top of page

Sejarah Indonesia

Para Jenderal

Para Jenderal Nirbaya

Sejumlah perwira tinggi menjadi tahanan Penjara Nirbaya. Kehadiran mereka kerap bikin staf rumah tahanan maupun tim pemeriksa pusat jadi keder dan segan.

13 September 2025

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Eks Men/Pangau Laksdya Omar Dani. Di antara sekian banyak perwira tinggi yang menjadi penghuni Nirbaya, Omar Dani merupakan yang paling awal. (Repro "Menyingkap Kabut Halim")

PERISTIWA Gerakan 30 September (G30S) 1965 menjerumuskan sejumlah jenderal ke dalam tahanan. Alasan penahanan mereka bermacam-macam. Mulai dari tuduhan terlibat dalam G30S hingga diidentifikasi sebagai loyalis Presiden Sukarno. Rumah Tahanan Militer (RTM) Nirbaya di Pondok Gede Jakarta Timur, dipersiapkan untuk mengamankan para jenderal yang dicurigai itu.

 

Gelombang penahanan dimulai sejak 1966. Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) memberi kuasa bagi Menteri/Panglima Angkatan Darat (Menpangad) merangkap Panglima Kopkamtib Jenderal Soeharto untuk menangkapi orang-orang terindikasi G30S. Oei Tjoe Tat, salah satu menteri negara yang ditangkap dan ditahan di Nirbaya, dalam memoarnya mengenang sejumlah perwira tinggi yang juga pernah masuk dalam tahanan Nirbaya.

 

Dari Angkatan Darat adalah: Mayjen Moersjid (Deputi I Menpangad), Mayjen Pranoto Reksosamudro (Asisten III Menpangad), Mayjen Soedirgo (Komandan POM ABRI), Brigjen A.M. Soetardhio (Menteri/Jaksa Agung), Mayjen Rukman (Panglima Komando Wilayah Indonesia Timur), Mayjen S. Suadi (Gubernur Lemhanas), Brigjen Sabur (Komandan Tjakrabirawa), Brigjen Shaifuddin (Panglima Kodam Bali), Brigjen Soenarjo (Wakil Jaksa Agung). Selain itu, sejumlah perwira tinggi dari Angkatan Udara, Laut, dan Kepolisian juga turut jadi penghuni Nirbaya. Beberapa nama yang cukup popular seperti Laksamana Madya Omar Dani (Menteri/Panglima Angkatan Udara) dan Brigjen (Pol.) Soetarto (Kepala Staf Badan Pusat Intelijen).

 

“Dapat dibayangkan, bagaimana kikuk dan canggungnya para anggota staf Nirbaya dan RTM, anggota-anggota Teperpu serta POM ABRI yang umumnya berpangkat paling tinggi kolonel, bila harus berhadapan dengan tahanan berbintang emas di pundaknya. Malahan tidak jarang orang-orang tahanan tersebut, bekas atasannya,” tutur Oei dalam Memoar Oei Tjoe Tat: Pembantu Presiden Soekarno.

 

Seperti dikisahkan Oey, seorang anggota Teperpu suatu ketika bertugas memeriksa seorang jenderal tahanan di Nirbaya. Namun, pemeriksaan tak berlangsung lama. Si anggota teperpu buru-buru ngeloyor pergi dengan muka kecut. Ia rupanya kena bentak sang jenderal.

 

“Apa? Mau periksa aku? Aku tak sudi diperiksa bekas pemberontak PRRI. Pergi!” hardik si jenderal.

 

Kali lain, terjadi inspeksi oleh perwira-perwira dari instansi tertentu. Sebagai penghormatan kepada para tamu itu, para tahanan Nirbaya diperintahkan berpakaian rapi dan berdiri di depan kamar masing-masing. Namun, seorang tahanan berbintang emas malah sengaja hanya bercelana kolor dan sibuk bekerja, seakan yang melakukan inspeksi hanya angin lewat. Menurut Oei, si jenderal sentimen lantaran mengenal salah seorang pengunjung kehormatan itu yang diketahuinya bermoral rendah.

 

Salah satu jenderal penghuni Nirbaya yang cukup disegani ialah Brigjen Soenarjo. Ia punya postur kekar berotot seperti pegulat. Suaranya menggeledek apalagi kalau membentak. Semasa menjadi wakil jaksa agung, Soenarjo pernah menghukum penjudi dengan cara memerintahkannya memakan habis kartu-kartu yang digunakan untuk main judi. Pernah pula ia memberi pelajaran orang yang coba menyuapnya dengan sogokan kue tar. Si penyuap oleh Soenarjo diberi dua pilihan: menghabiskan sendiri kue tar itu dihadapannya atau merasakan tinjunya.

 

Namun, di Nirbaya, Soenarjo merupakan sosok yang solider bagi sesama tahanan. Kalau ada orang minta pertolongan, ia akan bantu mati-matian. Dengan gertakannya yang bikin keder, Soenarjo pernah mengusir patroli rombongan petugas Polisi Militer RTM yang hendak mengunci pintu sel seorang tahanan yang sedang sakit dan perlu sering keluar ke kamar kecil. Kalau sedang makan, Soenarjo yang doyan sambel itu akan berteriak-teriak bila dalam menu kelompoknya tidak ada sambal atau kurang pedas. Soenarjo juga punya kebiasaan unik. Hampir setiap hari dia mengenakan celana pendek karena merasa kegerahan.

 

Meski menyandang reputasi sebagai jenderal, pada umumnya para perwira tinggi yang ditahan di Nirbaya bersikap low profile di antara sesama tahanan. Hal ini juga diakui oleh jurnalis Mochtar Lubis yang turut merasakan ditahan di penjara Nirbaya setelah Peristiwa Malari 1974. Di Nirbaya, Mochtar Lubis menempati blok Amal, bersama Pranoto dan Omar Dani.

 

“Mereka sih baik-baik pada Bapa dan kami makan siang dan malam bersama-sama, makan dipool saja ramai-ramai,” Mochtar Lubis menuturkan dalam suratnya kepada anak-anaknya tertanggal 6 Februari 1975, yang kemudian diterbitkan dengan judul Nirbaya: Catatan Harian Mochtar Lubis dalam Penjara Orde Baru.

 

Di antara para jenderal yang ditahan di Nirbaya, Pranoto dan Omar Dani termasuk yang paling lama menghuni Nirbaya. Pranoto bahkan didaulat sebagai ketua RT di blok tahanannya. Nirbaya sendiri akhirnya ditutup seiring dengan menyusutnya jumlah tahanan politik.

1 Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian

Al Fatihah untuk para Jenderal pejuang kemerdekaan Indonesia.

Suka
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
bottom of page