Hasil pencarian
9599 hasil ditemukan dengan pencarian kosong
- Sejarah Pemakaian Jubah
DI masa lalu pemerintah kolonial Belanda memberlakukan aturan ketat soal pemakaian jubah atau pakaian bergaya Arab. Pakaian ini diasosiasikan dengan orang-orang yang pulang beribadah haji di Mekah, yang kerap menjadi penyebab keonaran.
- Ganti Rugi Penjajahan dari Jepang dan Belanda
PADA suatu waktu, ketika berada di Jepang, secara berkelakar Hermawan Kartajaya pernah bertanya kepada Kikuchi-San dari JVC: “Berapa kira-kira ‘sumbangan’ Indonesia pada masa pendudukan Jepang dahulu terhadap pembangunan jalan mengilat yang bertumpuk-tumpuk serta terowongan bawah tanah yang banyak terdapat di Tokyo itu?”
- Memberangus Seksualitas di Hindia Belanda
PADA 25 Mei 1936, masyarakat Belanda gempar. Leopold Abraham Ries, bendahara-kepala Kementerian Keuangan Belanda, ditangkap atas tuduhan melakukan seks homoseksual. Henk Vermeulen, lelaki berusia 17 tahun, mengaku sudah lama menjalin hubungan seksual dengan Ries karena iming-iming uang.
- Mengunyah Sejarah Ketupat
LEBARAN belum lengkap tanpa makan ketupat. Saat lebaran tiba, ketupat seolah menjadi menu wajib yang mesti tersedia di meja makan. Namun bagaimana asal-asul sejarah ketupat? Mengulas sejarah ketupat tidaklah semudah mengunyah ketupat itu sendiri.
- Humanisme dalam Novel Emilie Jawa 1904
DALAM salah satu acara makan malam di Paris, Emilie menjadi pusat perhatian. Semua orang membicarakan rencana Emilie pergi ke Hindia Belanda. Negeri jauh ini, mereka bilang, masih penuh dengan horor: manusia memakan manusia, ibu memakan anaknya. Yang lain mengoreksi, bahkan menyebut orang Jawa sangat halus, sopan; tak mengeluh sekalipun dicambuk karena menganggap orang Belanda sebagai tamu yang layak dihormati.
- Mas Slamet Hina Sukarno
MR. Mas Slamet kecewa berat pada golongan Republiken yang dianggapnya kolaborator fasis Jepang. Padahal, menurut dia Jepang banyak mendatangkan kesengsaraan pada rakyat. Mas Slamet lantas menggantungkan nasib kepada Ratu Belanda dengan harapan Ratu bisa melakukan sesuatu untuk rakyat Indonesia. Dia pun pergi ke Belanda, bersikeras bertemu Ratu Wilhelmina.
- Hitam Putih Rambut Gimbal
SELAIN musik, apa yang paling melekat dari sosok Bob Marley dan Mbah Surip? Rambut gimbal. Ya, rambut gimbal identik dengan kedua musisi reggae itu. Padahal lilitan rambut gimbal merentang jauh ke belakang.
- Nasionalisme Peci Sukarno
PEMUDA itu masih berusia 20 tahun. Dia tegang. Perutnya mulas. Di belakang tukang sate, dia mengamati kawan-kawannya, yang menurutnya banyak lagak, tak mau pakai tutup kepala karena ingin seperti orang Barat. Dia harus menampakkan diri dalam rapat Jong Java di Surabaya, Juni 1921. Tapi dia masih ragu. Dia berdebat dengan dirinya sendiri.
- Menuju Sorga Perempuan di Hindia Belanda
PADA 1712 di atas geladak kapal Arentsduin milik VOC yang hendak berlayar ke Hindia, seorang perempuan tertangkap. Dia penumpang gelap karena ada larangan penumpang perempuan di kapal-kapal VOC. Rupa-rupanya dia tak rela berpisah dengan suaminya yang akan berlayar. Kapten kapal kemudian menugaskan dua penjaga untuk berpatroli siang-malam guna mencegah kejadian serupa terulang.
- Sedia Payung Walau Tak Hujan
INGAT lagu “Umbrella” yang dilantunkan Rihanna? Ya, lagu itu pernah menduduki tangga lagu terpopuler di seluruh dunia. Payung atau umbrella , dari bahasa Latin umbra yang berarti bayang-bayang, sontak kembali populer. Menyusul kesuksesan lagu itu, Rihanna sendiri berbisnis payung dengan bahan berkualitas dan bentuk yang fashionable . Dia bekerjasama dengan perusahaan payung terbesar di Amerika Serikat, Totes.
- Paman Sam dan Tukang Daging
BANYAK orang percaya Paman Sam benar-benar pernah ada. Dia tokoh sungguhan yang hidup awal abad ke-19. “Paman Sam benar-benar pernah ada. Namanya Samuel Wilson dan dia merupakan seorang pengawas daging di sebuah perusahaan yang menyuplai daging untuk ransum tentara selama Perang 1812,” tulis Bill Lawrence dalam Fascinating Facts From American History .
- Batavia, Koloni Tanpa Perempuan
GUBERNUR Jenderal Jan Pieterszoon Coen punya gagasan untuk mengisi kota Batavia. Kepada dewan pengurus di Amsterdam, Coen meminta kiriman anak-anak gadis dan mengusulkan agar banyak keluarga Belanda dari kalangan baik-baik bermigrasi ke Batavia, agar semua sifat-sifat baik keluarga Belanda dan kaum perempuan Belanda seperti kesopanan, kebersihan, dan kesalehan bisa ditanamkan di sini.






















