top of page

Sejarah Indonesia

Ketika Kakak Adik Berhadapan Dalam Perang

Ketika Kakak Adik Berhadapan dalam Perang

Pergolakan di daerah memicu perang saudara. Kakak adik yang berhadapan ini saling mengingatkan jangan sampai tertembak.

3 Mei 2019

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Operasi Merdeka untuk memadamkan Permesta. (Repro 30 Tahun Indonesia Merdeka).

Pergolakan di daerah yang melahirkan PRRI (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia) dan Permesta (Perjuangan Rakyat Semesta) pada 1958 telah menjadi perang saudara. Di antara prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan tentara Permesta yang saling bermusuhan terdapat orang-orang yang terikat tali persaudaraan.


Oleh karena itu, terkadang ada anggota TNI yang membocorkan rencana operasi kepada penduduk untuk disampaikan kepada pasukan Permesta. Sehingga perperangan yang memakan korban dapat dihindari.


“Mereka (penduduk) tidak ingin lagi melihat jatuhnya korban dalam perang saudara ini, baik dari kalangan penduduk maupun kalangan oknum TNI sendiri,” kata Phill M. Sulu, mantan anggota Permesta, dalam Permesta dalam Romantika, Kemelut & Misteri.


Menurut Phill, malah ada anggota pasukan TNI baik yang reguler maupun TBO (tenaga bantuan operasi) yang sewaktu mengadakan operasi ke sarang pasukan Permesta sengaja melepaskan tembakan ke sasaran kosong, sekadar mengesankan sudah terjadi kontak senjata dengan pihak musuh. Ada juga yang rupanya sengaja membuang atau meninggalkan bekal berupa makanan kaleng atau rokok. Hal seperti ini sering terjadi karena adanya persaudaraan antara anggota TNI dan Permesta.


“Misalnya, seorang adik berada di pihak pasukan Permesta, tapi sang kakak adalah anggota TNI. Tak heran jika keadaan ini menimbulkan berbagai cerita yang agak unik dan lucu di tengah peperangan,” kata Phill.


Pada suatu waktu terjadi kontak senjata antara patroli TNI dengan pasukan Permesta. Di tengah berlangsungnya baku tembak yang sengit terdengar teriakan dari arah pasukan TNI, “Andi…bapelaka bae bae ngana, jangan kana kita pe Bren… (Andi…tiarap yang benar, jangan sampai terkena tembakan Bren saya).” Bren adalah senapan mesin ringan.


Rupanya anggota TNI itu mengetahui bahwa adiknya bernama Andi berada di antara pasukan Permesta yang sedang diserang. Demi keselamatan adiknya, dia berteriak memberi peringatan.


Dari arah pasukan Permesta, tiba-tiba terdengar teriakan balasan. “Io Alo…ngana lei, jaga bae bae ngana pe testa. Kita pelor Bar nyandak ada mata. (Iya Alo…kau juga, lindungi dahimu, karena peluru Barku tidak punya mata).” Maksudnya BAR (Browning Automatic Rifle), yaitu senapan mesin ringan.


PRRI/Permesta berakhir pada 1961.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
S.K. Trimurti Murid Politik Bung Karno

S.K. Trimurti Murid Politik Bung Karno

Sebagai murid, S.K. Trimurti tak selalu sejalan dengan guru politiknya. Dia menentang Sukarno kawin lagi dan menolak tawaran menteri. Namun, Sukarno tetap memujinya dan memberinya penghargaan.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
bottom of page