top of page

Sejarah Indonesia

Marinir Belanda Di Jawa

Marinir Belanda di Jawa Timur

Brigade Marinir Belanda yang ditugaskan di Jawa Timur kadernya dilatih Amerika Serikat. Terlibat dalam Agresi I dan pelanggaran HAM.

30 Juli 2025

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Serdadu-serdadu Belanda dalam Agresi Militer I di Jawa Timur, di mana prajurit-prajurit Brigade Marinir terlibat. (Nationaal Archief/Wikipedia.org)

NAMA Satria Arta Kumbara menjadi pemberitaan belakangan ini. Desertir Korps Marinir TNI AL yang telah kehilangan kewarganegaraannya sejak menandatangani kontrak dengan Kementerian Pertahanan Rusia itu dikabarkan memohon-mohon untuk bisa pulang ke Indonesia. Satria sempat menjadi tentara bayaran di Rusia dan terlibat dalam konflik Rusia-Ukraina.

 

Lain kisah Satria, lain pula kisah Willem Albert Johan Roelofsen. Nama yang disebut belakangan merupakan komandan Marinir Belanda di Indonesia pada saat Perang Kemerdekaan.

 

Kala itu, Marinir Belanda berisi hanya bule-bule Belanda. Berbeda dari KNIL, di Marinir Belanda sulit menemukan orang-orang yang berasal dari suku-suku di Indonesia. Para anggota Marinir Belanda itu adalah relawan yang di antaranya sempat dilatih oleh Marinir Amerika Serikat di Amerika. Mulanya mereka dipersiapkan untuk melawan Jepang dalam Perang Pasifik, namun Perang Dunia II keburu berakhir.

 

Setelah 1945, mereka hendak dikirim ke Indonesia. Meski awalnya tersendat-sendat, pengiriman mereka ke Indonesia terwujud juga.

 

Jakarta menjadi kota awal yang mereka tuju. Beberapa bulan setelah Pertempuran 10 November 1945, tepatnya Maret 1946, brigade Marinir itu ditempatkan di Surabaya yang sebelumnya dikuasai Inggris. Kota tersebut merupakan pangkalan Koninklijk Marine (KM) sebelum Perang Dunia II. Pada 10 Maret 1947, kesatuan ini merayakan setahun keberadaannya di Surabaya.

 

“Anda semua telah berada di Surabaya selama hampir satu tahun penuh sekarang, dan saya, yang telah memimpin Brigade tepat satu bulan hari ini,” kata Kolonel Willem Albert Johan Roelofsen (1897-1971) sang komandan, dikutip Nieuwe Courant tanggal 15 Maret 1947. “Seorang Marinir juga manusia, jadi kita juga membuat kesalahan, dan bisakah kalian mengerti maksudku? Di mana banyak kesalahan dibuat, di situ juga banyak kerja keras.”

 

Kerja keras yang dimaksudkannya tentu terkait dengan upaya untuk terus memperbaiki  korps yang dibentuk Brigadir Jenderal Mattheus Reindert de Bruijne (1895-1973) itu. Kesalahan adalah risiko dari bertindak, yang darinya orang bisa belajar, begitu pikir kolonel yang lama bertugas di sekitar Surabaya ini. Pesan moral dari perwira mantan tawanan perang Jepang di Siam ini yakni, kerja keras adalah sesuatu yang layak dibanggakan. Roelofsen menekankan pula bahwa mereka berada di Jawa dalam rangka menegakkan keamanan dan ketertiban (rust en orde) kolonial kembali.

 

Ketika itu, banyak kota di Jawa Timur belum diduduki oleh tentara Belanda. Kota-kota itu masih dikuasai Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan badan-badan perjuangan lain, lawan mereka. Mereka bersiap untuk berhadapan dengan TNI.

 

Beberapa bulan setelah perayaan setahun Brigade Marinir itu, mereka dilibatkanlah dalam “Operatie Product” yang dikenal pihak Indonesia sebagai Agresi Militer Belanda Pertama (21 Juli 1947). Tujuannnya adalah mengambil-alih perkebunan atau aset ekonomi lain di beberapa kota di pesisir Jawa. Brigade Marinir kebagian daerah utara dan tenggara Jawa Timur. Sesuai kodratnya sebagai pasukan pendarat, tugas Brigade Marinir adalah menguasai kota-kota pantai dengan bergerak dari arah laut.

 

Beberapa pelanggaran HAM kemudian terjadi di tenggara Jawa Timur yang melibatkan para personel Brigade Marinir. Ada 40 orang tawanan terbunuh dalam gerbong kereta yang pengap dari Bondowoso ke Surabaya pada 23 November 1947, dikenal sebagai Peristiwa Gerbong Maut. Itu belum termasuk pemeriksaan kejam yang dilakukan oleh marinir-marinir Belanda. Gert Oostindie dalam Serdadu Belanda di Indonesia 1945-1950: Kesaksian Perang pada Sisi Sejarah yang Salah menyebutkan, ada alat kelamin lawan yang dipotong lalu diletakkan di mulut korban.

 

Cara brutal yang diambil prajurit Belanda itu termasuk ampuh. Dalam hitungan bulan, dengan diwarnai kekerasan militer dari Brigade Marinir juga, beberapa daerah di Jawa Timur berhasil direbut Belanda.

 

Kolonel Roelofsen sendiri dimutasi pada Senin (8 Maret 1948) pagi. Nieuwe Courant tanggal 13 Maret 1948 menyebut Kolonel Roelofsen digantikan Kolonel Bruyn. Upacara serah terima jabatannya berlangsung di persimpangan Coenboulevard dan Reinierszboulevard, Surabaya. Ketika Roelofsen diganti, daerah Sidoarjo, Mojokerto dan Keresidenan Besuki telah diduduki Marinir Belanda. Mereka hanya perlu menghadapi gerilyawan Indonesia yang sulit dihacurkan.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
S.K. Trimurti Murid Politik Bung Karno

S.K. Trimurti Murid Politik Bung Karno

Sebagai murid, S.K. Trimurti tak selalu sejalan dengan guru politiknya. Dia menentang Sukarno kawin lagi dan menolak tawaran menteri. Namun, Sukarno tetap memujinya dan memberinya penghargaan.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
bottom of page