top of page

Sejarah Indonesia

Pecah Kongsi Soeharto Dan Menteri Mar

Pecah Kongsi Soeharto dan Menteri Mar'ie

Menjelang kejatuhannya, Presiden Soeharto mulai mengambil sendiri kemudi kebijakan ekonomi. Termasuk bersimpang jalan dengan menteri keuangannya.

Oleh :
6 September 2025

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

...

SETELAH satu periode mengabdikan diri sebagai menteri keuangan pada Kabinet Pembangunan VI, Mar'ie Muhammad akhirnya diganti. Ketika Kabinet Pembangunan VII diresmikan pada 16 Maret 1998, nama Mar'ie tak lagi ikut serta di dalamnya. Presiden Soeharto menunjuk Fuad Bawazier sebagai menteri keuangan pengganti Mar'ie.

 

Suasana haru mewarnai perpisahan Mar'ie yang dijuluki “Mr.Clean” itu saat acara pisah-sambut di Kementerian Keuangan. Predikat itu melekat lantaran pribadinya yang sederhana dan antikorupsi.

 

“Mudah-mudahan sebagai warga negara yang baik, insyaAllah kita masih bisa bertemu dan tidak terlalu cuek,” kata Mar'ie berkelakar seperti dikutip Solopos, 17 Maret 1998.

 

Selain “Mr. Clean”, Mar'ie juga punya julukan lain: “Mr. Cuek”. Julukan ini diberikan insan pers karena Mar'ie begitu hemat, bahkan pelit bicara di depan wartawan. Sebagai menteri yang mengurusi keuangan negara, Mar'ie tentu jadi buruan nyamuk pers yang ingin mewawancarai atau minta keterangannya. Apalagi di tengah situasi ekonomi global pada dekade 1990-an diterpa krisis, khususnya di Asia.

 

“Kalau Menkeu omong tiap hari kayak dagelan,” lanjut Mar'ie bergurau.

 

Menurut Qaris Tajudin, penulis biografi Mar'ie Muhammad, pada tahun-tahun terakhirnya sebagai menteri keuangan, Mar'ie mulai ditinggalkan oleh Soeharto. Indikasi itu terlihat dari keputusan-keputusan Soeharto soal kebijakan ekonomi yang bertentangan dengan Mar'ie. Seperti misalnya, prakarsa Soeharto mendatangkan sejumlah profesor dan ahli ekonomi –yang menurut Mar'ie tidak jelas– untuk memberinya nasihat soal ekonomi. Mereka didatangkan tidak melalui jalur Departemen Keuangan dan Bank Indonesia.

 

Puncak kerenggangan Soeharto dan Mar'ie terjadi ketika Soeharto memilih untuk menggandeng Dana Moneter Internasional (IMF) guna mengatasi krisis. Pada September 1997, Wakil I Direktur IMF Stanley Fischer berkunjung ke Indonesia untuk memberi saran dan bantuan. Namun, pinjaman utang IMF yang berjumlah miliaran dolar AS dengan berbagai syarat mengikat itu justru kemudian menjadi jerat. Di tengah anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, perekonomian Indonesia semakin terpuruk dengan menumpuknya utang luar negeri.

 

Pada akhir November 1997, seperti dicatat Tim Bank Indonesia dalam IMF dan Stabilitas Keuangan Internasional: Suatu Tinjauan Kritis, uang beredar melonjak melebihi tager 45% dan tekanan inflasi mulai terjadi. Inkonsistensi keputusan pemerintah tersebut telah merusak kredibilitas pemerintah sendiri terhadap komitmennya yang sudah terlanjur diumumkan kepada masyarakat. “Akibatnya terjadi kepanikan di masyarakat di mana pada pertengahan November 1997 terjadi rush besar-besaran terhadap suatu bank yang dengan cepat menjalar ke bank-bank lainnya.”

 

Semasa menjabat menteri keuangan, Mar'ie juga mengalami dilema pelik terkait aturan kebijakan terhadap bisnis anak-anak Soeharto. Mar'ie kerap dibuat oleh anak-anak Soeharto yang sering meminta keistimewan. Polemik ini terjadi karena, menurut Mar'ie, Soeharto bertahan di masalah legalitas. Dengan kata lain, Soeharto bersikukuh pada aturan tertulis yang tidak banyak mengatur soal bisnis keluarga pejabat. Di sisi lain, tak mudah untuk memberi batasan tegas antara Soeharto sebagai presiden dan sebagai ayah.

 

Salah satu pergumulan yang dihadapi Mar'ie adalah soal proyek mobil nasional yang dikuasai anak-anak Soeharto. Pada 1990-an, muncul gagasan untuk membuat mobil buatan sendiri, seperti halnya Malaysia dengan Proton-nya. Namun, karena industri otomotif Indonesia belum memiliki kemampuan untuk membangun dan memproduksi, perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam proyek ini dibolehkan mengimpor mobil dengan pemangkasan pajak. Dari sinilah kemudian muncul mobil Bimantara (Bambang Tri) dan Timor (Tommy).

 

“Dengan berbagai alasan, Mar'ie menunda-nunda untuk memberikan izin kepada anak-anak Soeharto. Sampai akhirnya hal ini disadari oleh Soeharto,” tulis Qaris dalam Mr. Clean Mar'ie Muhammad: Sang Pejuang Antikorupsu dan Aktivis Kemanusiaan.

 

Soeharto kemudian menerbitkan instruksi presiden (inpres) soal mobil nasional. Dengan inpres itu, Soeharto mengizinkan impor 45 ribu unit mobil Timor dari pabrikan Kia, Korea Selatan, pada 1996, untuk Tommy Soeharto, melalui perusahaannya PT Timor Putra Nasional (Grup Humpuss). Sementara itu, Bambang Triatmodjo juga menyiapkan mobil Bimantara Nanggala (Hyundai Elantra) dan Cakra (Hyundai Accent).

 

Kebijakan sepihak soal perekonomian nasional yang ditempuh Soeharto, ungkap Qaris, “itu merupakan tanda-tanda dia tidak akan memakai lagi Mar'ie Muhammad sebagai menteri keuangan dalam kabinet berikutnya.”

 

Dalam pisah-sambut menteri keuangan, Fuad Bawazier –yang ditunjuk Soeharto menggantikan Mar'ie– menyebut Mar'ie sosok panutan atas keikhlasan dan kesederhanaannya. Dia juga bilang kalau Mar'ie itu pribadi yang lugu juga polos. Untuk itu, Fuad minta agar Mar'ie terus mendoakan agar krisis ekonomi di Indonesia segera berakhir.

 

“Doa bapak Mar'ie mungkin lebih mujarab karena pertama ia memang ustad dan kedua karena waktunya lebih banyak,” kata Fuad dalam sambutannya seperti diwartakan Solopos.

 

Fuad sendiri tak lama menjadi menteri keuangan. Sejak dilantik pada 16 Maret 1998, Kabinet Pembangunan VII hanya bertahan dua bulan menyusul pengunduran diri Soeharto sebagai presiden pada 21 Mei 1998. Krisis ekonomi dan politik menyebabkan pemerintahan ini tak bertahan lama sekaligus mengakhiri rezim Orde Baru yang dibangun Soeharto lebih dari 30 tahun sebelumnya.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
Banjir Aceh dan Tapanuli Tempo Dulu

Banjir Aceh dan Tapanuli Tempo Dulu

Sumatra Utara dan Aceh dulu juga pernah dilanda banjir parah. Penyebabnya sama-sama penebangan hutan.
bottom of page