia

Varia Maskot Piala Dunia

Maskot Piala Dunia terilhami dari bermacam hal. Mulai fauna khas negeri tuan rumah hingga buah hingga keffiyeh terbang.
DNA Sepakbola dan Tinju Ricky Hatton

DNA Sepakbola dan Tinju Ricky Hatton

Penggemar Bruce Lee yang beralih dari lapangan hijau ke ring tinju. Legenda yang humble hingga dihormati Mayweather hingga Pacquiao.
bottom of page