- Randy Wirayudha

- 31 Jul
- 4 menit membaca
WILAYAH timur jauh Rusia diguncang gempa dahsyat. Gempa tektonik dengan Magnitudo 8,8 menghantam pesisir timur Semenanjung Kamchatka pada Selasa (27/9/2025) malam waktu setempat (Rabu, 30 Juli 2025 pagi WIB). Bencana dengan episentrum di 136 kilometer sisi timur lepas pantai Semenanjung Kamchatka itu turut memicu tsunami hingga membuat sejumlah negara bersiaga.
Kendati Kremlin menyatakan hingga kini tidak ada korban jiwa selain empat orang luka-luka, tak lama setelah guncangan dahsyat gempa, gelombang tsunami setinggi 5 meter menghantam kota Severo-Kurilsk di Kepulauan Kuril. Tsunami menyapu sejumlah bangunan di bibir pantai.
Hingga tulisan ini dimuat, setidaknya Jepang dan Amerika Serikat juga turut terdampak. Di Jepang, gelombang tsunami setinggi 1,1 meter dilaporkan mencapai pantai Nemuro di Pulau Hokkaido, Kuji, hingga pelabuhan Ishinomaki di Prefektur Miyagi. Sedangkan di wilayah Amerika, selain di Atol Midway, gelombang tsunami setinggi lebih dari 1 meter mencapai Hilo, Kahului, dan Hale’iwa di Kepulauan Hawaii.
Pesisir barat daratan utama Amerika Serikat juga masih bersiaga dengan peringatan tsunami. Begitupun Meksiko, Tonga, Filipina, hingga Indonesia. BMKG memperkirakan gelombang tsunaminya berpotensi mencapai Maluku hingga Sulawesi Utara.
Gempa Semenanjung Kamchatka ini jadi –gempa terdahsyat yang tercatat dalam sejarah modern setelah Gempa Tohoku tahun 2011 (Magnitudo 9,1) dan Gempa Chile 2010 (Magnitudo 8,8)– gempa destruktif kesekian di wilayah timur jauh Rusia. Di masa lalu juga pernah terjadi gempa destruktif yang bahkan memakan korban hingga ribuan nyawa. Berikut ini gempa-gempa yang dimaksud:
Gempa Neftegorsk 1995

Di musim panas tahun 1995, tepatnya pukul 1 dini hari 28 Mei, hampir empat ribu jiwa penduduk kota Neftegorsk di Pulau Sakhalin tengah tertidur lelap di gedung-gedung apartemen berlantai empat atau lima mereka. Namun empat menit berselang, mereka dikagetkan guncangan hebat gempa tektonik dengan kekuatan Magnitudo 7,1.
Episentrum gempa sendiri berada di Patahan (Sesar) Piltun Atas di utara Pulau Sakhalin pada kedalaman 11 kilometer. Tak ayal, gempa itu merobohkan banyak bangunan dan juga menghancurkan sejumlah sarana dan prasarana umum seperti jaringan listrik, air, dan telepon, jalur keretaapi, hingga jalur pipa gas dan minyak.
Karena terjadinya di daratan, gempanya tak memicu tsunami. Wilayah utara Jepang yang berdekatan dengan Pulau Sakhalin dan Kepulauan Kuril juga tak terdampak. Imbasnya hanya terasa di kota yang dulunya bernama Vostok.
Dari sekitar 3.977 warganya, 1.989 di antaranya tewas dan 750 lainnya luka-luka hingga membuat Gempa Neftegorsk 1995 menjadi gempa paling destruktif di era modern Rusia. Menurut Boris Porfiriev dalam artikel “Managing Alleviation of the 1995 Neftegorsk Earthquake Disaster: A Reminiscence” di buku Crises in Russia: Contemporary Management Policy and Practice From A Historical Perspective, mayoritas dari korbannya adalah warga yang tengah tertidur lelap di 17 gedung apartemen lama yang ketika dibangun pada kurun 1969-1970, mengikuti kode-kode keamanan aktivitas seismik.
“Terjadinya gempa di waktu tengah malam artinya hampir semua penduduk Neftegorsk sedang tertidur. Beberapa penduduk mudanya masih bersenang-senang di klub disko yang kemudian rata dengan tanah. Ditambah lagi gempa itu terjadi di akhir pekan, ketika para pekerja ladang minyak di kota-kota tetangga sedang ‘mudik’ dari tugas harian mereka. Gempanya juga terjadi di permulaan libur musim panas sekolah, di mana anak-anak mengunjungi para kerabat dan sahabat mereka,” ungkap Porfiriev.
Gempa Severo-Kurilsk 1952

Musim dingin selalu tiba lebih cepat di wilayah timur jauh Uni Soviet. Seperti yang dirasakan penduduk di kota kecil Severo-Kurilsk di Pulau Paramushir, sebelah utara Kepulauan Kuril, Semenanjung Kamchatka, pada awal November 1952.
Ttud Ayir dalam Tales of the Most Devastating Earthquakes mencatat, pada 4 November 1952 pagi (5 November waktu GMT) kehidupan kota berpenduduk sekitar enam ribu orang itu masih berjalan normal meski cuaca dingin cukup menggigit dengan awan kelabu menaungi. Pada pagi buta itu para nelayan masih bersiap untuk melaut, para guru mulai menyiapkan pelajaran di sekolah, para penjaga toko juga sudah mulai membuka gerai-gerai mereka tanpa tahu mereka akan mengalami gempa terbesar yang pernah tercatat dalam sejarah.
“Di tahun itu sebenarnya suasana warga kota sudah siaga walau masih berusaha menjalani kehidupan seperti biasa. Tak sedikit di antara mereka yang mendengar cerita tentang guncangan-guncangan akibat gempa kecil di wilayah lain di (kepulauan) Kuril. Semua orang sudah paham bahwa tanah bisa saja bergerak dari waktu ke waktu. Mereka hanya tak menduga sebuah gempa masif akan mengguncang dalam waktu dekat. Lagipula keadaan di masa pasca-perang (Dunia II), mereka disibukkan untuk berjuang mencari sesuap nasi, atap untuk berteduh, dan mencari kehangatan sehingga melupakan ada bahaya geologis,” ungkap Ayir.
Pukul 4.58 petang, petaka itu pun datang. Bermula dari guncangan kecil yang mereda beberapa detik, lalu datang lagi dalam bentuk guncangan yang perlahan makin masif yang merobohkan tembok-tembok bangunan.
Pusat gempa tektonik yang klimaksnya berkekuatan Magnitudo 9,0 itu terjadi di pesisir Pulau Onekotan hingga Tanjung Shipunskii pada kedalaman 21,6 kilometer. Tak ayal gempa ekstrem level MMI XI itu turut memicu gelombang tsunami besar.
“Saya dan istri saya tinggal 30-40 meter dari bibir pantai di Desa Okeanskaya (Pulau Paramushir). Gempanya sangat kuat. Guncangannya begitu hebat hingga kami tumbang dan tak mampu berdiri. Saat gempanya usai dan kami kembali ke rumah untuk berganti pakaian, gempa susulan terjadi dan kami mendengar seseorang berteriak, ‘Air!’ Saya membuka pintu dan seketika itu juga gelombang air mengempaskan saya ke langit-langit rumah,” kenang seorang perwira yang jadi penyintas, Kapten Nikolay Mikhalchenko, dikutip V. Kaistrenko dan V. Sedaeva dalam artikel “1952 North Kuril Tsunami: New Data From Archives” di buku Tsunami Research at the End of a Critical Decade.
Kapten Mikhalchenko selamat setelah menyelamatkan diri ke atap sebuah pabrik. Istrinya tak tahu di mana rimbanya, sebagaimana warga Desa Okeanskaya lainnya. Ia baru diselamatkan 2-3 hari kemudian setelah ada upaya evakuasi dari tim penyelamat asal kota lain.
Dari sekira enam ribu warga kota Severo-Kurilsk dan sekitarnya, sebanyak 2.336 di antaranya tewas, baik karena tertimpa reruntuhan bangunan maupun tersapu tsunami. Gelombang tsunaminya menerjang hingga 130 kilometer di lepas pantai Semenanjung Kamchatka dan menghantam Severo-Kurilsk dengan ketinggian air 15-18 meter.
Selain Semenanjung Kamchatka, gelombang tsunaminya juga berdampak sampai ke Kepulauan Hawaii, Amerika Serikat. Lembaga survei dan geologi Amerika USGS di laman resminya mencatat, meski tak menimbulkan korban jiwa, setidaknya gelombang tsunami itu merusak banyak bangunan di Pelabuhan Honolulu, Hilo, dan Pulau Coconut hingga menimbulkan kerugian mencapai 800 ribu hingga 1 juta dolar Amerika.













Komentar