top of page

Sejarah Indonesia

Teks Proklamasi Sutan

Teks Proklamasi Sutan Sjahrir

Sutan Sjahrir menyusun teks proklamasi untuk dibacakan pada 15 Agustus 1945. Naskah itu dikirimkan ke berbagai tempat di Jawa. Ia berharap Sukarno dan Hatta membacakan proklamasi itu.

18 Agustus 2025

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Diperbarui: 19 Agu

SELAMA pendudukan Jepang, Sutan Sjahrir menolak bekerja sama dan bergerak di bawah tanah. Melalui radio rahasia, ia mengetahui Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Ketika Sukarno dan Mohammad Hatta kembali dari Dalat pada 14 Agustus 1945, Sjahrir mendesak mereka untuk segera memproklamasikan kemerdekaan tanpa melalui PPKI.


Menurut Sjahrir, Sekutu sebagai pemenang Perang Dunia II tidak mau berurusan dengan negara yang disponsori Jepang. Oleh karena itu, penting untuk menunjukkan bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia bersih dari campur tangan pihak Jepang.


Namun, Sukarno dan Hatta, yang belum yakin Jepang akan menyerah, merasa kelompok gerakan bawah tanah belum dapat mengumpulkan kekuatan yang cukup untuk menggulingkan Jepang. Mereka takut terjadi pertumpahan darah yang tidak berguna.


Terlepas dari sikap hati-hati Sukarno dan Hatta, Sjahrir mempersiapkan teks proklamasi kemerdekaan dengan kata-kata yang anti-Jepang. Sementara rekan-rekannya mengorganisir gerakan bawah tanah dan para mahasiswa di Jakarta bersiap melakukan aksi besar-besaran dan perlawanan jika Jepang menggunakan kekerasan.


“Di pinggiran kota, kami telah mengumpulkan ribuan pemuda yang akan bergerak ke dalam kota segera setelah proklamasi disiarkan oleh kawan-kawan kami di stasiun radio,” tulis Sjahrir sebagaimana dikutip Rudolf Mrazek dalam Sjahrir: Politics and Exile in Indonesia.


Sebelum proklamasi kemerdekaan dibacakan, pada pukul satu siang tanggal 15 Agustus 1945, sebuah siaran penting mengudara di Radio Jakarta Hosokyoku. Dalam pidatonya, Kaisar Jepang mengatakan bahwa Jepang telah kalah perang dan menyerah kepada Sekutu.


Berita persiapan proklamasi kemerdekaan telah dikirim ke pos-pos penting di Jawa. Orang-orang penting di Jawa diberi tahu bahwa proklamasi akan dilakukan setelah pukul lima sore pada 15 Agustus 1945. Namun, pada pukul enam, Sukarno masih meminta penundaan. Sementara itu, ribuan orang dan mahasiswa berkumpul di tempat-tempat yang telah disepakati. Di Jakarta, aksi akan dipusatkan di Taman Gambir, di mana para demonstran berencana menduduki stasiun radio dan gedung Kempeitai (polisi militer). Kondisi seperti ini berbahaya karena Jepang bisa mengetahui dan polisi serta tentara melakukan penangkapan besar-besaran.


Sjahrir berharap, pada jam-jam itu, Sukarno dan Hatta akan membacakan teks proklamasi yang telah disusunnya di depan umum. Mrazek mencatat, pada 14 Agustus 1945, Sjahrir telah menulis teks proklamasi versinya, yang dikirimkan secara sembunyi-sembunyi kepada teman-temannya di kantor berita Domei, dan kepada stasiun radio untuk disiarkan.


“Sedikit sekali yang diketahui tentang teks proklamasi yang ditulis oleh Sjahrir. Menurut ingatannya sendiri, proklamasi itu dirancang bukan untuk mengisolasi elemen-elemen pro-Jepang, tetapi untuk membangkitkan rakyat. Selain itu, menurut Sjahrir, proklamasi itu anti-Jepang, bukan anti-Belanda,” tulis Mrazek.


Teks proklamasi yang disusun Sjahrir panjangnya sekitar tiga ratus kata. Intinya menggambarkan penderitaan rakyat di bawah penjajahan Jepang dan menyatakan bahwa rakyat Indonesia tidak ingin menjadi inventaris, yang berpindah dari satu tangan penjajah ke tangan penjajah lainnya. Dan akhirnya menyatakan rakyat Indonesia ingin dibebaskan dari belenggu penjajahan dan dibiarkan mengatur kehidupannya sendiri.


George McT. Kahin dalam Nationalism and Revolution in Indonesia menyebut setelah persiapan-persiapan untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, Sukarno dan Hatta tidak akan mengumumkan proklamasi pada 15 Agustus. Sjahrir tidak dapat menghubungi semua pemimpin organisasinya pada waktunya untuk memberitahukan hal ini kepada mereka.


Menurut Mrazek, ada laporan salinan proklamasi Sjahrir sampai di Cirebon. Dr. Soedarsono membacakannya pada 15 Agustus di depan umum pada pertemuan warga di alun-alun kota. Laporan ini hanya berasal dari kalangan PNI-Pendidikan. Sjahrir sendiri menyebutkan peristiwa itu secara singkat dalam ingatannya. Hal-hal yang terjadi di Cirebon, kenangnya, karena ia tidak dapat menghentikan orang-orang di sana pada waktunya.


Sehari setelah kegagalan pembacaan teks proklamasi pada 15 Agustus 1945, Sukarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok. Sekembalinya ke Jakarta, mereka menyusun proklamasi di rumah Laksamana Tadashi Maeda.


Menurut Mavis Rose dalam Indonesia Free: A Political Biography of Mohammad Hatta, dalam proses penyusunan teks proklamasi, Sukarno dan Hatta menolak teks Sjahrir karena nadanya terlalu provokatif. Mereka memutuskan untuk menggunakan kalimat dari Pembukaan UUD: “Kami rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaan Indonesia,” dengan menambahkan kalimat pendek: “Hal-hal yang berkenaan dengan pemindahan kekuasaan dan hal-hal lain akan dilaksanakan dengan tertib dan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.”


“Para pemimpin pemuda memprotes bahwa proklamasi tersebut terlalu lunak namun delegasi PPKI mendukungnya dengan sepenuh hati,” tulis Rose.


Teks proklamasi itulah yang ditandatangani Sukarno dan Hatta dan dibacakan Sukarno di halaman rumahnya di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta, pada 17 Agustus 1945.*

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
S.K. Trimurti Murid Politik Bung Karno

S.K. Trimurti Murid Politik Bung Karno

Sebagai murid, S.K. Trimurti tak selalu sejalan dengan guru politiknya. Dia menentang Sukarno kawin lagi dan menolak tawaran menteri. Namun, Sukarno tetap memujinya dan memberinya penghargaan.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
bottom of page