top of page

Sejarah Indonesia

Advertisement

Partai Nasional Indonesia dan Ahli Warisnya

PNI didirikan Sukarno dkk. Setelah para pemimpinnya ditangkap dan dipenjara, partai dibubarkan, dan kemudian dihidupkan kembali. Ideologinya dipertahankan oleh ahli warisnya.

7 Jul 2024

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Pengadilan pemimpin PNI: Sukarno, Maskoen, Gatot Mangkoepradja, dan Soepriadinata dengan pembela Mr. Sastro Moeljono, Mr. Sartono, dan Mr. Soejoedi. (KITLV).

Diperbarui: 2 Jun

SETIAP Juni, juga Juli menjadi momentum penting dalam hidup Sukarno. Pada 6 Juni 1901 dia lahir di Surabaya, sementara 1 Juni 1945 adalah saat Sukarno menyampaikan buah pikirannya tentang Pancasila yang kemudian menjadi dasar negara. Setiap tahun, bulan Juni selalu diperingati sebagai Bulan Bung Karno. Bahkan, pemerintah menetapkan 1 Juni sebagai hari lahir Pancasila. 


Sedangkan Juli menjadi penting karena dia bersama kompatriotnya mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI) pada 4 Juli 1927 di Bandung. Partai ini jadi alat perjuangan bagi mereka untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Namun, seiring kebijakan pemerintah kolonial yang reaksioner, para pemimpin partai ini ditangkap dan dijebloskan ke penjara. 


Empat tahun setelah berdiri, PNI membubarkan diri. Perpecahan kembali terjadi. Sebagian pendiri membentuk Partai Indonesia (Partindo) sedangkan Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir yang belum lama tiba di Indonesia mendirikan Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Baru), sebagai ganti PNI yang telah membubarkan diri.  


Untuk beberapa saat, ideologi nasionalisme bisa memikat sekaligus mengikat orang banyak untuk bergabung ke dalamnya. Nasionalisme membuka kemungkinan bergabungnya unsur-unsur politik yang berbeda-beda di dalam satu wadah dan tujuan. Pada awal abad ke-20, nasionalisme memukau banyak pemikir dan aktivis pembebasan dari negeri-negeri jajahan.  


Ideologi nasionalisme, yang menurut sejarawan John D. Legge disebut sebagai “suatu istilah yang samar-samar, sesuatu yang mempunyai makna yang sangat berbeda-beda bagi berbagai bangsa” pada kenyataannya tetap menjadi pemikat di atas panggung politik. Bahkan, hingga ke abad 21 ini, partai-partai berhaluan nasionalis tetap memainkan peran penting dalam arena politik, tak terkecuali di Indonesia. 


Salah satu partai nasionalis terbesar di negeri ini adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI Perjuangan) yang tak hanya mengklaim memiliki trah biologis Sukarno, tetapi juga mendekap ajaran nasionalismenya. Namun demikian, klaim itu tak hanya diaku sendiri. Ada partai lain yang juga pernah berdiri dan mengusung ideologi nasionalisme, sebut saja PNI yang pernah dihidupkan kembali pada Pemilu 1999, 2004, dan 2009.  


Lantas partai kecil lain pun mencoba untuk beradu siasat dalam Pemilu dengan mengkhidmati nasionalisme sebagai haluan ideologinya. Pelopor, PNBK, Nasdem, bahkan Partai Demokrat menepuk dada sebagai partai nasionalis. Konsep nasionalisme menjadi lebih terbuka dan bebas ditafsirkan, selama ia punya komitmen pada rakyat, bangsa dan negaranya, betapapun komitmen itu menjadi samar apabila dilihat dari perspektif yang lain, marxisme misalnya. 


Historia menyajikan laporan khusus sejarah PNI. Partai ini partai penting yang mewarisi cara berpikir dari Indische Partij, partai nasionalis Hindia pertama. Selain tentu karena momentum yang pas dengan Bulan Bung Karno dan hari lahir PNI, kami juga ingin menyajikan kepada pembaca tentang pergerakan kaum nasionalis dalam sejarah di Indonesia.* 


Berikut ini laporan khusus PNI:

Advertisement

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy masuk militer karena pamannya yang mantan militer Belanda. Karier Tedy di TNI terus menanjak.
Alex Kawilarang Menolak Disebut Pahlawan

Alex Kawilarang Menolak Disebut Pahlawan

Alex Kawilarang turut berjuang dalam Perang Kemerdekaan dan mendirikan pasukan khusus TNI AD. Mantan atasan Soeharto ini menolak disebut pahlawan karena gelar pahlawan disalahgunakan untuk kepentingan dan pencitraan.
Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Tan Malaka pertama kali menggagas konsep negara Indonesia dalam risalah Naar de Republik Indonesia. Sejarawan mengusulkan agar negara memformalkan gelar Bapak Republik Indonesia kepada Tan Malaka.
Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Hubungan diplomatik Indonesia dan Belgia secara resmi sudah terjalin sejak 75 tahun silam. Namun, siapa nyana, kemerdekaan Belgia dari Belanda dipicu oleh Perang Jawa.
Dewi Sukarno Setelah G30S

Dewi Sukarno Setelah G30S

Dua pekan pasca-G30S, Dewi Sukarno sempat menjamu istri Jenderal Ahmad Yani. Istri Jepang Sukarno itu kagum pada keteguhan hati janda Pahlawan Revolusi itu.
bottom of page