top of page

Sejarah Indonesia

Macan Ketawa Beraksi Di Tapal

Macan Ketawa Beraksi di Tapal Kuda

Pasukan berlambang harimau tertawa ini jadi andalan Belanda di sisi tenggara Jawa Timur semasa Agresi Militer II.

29 September 2025

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

SETELAH melalui kengerian Perang Dunia II pada 1945 dengan bertempur melawan tentara pendudukan Jerman, Letnan Dua Donald Willem Poetiray (1922–2005) kembali harus menghadapi perang. Pada 1946, dia ikut Batalyon Mitraliur Divisi D Koninklijk Landmacht (KL/Angkatan Darat Kerajaan Belanda) ke Indonesia yang sedang berjuang untuk kemerdekaannya. Di Indonesia, dia kemudian ditempatkan ke Batalyon Infanteri ke-23 tentara kolonial Koninklijk Nederlandsch Indisch Leger (KNIL), yang beroperasi di Jawa Timur.

 

“Waktu Aksi Polisonil Kedua di Batalyon Tjakra I,” catat Benjamin Bouman dalam Van Driekleur tot Rood-Wit: De Indonesische officieren uit het KNIL 1900–1950.

 

Batalyon Tjakra yang dimaksud adalah Korps Tjakra Madoera, penerus Korps Barisan dari Madura era Hindia Belanda. Menurut De Vrije Pers edisi 8 April 1949, Tjakra Madoera dibentuk pada 1947 di Surabaya. Ketika itu Pulau Madura dianggap masih dikuasai oleh pendukung Republik Indonesia. Jadi para sukarelawan untuk pasukan Tjakra itu harus menyeberang laut dari Bangkalan ke Surabaya dalam rangka pembentukan pasukan itu.

 

Pasukan Tjakra berisi orang-orang dengan bahasa Madura. Jumlahnya, sebut De Vrije Pers, lebih dari dua ribu orang. Mereka bangga dengan seragam dan lambang kesatuannya berupa kepala harimau yang terlihat sedang tersenyum. Menurut Nieuwe Courant tanggal 9 Juli 1949, orang Madura menyebut binatang buas lambang pasukan Tjakra itu sebagai Matjan Ketawa (Macan tertawa).

 

Tjakra merupakan pasukan bantuan (hulptroepen) dari KNIL. Kesatuan itu dilibatkan dalam Aksi Polisonil Kedua yang oleh orang Indonesia disebut Agresi Militer Belanda kedua (19 Desember 1948-awal 1949). Pada 1949, Tjakra Madoera sudah terdiri  dari enam kompi. Tiga kompinya berasal dari bekas Korps Barisan Madoera era Hindia Belanda dan tiga lainnya berasal dari orang-orang Madura yang lahir-besar di Oesthoek (sudut timur Jawa) atau Tapal Kuda. Mereka terhitung sebagai orang Madura seberang.

 

Dalam periode tersebut, wilayah tugas Batalyon Tjakra meliputi Kediri, Probolinggo, Situbondo, Bondowoso hingga Banyuwangi. Pasukan Tjakra disebar ke banyak tempat, banyak di antaranya terisolir. Jarak antara satu pos dengan pos yang lain sangat berjauhan hingga keterbatasan mobil itu membuat para perwira terpaksa nebeng (meminjam atau menumpang) truk milik kompi KNIL. Letnan Poetiray juga melakukannya. Dia harus berpindah tempat untuk memastikan kebutuhan para serdadu dan urusan administrasi para serdadu aman.

 

Taktik sebar itu terbukti efektif. Pasukan Tjakra mampu bertempur dengan baik. Het Dagblad tanggal 7 Januari 1949 dan Nieuwe Courant tanggal 5 Januari 1949 memberitakan, satuan kecil Tjakra berhasil menahan pasukan lawan di daerah Tempurejo. Mereka juga berhasil menyita senjata berat dan ringan. Di Sukapura, dekat Probolinggo, pasukan kecil Tjakra berhasil menghalau lawannya yang berjumlah seratus-an orang dan menangkap beberapa di antaranya.

 

 

Prestasi-prestasi kecil itu membuat pasukan Tjakra dianggap penting di sisi tenggara Jawa Timur. Para perwira Tjakra kebanyakan orang-orang Eropa. Begitu juga para bintara atau sersan di dalam Tjakra. Beberapa orang Madura juga ada yang menjadi perwira, mereka berakar dari keluarga perwira Barisan Madoera dulu. Meski kebanyakan buta huruf, mereka dianggap prajurit yang cakap secara militer.

 

“Para Tjakra itu memang kurang cekatan dalam menulis; kebanyakan dari mereka dulunya adalah petani kecil,” sebut Nieuwe Courant.*

 

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
Banjir Aceh dan Tapanuli Tempo Dulu

Banjir Aceh dan Tapanuli Tempo Dulu

Sumatra Utara dan Aceh dulu juga pernah dilanda banjir parah. Penyebabnya sama-sama penebangan hutan.
bottom of page