- Budi Setiyono
- 26 Agu 2011
- 7 menit membaca
Diperbarui: 31 Jul
LARUT MALAM. Sesudah salat Isya, dia mulai mengetik. Lampu 40 waat dengan kap khusus menyorot Al-Qur'an yang terbuka. Lirih-lirih terdengar surah an-Nisaa dari qariah favoritnya, Saidah Ahmad. Dia merenung. Dipasangnya kaset lain dan terdengarlah suaranya melantunkan surah Yassin. Disusul terjemahannya dalam puisi bahasa Inggris, petikan dari Yusuf Ali. Juga suaranya sendiri, seperti deklamasi. Membangun suasana seperti itu membantu pekerjaannya menerjemahkan Al-Qur'an. Setelah menelan Bodrex, dia mengetik lagi.
Ingin membaca lebih lanjut?
Langgani historia.id untuk terus membaca postingan eksklusif ini.











