top of page

Sejarah Indonesia

Ketika Timnas Indonesia Mengajari Jepang Main

Ketika Timnas Indonesia "Mengajari" Jepang Main Bola

Timnas Jepang pernah kena terkam Indonesia semasa menjadi macan Asia. Digasak dengan skor telak 7-0. Kini Jepang menjadi jagoan Asia dan Indonesia merangkak lagi mencapai level tertinggi.

18 Juli 2025

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

TIMNAS sepakbola Jepang boleh jemawa sebagai kesebelasan paling tangguh se-Asia saat ini. Setidaknya, dalam 20 tahun terakhir, Timnas Jepang terlihat dominan baik dalam turnamen Piala Asia maupun langganan keikutsertaan di Piala Dunia. Merujuk ranking FIFA, Jepang kini menempati posisi 15 –tertinggi dari semua negara Asia, terpaut jauh mengungguli Indonesia yang bertengger di posisi 113. Jepang juga sudah memastikan tempat dalam putaran final Piala Dunia 2026, sementara Timnas Indonesia mesti berjuang lagi di babak kualifikasi ronde ke-4.


Namun, di masa lalu, Timnas Indonesia pernah eksis sebagai “macan Asia”. Timnas Jepang –yang kini merajai sepakbola Asia– bahkan turut jadi korban “keganasan” Timnas Indonesia pada masa jayanya. Dalam turnamen Merdeka Games Cup 1968 di Malaysia, Indonesia dan Jepang bertemu dalam satu grup, Grup A. Laga antara kedua tim berlangsung pada hari ketiga turnamen, 11 Agustus 1968, di Stadion Perak, Ipoh.


“Indonesia mengalahkan Jepang 7-0 dalam pertandingan sepakbola turnamen Merdeka grup A yang berlangsung di Ipoh Minggu malam,” diberitakan Duta Masjarakat, 13 Agustus 1968.


Main Gesit

Tim Indonesia bertarung dengan Jepang dalam tempo tinggi. Menghadapi pemain Jepang yang postur tubuhnya jauh lebih besar, pemain Indonesia bergerak lincah dan memainkan kecepatan tinggi. Timnas Jepang tampak kewalahan. Permainan mereka tidak sekuat hari pertama ketika mengalahkan Singapura 2-1.


Sejak kick-off, Indonesia menguasai bola lewat permainan umpan-umpan pendek. Pemain Indonesia yang perawakannya lebih kecil, lebih cepat bermanuver dan kontrol bolanya lebih baik. Kiper Jepang, Koji Funamoto, yang merupakan pemain Timnas Jepang untuk skuad Olimpiade, berkali-kali menyelamatkan gawangnya dari bombardir penyerang Indonesia. Namun, pertahanan Jepang yang digalang Mitzuo Kamata, dkk. tampil dengan tidak cukup solid.


Gol pertama Indonesia datang dari kaki penyerang tengahnya, Jacob Sihasale. Dengan membelakangi gawang Jepang, Sihasale menceploskan bola ke jala Funamoto dari jarak lima meter. Skor 1-0 untuk Indonesia. Tak lama setelah gol pertama, Indonesia menambah keunggulan lewat gelandang kanan Surya Lesmana. Skor 2-0 bertahan hingga wasit meniup peluit tanda babak pertama usai.


Pada babak ke-2, permainan Indonesia kian tak terbendung. Sementara itu, pergerakan Jepang macet sama sekali ketika pemain-pemain Indonesia menembus pertahanannya. Menit ke-63, Sutjipto Suntoro selaku striker bayangan melancarkan serangan dan mengonversinya menjadi gol, 3-0.


“Dribel bola yang gemilang dari pemain-pemain Indonesia membuat mereka tetap unggul dalam permainan dan pada menit ke-65 kiri luar Kadir yang selalu berada dalam top-form malam ini, membawa bola itu dari jarak 30 yards (27 meter), kemudian melampaui kiper, hingga skor menjadi 4-0,” ulas Duta Masjarakat.


Dibobol empat kali bikin Jepang frustrasi. Gelandang Takayuki Kuwata sampai dihukum kartu kuning akibat melakukan tekel berbahaya terhadap pemain Indonesia.

Sementara itu, gempuran pemain Indonesia belum berhenti. Pada menit ke-70, Sihasale melepaskan tembakan ke gawang dan bola membentur kaki Funamoto. Penyerang Iswadi maju menyambar bola dan menggetarkan gawang Jepang, 5-0.


Iswadi kembali menyarangkan golnya pada menit 72 sehingga skor menjadi 6-0. Dua menit berselang, atau menit 74, Sutjipto juga mencetak brace-nya di papan skor sekaligus menutup kemenangan Indonesia. Pertandingan berakhir dengan skor telak 7-0 untuk keunggulan Indonesia.


“Indonesia tumbangkan Jepang dengan cepat,” lansir harian Singapura, The Strait Times, 12 Agustus 1968. “Timnas Indonesia berhasil membalas setiap gerakan Jepang. Timnas Indonesia gemar dengan gerakan menyerang cepat dan sapuan cepat, dan penjagaan ketat mereka membuat Jepang tak berpeluang mendekati gawang.”


Kematangan skuad Timnas Indonesia juga diperhitungkan oleh kesebelasan timnas yang lain, termasuk tuan rumah Malaysia. Dalam turnamen Merdeka Cup 1968 itu, Indonesia menjadi tim unggulan bersama Thailand. Media-media Malaysia pun kerap memberitakan pemain-pemain bintang Indonesia yang jadi sorotan sekaligus momok yang patut diwaspadai.


“Pemain-pemain handal-nya seperti Sutjipto Suntoro, Iswadi, Rasjid Dahlan, dan Jacob Sihasale merupakan bintang-bintang pemain Indonesia yang tidak boleh diperkecilkan,” sebut Berita Harian, 9 Agustus 1968.


Sayang, langkah Indonesia dalam turnamen Merdeka Cup 1968 terhenti di babak semifinal. Timnas Indonesia kalah tipis dari Myanmar dengan skor 1-2. Partai final mempertemukan Myanmar kontra tuan rumah Malaysia, yang kemudian dimenangkan oleh Malaysia.


Jepang Berkembang

Menurut pundit sejarah sepakbola Indonesia, Dimas Wahyu Indrajaya, Indonesia mengawali turnamen dengan gemilang. Setelah berhasil menekuk Jepang, Indonesia melanjutkan tren positif dengan mengalahkan Korea Selatan 4.-2, kemudian menggilas Taiwan 10-1. Di akhir babak penyisihan, Indonesia memuncaki papan klasmen dengan mencetak 29 gol –terbanyak dari semua kesebelasan peserta turnamen– dan kemasukan 8 gol. Indonesia hanya kalah dari Austalia Barat, 4-5, di babak penyisihan. Kekalahan Indonesia menghadapi Myanmar di semifinal lantaran Myanmar memainkan sepakbola negatif ala “parkir bus”.


“Myanmar main ekstra bertahan dengan sembilan pemain di kotak penalti. Jadi kan udah 2-0 babak pertama. Baru jadi 2-1 lewat gol Jacob Sihasale menit 71. Setelahnya keteteran karena Myanmar main ultra-defense. Sutjipto Suntoro, Abdul Kadir, Jacob Sihasale ganti-gantian nyerang tapi enggak gol juga. Myanmar ke final, lawan Malaysia yang kemudian juara,” terang Dimas.


Timnas Indonesia pada dekade 1960-an memang sedang bagus-bagusnya. Para penyerangnya seperti Jacob Sihasale, Iswadi Idris, dan Abdul Kadir dikenal sebagai predator ganas di kotak penalti lawan. Selang beberapa bulan setelah turneman Merdeka Cup 1968, Timnas Indonesia menjuarai Kings Cup di Bangkok dengan berhasil membalaskan dendam terhadap Myanmar di partai puncak.


Sementara itu, sepakbola Jepang terus berbenah. Memasuki dekade 2000-an, Timnas Jepang sudah mendominasi Asia. Timnas Indonesia justru melempem. Hingga kini, Timnas Indonesia masih berjibaku untuk tampil di level tertinggi. Bukan tidak mungkin Timnas Indonesia suatu saat bisa menyamai Jepang, tapi yang pasti dibutuhkan usaha keras dan waktu yang lama.


“Jepang secara kompetisi dan pembinaan udah solid. Anak-anak baik perempuan maupun laki-laki sama-sama punya kompetisi. Kompetisi antarsekolah pun juga rutin berjalan kan, kalau enggak salah sejak 1970-an. Butuh tenaga ekstra untuk sepakbola Indonesia menyamai level Jepang, dan itu enggak bisa dilakukan dalam waktu dekat,” pungkas Dimas.*



1 Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian

Pantau klasemen Liga 1 Indonesia terbaru, top skor, dan data pertandingan secara real-time di https://www.liga1standings.com/zh. Situs ini menyajikan info lengkap dan akurat seputar Liga 1!

Suka
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
Banjir Aceh dan Tapanuli Tempo Dulu

Banjir Aceh dan Tapanuli Tempo Dulu

Sumatra Utara dan Aceh dulu juga pernah dilanda banjir parah. Penyebabnya sama-sama penebangan hutan.
bottom of page