top of page

Sejarah Indonesia

Advertisement

Orang Tionghoa di Tambang Timah dan Emas

Terkenal mahir mengolah timah, orang Tionghoa diundang bekerja di Pulau Bangka. Orang Tionghoa juga diundang ke Singkawang. Sempat terjadi gesekan, tetapi tak menghalangi akulturasi budaya.

Oleh :
27 Jul 2024

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Orang Tionghoa di pertambangan timah di Manggar, Bangka. (KITLV).

Kegiatan pertambangan timah di Bangka. (KITLV).
Kegiatan pertambangan timah di Bangka. (KITLV).

Orang Tionghoa Menambang Timah di Bangka


Bangka sudah dikenal sebagai penghasil tambang timah sejak kedatangan orang Eropa pada abad ke-17. Timah laku dijual ke Eropa untuk bahan campuran genta dan lonceng gereja. Sebagian besar penambangnya adalah orang Tionghoa.


Menurut Mary F. Somers Heidhues dalam Bangka Tin and Mentok Pepper, kedatangan massal orang Tionghoa terjadi pada 1710. Sultan Palembang tertarik mempekerjakan mereka karena melihat orang Tionghoa berhasil mengolah timah di Johor dan Perak. Hampir semua orang Tionghoa yang datang lelaki.


Mereka biasa dipanggil orang Hakka dan tinggal di wilayah pertambangan timah, sedangkan masyarakat setempat berada di sekitar sungai karena mata pencaharian mereka berkebun dan berladang. Meski begitu, dua kelompok itu tetap berinteraksi dan melahirkan percampuran budaya, terutama bahasa dan arsitektur bangunan.



Gangguan bajak laut dan wabah penyakit beri-beri tak menghentikan laju migrasi orang Tionghoa ke Bangka. Jumlah mereka terus meningkat. Namun, sebagian besar berada dalam kondisi memprihatinkan. Mereka kerap dijerat utang melalui judi dan madat oleh mandor. Tak jarang mereka menerima kekerasan.


Di bawah kuasa kolonial, mereka sempat memberontak karena aturan yang menindas. Mereka menghimpun pemberontakan itu bersama orang Bangka-Melayu. Karena itu, mereka memiliki hubungan harmonis. Sampai sekarang hubungan itu tetap terjaga. Terbukti dari 249 kelenteng telah berdiri di Kepulauan Bangka Belitung. Dan mereka tetap bisa berbahasa Tionghoa.*



Permukiman orang Tionghoa di Singkawang, Kalimantan Barat. (KITLV).
Permukiman orang Tionghoa di Singkawang, Kalimantan Barat. (KITLV).

Orang Tionghoa Menambang Emas di Singkawang


Mereka biasa disebut orang Khek dan datang dalam jumlah besar pada 1760 atas undangan Sultan Sambas yang tak puas dengan sedikitnya hasil tambang emas dari pekerja Melayu dan Dayak. Hasilnya, tulis Hadi Purwanto dalam Orang Cina Khek di Singkawang, keahlian mereka memberi keuntungan besar untuk Kesultanan Sambas.


Mereka lantas membentuk kongsi untuk mendatangkan lebih banyak buruh dari Tiongkok. Mereka juga merekrut pasukan keamanan untuk melindungi diri karena merasa diperas Sultan Sambas. Pada akhir abad ke-18, mereka tak lagi mengakui kekuasaan Sultan Sambas dan berusaha mengambil alih tambang.


Selain dengan Sultan Sambas, mereka sempat bergesekan dengan orang Dayak dan Melayu terkait perebutan mata pencarian. Namun, itu tak menghalangi akulturasi budaya. Orang Khek tetap diterima penduduk. Bahkan, penduduk setempat bersedia menikah dengan mereka.



George Windsar Earl, pengelana Inggris yang mengunjungi Singkawang pada 1834, mencatat dalam The Eastern Seas or Voyages and Adventures in The Indian Archipelago: “Toko-toko di Singkawang hanya dijaga oleh nyonya-nyonya yang bersuami laki-laki Tionghoa. Hanya sedikit nyonya pemilik toko adalah orang Tionghoa. Kebanyakan perempuan Dayak itu bersuamikan orang Tionghoa.”


Seperti umumnya kaum Tionghoa, mereka tak lepas dari diskriminasi; dituding membela pasukan Malaysia saat Konfrontasi, dicap komunis setelah G30S. Stigma itu tak menghentikan hubungan mereka dengan penduduk. Terbukti dari 462 kelenteng telah berdiri di Kalimantan Barat. Bahkan, mereka turut memperkaya budaya Dayak dan Melayu.*


Tulisan ini telah dimuat di majalah Historia No. 10 Tahun I 2013

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian

Advertisement

Sekolah Tertua di Depok

Sekolah Tertua di Depok

Depok sudah punya sekolah sejak 1830. Tergolong sekolah tertua di Jawa, bahkan Indonesia. Tuan Laurens guru tertuanya.
Wasit Hindia di Olimpiade

Wasit Hindia di Olimpiade

Hindia Belanda nyaris mengirimkan tim sepakbola di Olimpiade tapi gagal karena penolakan Belanda. Sebagai pelipur lara, wasit Hindia Belanda tampil dalam beberapa pertandingan, termasuk final sepakbola di Olimpiade.
Harrison Ford dan Kepedulian Lingkungan

Harrison Ford dan Kepedulian Lingkungan

Harrison Ford sudah peduli isu lingkungan sejak puncak ketenarannya. Pemeran waralaba “Star Wars” dan “Indiana Jones” itu turut berada di garis depan menentang kerusakan lingkungan.
Prajurit Keraton Ikut PKI

Prajurit Keraton Ikut PKI

Dua anggota legiun Mangkunegaran ikut serta gerakan anti-Belanda. Berujung pembuangan.
Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Hubungan diplomatik Indonesia dan Belgia secara resmi sudah terjalin sejak 75 tahun silam. Namun, siapa nyana, kemerdekaan Belgia dari Belanda dipicu oleh Perang Jawa.
bottom of page