top of page

Sejarah Indonesia

Alasan Indonesia Mendukung Pakistan Daripada India

Alasan Indonesia Mendukung Pakistan daripada India

Ketika India dan Pakistan berperang, Indonesia mendukung Pakistan. Ini alasan Sukarno enggan berada di belakang India.

23 Juli 2017

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Presiden Sukarno dan Presiden Pakistan Ayub Khan. (Getty Images).

Diperbarui: 7 Jun

INDONESIA dan Pakistan menjalinan persahabatan yang erat dan bertahan selama lebih dari enam dekade. Bahkan ketika Pakistan tengah bertikai dengan India pada 1965, Presiden Sukarno dengan tegas mendukung Pakistan ketimbang India. Padahal, Indonesia dan India juga punya ikatan sejarah penting di masa revolusi kemerdekaan sampai menggagas Konferensi Asia Afrika dan Gerakan Non-Blok.


Alasan Sukarno berada di belakang Pakistan karena sesama negara dengan mayoritas penduduk Muslim. Pada masa revolusi kemerdekaan, ratusan orang Pakistan yang tergabung di Divisi British India sebagai pasukan Sekutu membelot dari kesatuannya dan enggan berhadapan dengan kombatan Indonesia.


Alasan lain adalah kebijakan luar negeri India yang membela Malaysia ketika Indonesia terlibat konfrontasi dengan Malaysia. Hal ini karena India bagian dari Commonwealth atau negara-negara persemakmuran Kerajaan Inggris.


“Terlepas dari Inggris, Australia dan Selandia Baru sebagai bagian Commonwealth menawarkan bantuan material (dalam konfrontasi dengan Indonesia). India memberikan dukungan moral secara terbuka,” tulis koran The Sydney Morning Herald, 24 November 1964.


Hal itu juga yang disampaikan Sukarno ketika menyatakan dukungannya kepada Panglima Angkatan Udara Pakistan Marsekal Ashgar Khan. Ashgar Khan datang ke Jakarta pada 10 September 1965 dengan pesawat Boeing selepas kunjungannya ke Peking, China. Dia berkonsultasi dengan Presiden Sukarno di Istana Negara sekaligus menyampaikan surat dari Presiden Pakistan Ayub Khan.


“Kebutuhan mendesak Anda adalah kebutuhan mendesak kami juga,” kata Sukarno setelah membaca surat itu sebagaimana dimuat dalam memoar Ashgar Khan, The First Round. “Tapi ingat, bahwa kami juga punya masalah –konflik kami dengan Malaysia (yang didukung India).”


Indonesia membantu Pakistan dengan menghibahkan sejumlah pesawat tempur MiG-19 dari Angkatan Udara Republik Indonesia (kini TNI AU), serta bantuan dua kapal patroli bersenjata misil dan kapal selam ke Kepulauan Andaman yang saat itu diduduki India.


“Angkatan Laut Indonesia akan segera meluncurkan patroli dekat pulau-pulau (Kepulauan Andaman) itu serta melakukan pengintaian udara untuk melihat apa yang dilakukan pihak India di sana,” kata Menteri Panglima Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) Laksamana Raden Eddy Martadinata.


Belum juga armada ALRI sampai ke Kepulauan Andaman dan Nikobar, konflik India-Pakistan sudah keburu selesai. Mereka gencatan senjata pada 23 September 1965. Tak lama kemudian di Indonesia terjadi peristiwa 1 Oktober 1965 yang mengakhiri kekuasaan Sukarno. Hubungan Indonesia dan India kembali pulih sebagaimana ditegaskan Menteri Luar Negeri Adam Malik di hadapan DPR RI pada 5 Mei 1966 dan kunjungannya ke New Delhi pada September 1966.


“Kita jangan sampai lupa bahwa India adalah salah satu negara yang penting dalam perpolitikan internasional, terutama di Asia Afrika dan politik nonblok,” tutur Adam Malik dikutip buku Rediscovering Asia: Evolution of India’s Look-East Policy.


Hubungan Indonesia dan Pakistan juga tetap terjaga. Kantor Perwakilan Indonesia di Karachi yang sudah eksis sejak 1950 dipindahkan ke Islamabad untuk dijadikan Kedutaan Besar Republik Indonesia pada 1967. Empat tahun berselang, bekas kantornya dijadikan Konsulat Republik Indonesia.


Beragam kerja sama bilateral, regional hingga multilateral terjalin di berbagai sektor. Kini, 67 tahun sudah Indonesia-Pakistan melestarikan hubungan diplomatik dan untuk pertama kalinya pada 11 Juli 2017 digelar pertemuan perdana Forum Konsultasi Bilateral (FKB) di Jakarta.*

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
bottom of page