- M.F. Mukhti
- 15 Apr 2023
- 6 menit membaca
SEMBARI mondar-mandir di sisi lapangan, dia terus mengawasi anak-anak berusia 8–12 tahun bermain sepakbola. Sorot matanya tajam. Sebentar-sebentar dia berteriak memberi pengarahan. Meski sudah rada gemuk, dia tak lelah mendampingi murid-muridnya mengolah si kulit bundar.
Ingin membaca lebih lanjut?
Langgani historia.id untuk terus membaca postingan eksklusif ini.











