- Joss Wibisono
- 12 Mar 2023
- 7 menit membaca
SETELAH seribu tahun, bagi orang Jepang di abad 19, Kyoto sebagai ibu kota pasti sama alamiahnya dengan mentari terbit pagi di ufuk timur. Maklum saja kalau ratusan ribu warga Kyoto meratap ketika Kaisar Meiji yang masih berusia 16 tahun memindahkan ibu kota ke Edo (sekarang Tokyo) pada 1869. Warga Kyoto yang bersedih itu bercucuran air mata melambaikan tangan ke arah iring-iringan kaisar yang bergerak ke arah timur. Para warga Kyoto berduka: kehilangan statusnya sebagai sebagai warga ibu kota. Seolah tak mau ditinggal, banyak warga meninggalkan bekas ibu kota itu untuk mengikuti sang kaisar reformis pindah ke Edo. Akibat pemindahan tersebut, Kyoto di abad 19 mengalami penurunan drastis jumlah penduduknya.
Ingin membaca lebih lanjut?
Langgani historia.id untuk terus membaca postingan eksklusif ini.









