top of page

Sejarah Indonesia

Menyasar Sejarah Peluru

Menyasar Sejarah Peluru

Jika senapan diibaratkan raga, peluru adalah nyawanya. Senapan takkan berguna tanpa peluru. Peluru berkembang dari peluru bulat hingga peluru karet.

Oleh :
4 Agustus 2024

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Peluru keluar dari pistol yang ditembakkan. (Niels Noordhoek/Wikimedia Commons).

  • Aryono
  • 4 Agu 2024
  • 3 menit membaca

ASAL-usul ini mengetengahkan perkembangan peluru, yang diawali dari peluru bulat yang terbuat dari besi, hingga selongsong peluru yang lengkap dengan proyektil, dan ditembakkan dengan senapan otomatis.


Sekira abad ke 10 M, bangsa Cina menemukan bubuk hitam yang bisa meledakkan sesuatu. Kemudian di Arab, orang menembakkan panah dari bambu, diperkuat dengan logam, yang sudah dibubuhi serbuk hitam. Proses perkembangan peluru menemukan momentumnya saat orang menemukan meriam tangan.



Abad 15


Sekira abad 15, dengan penemuan senapan arquebus, peluru besi tercipta sebagai amunisinya. Peluru besi ini dibuat untuk mampu menembus baju besi yang digunakan lawan. Peluru yang berbentuk bulat ini belum memiliki sistem aerodinamika yang baik, sehingga keakuratannya menyusut jika objek berada lebih dari 45–69 meter.


Peluru besi ini mengalami kesulitan produksi sebab memerlukan suhu tinggi untuk melelehkannya. Selain itu, peluru besi ini seringkali merusakkan laras senapan.Akurasi tembakan peluru sedikit lebih baik setelah August Kotter, pakar senjata dari Jerman, pada 1520 membuat goresan melingkar dari dalam laras senapan (rifled).


Baca juga: Asal-Usul Pistol


Peluru besi bulat yang diduga digunakan dalam Perang Naseby tahun 1645. (Lee Hutchinson/Wikimedia Commons).
Peluru besi bulat yang diduga digunakan dalam Perang Naseby tahun 1645. (Lee Hutchinson/Wikimedia Commons).

1600


Sulitnya memproduksi peluru besi, orang kemudian beralih mencari logam yang memiliki titik didik rendah. Timah pun dilirik. Prajurit atau pemburu dapat mencetak peluru mereka sendiri hanya dengan ikut dibakar di api unggun saat mereka makan malam. Peluru timah ini sifatnya lebih ringan dan tidak merusak laras senapan. Para prajurit yang berperang di Naseby-Inggris pada 14 Juni 1645, banyak menggunakan senapan laras panjang dengan peluru timah bundar semacam ini.



Henry-Gustave Delvigne. (Louis Figuier/Wikimedia Commons).
Henry-Gustave Delvigne. (Louis Figuier/Wikimedia Commons).

1830


Henry-Gustave Delvigne, perwira tentara Prancis, membuat terobosan bentuk peluru timah, dari yang semula seperti bola menjadi kerucut. Ukurannya juga lebih kecil dari diameter laras. Delvigne mulanya hanya menyederhanakan proses pengisian peluru dengan membuat kamar mesiu lebih kecil dari ukuran laras dan dihubungkan dengan ceruk seukuran diameter bola peluru. Hentakan dari pelantak membuat peluru berubah bentuk menjadi pipih dan tidak aerodinamis.


Dari pengalamannya, Delvigne beralih menggunakan peluru berbentuk kerucut yang ternyata mampu terulir efisien dalam laras tanpa mengurangi efektivitasnya di udara. Ditambah, energi propelan bukan lagi serbuk hitam yang meninggalkan banyak asap ketika ditembakkan, diganti dengan nitroselulosa yang tak berasap banyak.



Claude-Etienne Minie. (Wikimedia Commons).
Claude-Etienne Minie. (Wikimedia Commons).

1847


Kreasi peluru berbentuk kerucut semakin baik saat Claude-Etienne Minie, perwira tentara Prancis, membuat peluru yang dinamakan peluru minie. Peluru minie memiliki ceruk di bagian bawahnya. Akibatnya, saat mesiu meletus, bagian bawah akan mengembang akibat panas dan akan menyekat energi mesiu secara sempurna sehingga menambah kecepatan dan jarak tembak. Bukan hanya itu, putaran peluru semakin efektif dan akurat.


Dalam peperangan, peluru minie memiliki efek tembakan yang menghancurkan obyek. Dengan kecepatan yang sedemikian besar, peluru minie dapat merusakkan jaringan otot dan tulang, sehingga hanya dapat ditolong dengan cara amputasi.



Peluru minie. (Mike Cumpston/Wikimedia Commons).
Peluru minie. (Mike Cumpston/Wikimedia Commons).

1882


Permukaan timah pada peluru ditembakkan, ternyata dapat meleleh karena suhu tinggi dan gesekan pada senapan. Eduard Rubin, direktur di Laboratorium Swiss Army, kemudian bereksperimen dan menemukan peluru yang terselubung tembaga. Tembaga, yang keras dan memiliki titik lebur tinggi, tidak meleleh saat ditembakkan dengan kecepaan tinggi. Peluru rancangan Rubin ini digunakan pertama kali oleh senapan model French Mle 1886 Lebel.



1901


Desaleux, dikenal sebagai “Balle D”, seorang perwira di angkatan perang Prancis, mengembangkan peluru yang dikenal dengan spitzer. Kaliber lebih kecil, dan dengan model boat-tail, energi peluru makin besar dengan jangkauan yang jauh pula. Peluru ini digunakan pertama kali untuk senapan French Lebel Model 1886.


Peluru karet yang digunakan pasukan perdamaian PBB di Somalia, 1996. (Andrew W. Mcgalliard/US Department of Defense/Wikimedia Commons).
Peluru karet yang digunakan pasukan perdamaian PBB di Somalia, 1996. (Andrew W. Mcgalliard/US Department of Defense/Wikimedia Commons).


1970


Pemerintah Inggris mengembangkan peluru karet, utamanya digunakan untuk menghalau pemrotes dari Irlandia Utara. Peluru ini memakai tenaga gas sebagai pelontar. Pada perkembangannya, peluru karet diganti menjadi berbahan plastik (polyvinyl chloride), untuk mengurangi luka serius pada sasaran.*


Tulisan ini telah dimuat di majalah Historia No. 23 Tahun II 2015

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
S.K. Trimurti Murid Politik Bung Karno

S.K. Trimurti Murid Politik Bung Karno

Sebagai murid, S.K. Trimurti tak selalu sejalan dengan guru politiknya. Dia menentang Sukarno kawin lagi dan menolak tawaran menteri. Namun, Sukarno tetap memujinya dan memberinya penghargaan.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
bottom of page