top of page

Sejarah Indonesia

Saat Pengusaha Pejuang Apes

Saat Pengusaha-Pejuang Apes

Tugas yang diemban pengusaha-pejuang Hasjim Ning di Perang Kemerdekaan membuatnya ketiban sial.

23 September 2019

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Hasjim Ning dan istri bersama Bung Hatta dan Ibu Rahmi Hatta (Foto: repro buku "Pasang-Surut Pengusaha Pejuang")

SAAT menjadi liaison officer di Kemerterian Kemakmuran, Hasjim Ning, keponakan Bung Hatta yang jadi konglomerat nasional, menyaksikan bagaimana Menteri Kemakmuran Adenan Kapau Gani marah kepada NICA di suatu hari pada 1947. Kemarahan Gani, yang dikenal sebagai “Raja Penyelundup”, disebabkan oleh kesewenang-wenangan tentara Belanda menggeledah kapal milik Indonesia di tengah laut pada 1947. Padahal, kapal itu mengangkut beras bantuan pemerintah Indonesia untuk pemerintah India.


Kemarahan Gani juga disebabkan ketidakpedulian para serdadu Belanda terhadap penjelasan dan protes berkali-kali kapten kapal. Gani yang tak menolerir pelanggaran itu pun langsung melayangkan protes mengingat itu bukan pertama kalinya serdadu Belanda melanggar kapal Indonesia.


Lantaran sikap Belanda tetap seperti sebelumnya, Gani tak lagi bisa memendam amarahnya ketika tak lama kemudian serdadu Belanda menyeret paksa kapal milik AS Isbrandsen Lijn ke Tanjung Priok untuk menyita muatannya. Gani melayangkan protes keras. Muatan dalam kapal itu dikatakannya milik sah pemerintah Indonesia.


Pemerintah Belanda menampik protes Gani. Menurut mereka, muatan dalam kapal merupakan hasil perkebunan milik Belanda yang ada di berbagai tempat di Jawa Barat.


Sontak, sikap Belanda membuat Gani mencari cara lain untuk menghadapinya. Dia lalu memanggil Hasjim. “Bung, bakar gudang tempat menyimpan barang-barang kita itu,” kata Gani kepada Hasjim yang dituliskan Hasjim dalam otobiografinya, Pasang-Surut Pengusaha Pejuang.


Hasjim langsung bergerak melaksanakan perintah itu. Setelah hampir sebulan memantau situasi lapangan, Hasjim memutuskan menggunakan para serdadu yang sekaligus bandit untuk dijadikan eksekutor. “Mereka suka foya-foya dan mabuk-mabukan. KL dan KNIL yang demikian cukup banyak ditemui di Jakarta. Tapi yang mau mengerjakan pembakaran itu mestilah mereka yang pernah ‘menikmati’ uangku,” kata Hasjim.


Pada tanggal tua, saat kantong para serdadu Belanda telah menipis, Hasjim pun menemui dua serdadu Belanda yang dikenalnya. Di sebuah bar di Kramat, Hasjim “mencekoki” keduanya hingga mabuk. Sambil meninggalkan uang f100 untuk bayar minuman, Hasjim lalu berdiri untuk pamit karena banyak pekerjaan. Karuan tindakan Hasjim mengagetkan dua serdadu Belanda tadi.


Seolah tak membutuhkan, sambil ngeloyor Hasjim berkata pada serdadu-serdadu tadi. “Kalau kau mau uang lebih banyak, aku punya pekerjaan buatmu.” Tawaran itu pun disambut nafsu oleh dua serdadu mabuk tadi. Setelah diberitahu pekerjaan itu berupa membakar gudang di Tanjung Priok, dua serdadu tadi saling berpandangan dan akhirnya menyanggupi.


“Kau akan bayar berapa?” kata salah seorang serdadu.


“Berapa kau mau?” Hasjim balik bertanya.


“Lima ribu.”


“Okey. Setelah kau lakukan, aku bayar. Kalian tahu di mana aku tinggal.”


Lima hari kemudian, pembakaran sebuah gudang di Tanjung Priok menjadi pemberitaan berbagai media massa. Hasjim membacanya. Dia lingkari berita itu dengan pena merahnya. Lalu, dia tunjukkan kepada Menteri AK Gani. Sang menteri girang bukan kepalang.

“Anak-anak mana yang melakukannya?” kata Gani.


“KNIL. Bayarannya lima ribu gulden,” jawab Hasjim.


“Gila kau. Siapa yang beri izin kau bayar sebanyak itu?”


“Bung, gudang itu sudah mereka bakar. Nanti mereka akan datang minta uangnya. Aku harus bilang apa?”


“Sungguh gila jij, Hasjim. Jij tidak bilang padaku lebih dahulu. Sekarang aku tidak punya uang.”


Alhasil, Hasjim pun terpaksa mengeluarkan tabungannya untuk mengupah dua serdadu tadi.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
bottom of page