top of page

Sejarah Indonesia

Penyesalan Seumur Hidup Jenderal

Penyesalan Seumur Hidup Jenderal Mashudi

Akibat terlalu konvensional memperlakukan senjata rampasan dari Jepang, pemuda Bandung harus kembali kehilangan senjata.

22 Juni 2019

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Para pemuda Bandung mengamankan kota menggunakan kendaraan. (Repro Sekitar Perang Kemerdekaan).

SETELAH memastikan kabar menyerahnya Jepang, rakyat Bandung segera membentuk barisan pengamanan kota. Dimotori pemuda-pemdua Bandung, mereka menyusuri jalan-jalan  yang biasa tentara Jepang berkumpul di sana. Kendati awalnya merasa ragu dan takut, rakyat akhirnya memberanikan diri untuk melucuti persenjataan tentara Jepang. Mereka menguasai tempat-tempat penting milik Jepang, terutama gudang senjata, agar tidak lagi muncul perlawanan.


Menjelang akhir September 1945, pasukan-pasukan rakyat telah mengamankan seluruh areal militer penting di Bandung. Para pejuang bersorak ria dengan keberhasilan menyingkirkan kekuasaan Jepang di kotanya.


“Para pemuda mulai bertindak mengusir pegawai-pegawai Jepang dengan kekerasan. Pemimpin bangsa kita yang lemah, disingkirkan untuk sementara,” tulis A.H. Nasution dalam Sekitar Perang Kemerdekaan Jilid II.


Namun sayang walau banyak gudang senjata diamankan, tidak semua pejuang tahu cara memakai senjata. Hanya satu regu pimpinan Sukanda yang mengerti banyak senjata, itupun tidak semua jenis. Sisanya hanya bermodal semangat, dan bambu runcing saja.


Pada Oktober 1945, berbekal instruksi pemimpin Sekutu, tentara Jepang mulai melancarkan serangan balik. Tanpa diduga mereka telah menyiapkan kekuatan untuk melumpuhkan pergerakan para pejuang Bandung. Gudang senjata yang telah diduduki pun akhirnya dapat direbut kembali pihak Jepang. Perlawanan-perlawanan dari rakyat tidak berarti banyak karena tentara dengan cepat dapat menumpasnya.


“Seperti biasa, massa yang mudah dan cepat bangkit, mudah dan cepat pula terdesak dan terpecah belah,” tulis Nasution.


Achmad Tirtosudiro, dalam biografinya Jenderal dari Pesantren Legok, mengenang peristiwa pelucutan senjata itu sebagai peristiwa yang amat disesali Letnan Jenderal TNI (Purn.) Mashudi, mantan Gubernur Jawa Barat (1960-1970), seumur hidup.


Mashudi, yang saat itu menjadi salah satu pemimpin rakyat, menyuruh agar para pemuda tetap menyimpan senjata di dalam gudang. Mereka harus mempelajari terlebih dahulu cara memakainya agar tidak keliru. Tetapi instruksinya itu malah menjadi bumerang bagi para pejuang.


“Kepintaran saya merupakan ketololan saya waktu itu. Coba jangan memakai pertimbangan rasional, harus berlatih segala. Pakai saja otot nekad. Boyong dulu, penguasaan belakangan, seperti dilakukan rekan-rekan lain di banyak tempat di seantero Indonesia,” ucap Mashudi kepada Achmad.


Karena persitiwa itu, para pemuda Bandung mendapat julukan Pemuda Peuyeum. Peuyeum sendiri merupakan makanan khas Jawa Barat, berbahan dasar singkong yang difermentasi. Konotasinya berarti para pemuda itu memiliki sifat yang lembek, penakut, dan pengecut.


Julukan itu terus melekat. Achmad Tirtosudiro bahkan merasakan langsung dampaknya. Saat sedang berkunjung ke Surabaya untuk urusan Djawatan Kereta Api, bukan saja mendapat sambutan yang kurang hangat dari masyarakat, keselamatan dirinya pun ikut terancam.


“Ini ada pemuda peuyeum dari Bandung. Kita potong saja!” kenang Achmad menirukan ucapan orang-orang Surabaya.


Walau yakin hanya candaan, tetapi Achmad melihat hal itu sebagai bentuk kekecewaan para pejuang Surabaya terhadap kegagalan pejuang Bandung mempertahankan daerahnya.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
bottom of page