top of page

Sejarah Indonesia

Membangun Kembali Rumah

Membangun Kembali Rumah Proklamasi

Peringatan proklamasi kemerdekaan Indonesia selalu dirayakan di Istana Merdeka yang dulunya merupakan istana gubernur jenderal Hindia Belanda. Sementara itu, situs asli rumah proklamasi tidak berjejak lagi.

Oleh :
19 Agustus 2025

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

...

HARI Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80 baru saja kita rayakan. Seperti biasa, upacaranya bertempat di Istana Merdeka. Sejak beberapa tahun belakangan, hajatan ini menyisipkan pertunjukan hiburan. Saat itulah kita melihat dengan takjub para pejabat tinggi negara turun ke halaman Istana Merdeka berjoget ria hanyut dalam suasana gebyar.


Padahal, di luar tembok istana, masih banyak rakyat Indonesia hidup dalam kemiskinan. Untuk sekadar makan dan mendapatkan pekerjaan dengan upah layak saja mereka amat kesulitan. Terlebih bila menilik sejarahnya, perayaan hari kemerdekaan RI di Istana Merdeka sesungguhnya bertolak belakang dengan sejarah proklamasi kemerdekaan itu sendiri.


“Peringatan proklamasi kemerdekaan itu sekarang kan di Istana (Merdeka), dan menurut kami kontra-produktif karena itu dulu istana gubernur jenderal. Jadi, gambaran tentang kemerdekaan Indonesia itu kurang pas karena membayangkan acara proklamasi itu megah, penuh dengan kemewahan. Padahal, pada kenyataannya itu diadakan di teras rumah dan itu di bulan puasa juga tanpa biaya,” kata sejarawan Bondan Kanumoyoso dalam bincang publik Yayasan Lembaga Kajian Heritage Indonesia bertajuk “Cerita Makanan Jajanan Rakyat Awal Kemerdekaan” di Jakarta (15/8).


Sebelum Indonesia merdeka, Istana Merdeka merupakan istana para gubernur jenderal Hindia Belanda sejak 1879. Di masa kolonial, masyarakat pribumi menyebut istana bernama Paleis te Koningsplein (Istana Koningsplein) itu dengan Istana Gambir karena banyak pohon gambir yang tumbuh di sekitar Lapangan Koningsplein.


Menurut Bondan, merayakan hari kemerdekaan RI di Istana Merdeka justru tidak pada tempatnya. Pada faktanya, proklamasi kemerdekaan itu berlangsung di halaman rumah Bung Karno di Jalan Pegangsaan Timur 56 yang kini menjadi Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat. Pada 17 Agustus 1945, Sukarno dan Mohammad Hatta atas nama bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Meski sederhana dan tanpa pesta pora, momentum lahirnya Republik Indonesia yang berdaulat itu berjalan penuh khidmat.

Sejarawan Bondan Kanumoyoso dalam bincang publik “Cerita Makanan Jajanan Rakyat Awal Kemerdekaan” (15/8). (Foto: Martin Sitompul/Historia.ID).
Sejarawan Bondan Kanumoyoso dalam bincang publik “Cerita Makanan Jajanan Rakyat Awal Kemerdekaan” (15/8). (Foto: Martin Sitompul/Historia.ID).

Rumah proklamasi di Pegangsaan Timur itu dipilih Bung Karno karena memiliki halaman yang luas. Sebelumnya, rumah itu milik seorang Belanda yang bekerja sebagai advokat di Batavia. Memasuki pendudukan Jepang, si pemilik rumah diinternir Jepang. Seperti dinukil dari otobiografinya Apa yang Saya Ingat, Chairul Basri, yang waktu itu menjadi staf Departemen Propaganda (Sendenbu) Jepang, adalah orang yang membantu mencarikan rumah itu untuk Sukarno. Meski pemerintah pendudukan Jepang menawarkan sejumlah rumah gedong di bilangan Menteng, Sukarno bersikukuh memilih rumah di Pegangsaan Timur itu.


“Semenjak itu mulailah Bung Karno menempati rumah Pegangsaan Timur 56. Ternyata rumah ini akan menjadi rumah yang bersejarah. Tidak saja menjadi tempat tinggal Bung Karno, tetapi di tempat itu pulalah pada 17 Agustus 1945 Proklamasi kemerdekaan Indonesia dibacakan,” kenang Chairul.


Namun, situs asli rumah proklamasi itu kini tak berjejak lagi. Atas permintaan Bung Karno sendiri, rumah itu pada 1960 dihancurkan dan diratakan dengan tanah. Di atas situs itu kemudian dibangun Gedung Pola sebagai kantor perencanaan pembangunan yang kini menjadi Gedung Perintis Kemerdekaan. Di depan gedung itu pada era Orde Baru dibangun Monumen Proklamator Sukarno-Hatta.


“Padahal setelah menjadi tempat proklamasi, kalau menurut kaidah ketentuan ketatanageraan rumah itu harus sudah menjadi public domain bukan personal domain lagi karena dia sudah melibatkan seluruh bangsa Indonesia,” terang Bondan.


Untuk mengembalikan Indonesia kepada jati dirinya, Bondan menambahkan agar kiranya semua pihak pemangku kepentingan, tidak hanya pemerintah, memikirkan kembali untuk memperingati proklamasi kemerdekaan di tempat asalnya. Ikhtiar ini diwujudkan dengan membangun kembali rumah proklamasi, mulai dari otentisitas arsitekturnya hingga suasana peringatan yang khidmat dan sederhana. Meski proklamasi itu dilakukan di ruang yang sangat sederhana dan siapa saja bisa datang, tapi yang membedakan adalah semangatnya. Hasil kulminasi dari perjuangan panjang yang kemudian bertemu di satu titik dan momentum itulah yang menciptakan kemerdekaan Indonesia; bangsa terbesar kelima di dunia.


“Jadi itu bukan peristiwa yang main-main walaupun terjadinya hanya di tempat yang sangat sederhana,” imbuh Bondan. “Tapi, pasti tidak sesederhana itu juga merekonstruksi itu karena ada banyak sekali hal yang luar biasa di rumah proklamasi.”


Menurut Bondan, banyak sekali nilai-nilai kebangsaan yang bisa diwariskan kepada generasi muda apabila rumah proklamasi itu diwujudkan dengan mengembalikan penataannya seperti semula.


“Mereka akan lihat proklamasi kemerdekaan diselenggarakan dalam suasana yang sedemikian rupa, tidak seperti sekarang ini diselenggarkan dengan penuh kebesaran dan kemewahan, jadi kurang tepat kalau begitu menggambarkannya,” pungkasnya.*


Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
Banjir Aceh dan Tapanuli Tempo Dulu

Banjir Aceh dan Tapanuli Tempo Dulu

Sumatra Utara dan Aceh dulu juga pernah dilanda banjir parah. Penyebabnya sama-sama penebangan hutan.
bottom of page