top of page

Sejarah Indonesia

Serdadu Wuerttemburg Berontak Di Semarang

Serdadu Württemburg Berontak di Semarang

Setelah ikut Belanda, serdadu-serdadu Württemburg berontak juga. Setelah pemberontakan ini, perlahan jumlah orang pribumi dalam ketentaraan kolonial makin banyak.

27 Januari 2024

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Ilustrasi suasana pemberontakan serdadu Württemburg di sekitar Semarang (Yusuf "Gondrong"/Historia)

Sebuah kapal tiba di Batavia. Salah satu penumpangnya adalah Duke Karl Eugen von Württemburg (1728-1797). Bangsawan dari Jerman ini lalu jadi sangat penting bagi kongsi dagang Belanda Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC). VOC kala itu belum punya pasukan reguler pribumi dan campuran macam Koninklijk Nederlandsch Indisch Leger (KNIL). Alhasil VOC sangat mengandalkan tentara bayaran.


“Sementara itu para direktur telah membeli prajurit untuk memenuhi kebutuhan kompeni di Asia dengan menandatangani kontrak dengan Adipati Karl Eugen von Württemburg pada bulan September 1786,” catat Femme Gastra dalam Migration, Trade, and Slavery in an Expanding World.


Karl Eugen menjanjikan dua batalyon prajurit berpengalaman, satu kompi grenadier, kompi-kompi pengejar, dan kompi artileri tambahan.


VOC membayar 160 gulden untuk satu serdadu. Total dana yang diterima Karl Eugen mencapai 65.000 gulden sebagai imbalan serdadu berjumlah kira-kira satu resimen itu. Tak heran bila nama Württemburg disematkan untuk nama resimen itu.


Setelah kematian Karl Eugen, disebut Adolf Heuken dalam Tempat-Tempat Bersejarah di Jakarta, sekitar tahun 1798 anggota Resimen Württemburg ditempatkan di Meester Cornelis (kini Jatinegara, Jakarta Timur). Peter Carey dalam buku Ras, Kuasa, dan Kekerasan Kolonial di Hindia Belanda  menyebut mereka dikirim dari Tanjung Harapan, Afrika Selatan sekitar tahun 1792. Serdadu-serdadu Jerman itu lalu dikirim ke Maluku untuk mempertahankan Pulau Banda.


Resimen Württemburg kemudian ditempatkan di Semarang. Ketika Perang Jawa (1825-1830) meletus, resimen ini dan semua pasukan Belanda di Jawa Tengah dikonsinyir. Setelah Perang Jawa selesai, barulah pemerintah kolonial berpikir untuk memiliki tentara reguler sendiri guna setidaknya mengurangi ketergantungan serdadu dari Eropa. Tentu juga dengan merekrut penduduk pribumi sebagai tentara.


Setelah sekian lama dipekerjakan oleh penguasa Hindia Belanda, sebuah peristiwa yang tidak diinginkan pemerintah Hindia Belanda terjadi. Sekitar 17 Agustus 1860, Resimen Württemburg melakukan pemberontakan di Semarang. Banyak korban jatuh dalam pemberontakan tersebut.


Pemberontakan itu membuat otoritas militer setempat mengerahkan pasukan lain di luar golongan orang-orang Jerman itu. Pemberitaan Samarangsch Advertentieblad 1860 dan dirilis ulang De Locomotief tanggal 22 Oktoner 1938 menyebut kompi Ambon dari Batalyon Infanteri ke-3 KNIL di Ambarawa dikerahkan menghalau orang-orang di tangsi Württemburg.


Setelah serdadu-serdadu Württemburg terdesak oleh pasukan dari Ambon itu, mereka bergerak ke lantai atas markas mereka. Mereka dikepung. Mereka yang berusaha turun akan dihalangi serdadu-serdadu yang sudah siap dengan bayonet yang mengarah ke atas tangga. Bahkan ada pula yang menembaki ke dalam.


Pertempuran antara pasukan Württemburg dengan tentara yang setia kepada pemerintah itu berlangsung sampai sekitar pukul setengah 12. Para pemberontak disarankan untuk menyerah. Usaha perlawanan lebih lanjut tentu akan merugikan semua pihak.


Selain tujuh orang terluka parah, pertempuran itu juga melukai 14 orang lainnya. Sementara, seorang sersan yang setia kepada pemerintah terbunuh dalam pemberontakan itu. Sebuah komisi untuk menyelidiki pemberontakan yang merugikan pemerintah kolonial tersebut dibentuk setelah itu.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
bottom of page