Pada tahun 1955 Bandung menjadi saksi hidup diadakannya Konferensi Asia-Afrika (KAA) yang bertempat di Gedung Medeka. Diikuti oleh 29 negara dengan semangat berkobar melawan kolonialisme.

Bandung Utara memiliki beragam objek wisata alam yang menarik untuk dikunjungi. Salah satunya kawasan Dago. Namun, alih-fungsi lahan di sana berkontribusi bagi bencana banjir.

Heroisme para pemuda Bandung meladeni kepongahan Belanda. Merobek bendera triwarna dengan bayonet di bawah desingan peluru.

Banyak tokoh pencita-cita kemerdekaan bergerak di Bandung. Pemikiran kebangsaan dan persatuan Sukarno pun merekah di Bandung. 

Setelah berbulan-bulan ditahan di Penjara Banceuy, Sukarno cs. disidang dengan pasal-pasal karet penyebaran kebencian. 

Mantan “tukang insinyur” BATAN yang merekam sejarah perkotaan Bandung. Enggan disebut kuncen sejarah Bandung.

Mulai terpengaruh PKI sejak mendaki karier perwira, R. Didi Djukardi dicopot dari jabatannya pasca-G30S.

Amelia Earhart mengaku kagum pada keindahan Gunung Tangkuban Perahu. Hilang di Pasifik sepekan pasca-berangkat dari Bandung.

Sekelompok mahasiswa pejuang Indonesia dihadapkan ke regu tembak serdadu Jepang. Senapan yang semula untuk membidik kemudian diangkat untuk menyambut kedatangan komandan batalion.  

Ada isu akan dibantai, orang-orang Ambon di Bandung bergerak melawan RI.

Perintah memindahkan ibu kota Priangan ke Bandung baru dilaksanakan setelah Cianjur rusak cukup parah akibat bencana alam.

Segala cara dilakukan para pejuang Republik guna menghadapi tentara Belanda. Mulai memasang jimat mematikan hingga merapal ajian anti pelor.

Mereka terombang-ambing dalam dilema peperangan. Sebagian berada di pihak Republik, sebagian lagi memilih untuk berada di pihak Belanda.

Kisah-kisah lucu nan tragis di balik kebrutalan perang di palagan Bandung.

Kepahlawanan, kesedihan, dan kebrutalan bersatu padu di palagan Bandung selama 1945-1946.