top of page

Sejarah Indonesia

Piala Dunia Yang Tak Diakui

Piala Dunia yang Tak Diakui

Di tengah prahara Perang Dunia II, muncul klaim gelaran final Piala Dunia. Dimenangi Swedia tapi tak diakui FIFA.

Oleh :
5 Juli 2018

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

...

ENAM dekade silam, Swedia menggoreskan tinta prestasi tertinggi, sebagai finalis Piala Dunia (1958). Kini jalan untuk menyamainya atau bahkan melewatinya (baca: juara) cukup terbuka mengingat di Piala Dunia 2018 ini Andreas Granqvist dkk. sudah memijak babak perempatfinal.


Inggris jadi lawan Swedia dalam laga yang akan dimainkan Sabtu (7/6/2018). Bukan mustahil Swedia bisa merebut tiket semifinal. Terlebih, di Rusia keunggulan di atas kertas bukan segalanya. Tengok saja nasib Spanyol, Portugal, Argentina, atau Jerman.


Swedia bahkan bisa “juara” seperti ketika tahun 1942. Tapi, adakah Piala Dunia 1942? Perang Dunia II masih panas-panasnya tahun itu.


FIFA memang sudah mengagendakan Piala Dunia 1942 dan 1946. Untuk Piala Dunia 1942, Brasil dan Jerman bahkan sudah mengajukan diri sebagai tuan rumah.


Namun, invasi Jerman ke Polandia pada 1 September 1939, yang menandai dimulainya Perang Dunia II, membuat agenda itu buyar. FIFA terpaksa tiarap dan batal menggelar Piala Dunia.


Meski begitu, Jerman tak menyetop seluruh aktivitas sepakbolanya. Negeri yang dipimpin Adolf Hitler itu justru menyempatkan diri bikin pertandingan yang diklaim sebagai final Piala Dunia. Paul Brown dalam Unofficial Football World Champions menyebutkan, otoritas propaganda Jerman pernah mengatur sebuah laga yang diklaim sebagai final Piala Dunia pada 20 September 1942 di Olympiastadion, Berlin.


Namun, laga “final” tanpa turnamen itu mungkin lebih tepat disebut pertandingan persahabatan. Jerman, lanjut Brown, mengatur laga-laga (persahabatan) itu dengan mengundang sejumlah tim dari negara-negara netral dan sekutu Jerman-Nazi.


Tim Jerman besutan Sepp Herberger sempat kalah 1-2 pada laga yang dimainkan di hari ulang tahun Hitler, 20 April 1942. Kekalahan itu membuat para pemainnya diancam bakal dikirim ke front Timur (Uni Soviet) nan brutal agar tak kalah di laga-laga berikutnya. Ancaman itu berhasil jadi suntikan semangat lantaran Jerman menang 5-3 lawan Hungaria, 3-0 lawan Bulgaria, dan 7-0 lawan Rumania.


Namun saat meladeni Swedia, mereka keok 2-3. Swedia juara, tapi tak diakui FIFA sebagai juara dunia.


“100 ribu orang meninggalkan stadion dengan depresi. Dan karena kemenangan sepakbola ini lebih dekat di hati rakyat ketimbang direbutnya sebuah kota di Eropa Timur, harusnya kekalahan seperti ini jadi hal terlarang demi suasana hati masyarakat,” kata Martin Luther, sekretaris Departemen Luar Negeri Jerman, sebagaimana dikutip Brown.


Usai “Piala Dunia”, tim Jerman dibubarkan. Sejumlah pemainnya dikirim ke front timur. Kapten tim, Fritz Walter, jadi satu dari sedikit awak tim Jerman yang selamat hingga perang usai. Walter pula yang kemudian jadi kapten kala Jerman memenangi Piala Dunia 1954.



Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Kejenakaan Agus Salim

Kejenakaan Agus Salim

Agus Salim tumbuh menjadi pribadi yang cerdas, ramah, dan jenaka. Banyak orang memiliki kenangan lucu tentang dirinya.
Soeharto Menemukan "Tempatnya" di Barak KNIL

Soeharto Menemukan "Tempatnya" di Barak KNIL

Sebagai anak “broken home”, Soeharto pontang-panting cari pekerjaan hingga masuk KNIL. Copot seragam ketika Jepang datang dan pulang kampung dari uang hasil main kartu.
Lima Generasi Mengabdi di Istana

Lima Generasi Mengabdi di Istana

Dari generasi ke generasi, keluarga Endang Sumitra merawat dan melayani di Istana Bogor.
Guru Besar Itu Bernama Mamdani

Guru Besar Itu Bernama Mamdani

Ayah Zohran Mamdani pernah diusir Diktator Idi Amin. Karya-karyanya menyinggung Afrika pasca-kolonial hingga hukum adat di Indonesia.
Setelah Lama Berpuasa

Setelah Lama Berpuasa

Setelah Orde Baru tumbang, partai-partai berbasis NU didirikan dan berebut suara warga nahdliyin. Tak semuanya bertahan.
bottom of page