top of page

Sejarah Indonesia

Handala Simbol Perlawanan Palestina Dalam Seni

Handala, Simbol Perlawanan Palestina dalam Seni Jalanan

Kapal bantuan kemanusiaan “Handala” yang menembus blokade Israel dinamai dari karakter kartun ikonik karya seniman Palestina korban Peristiwa Nakba.

11 Juli 2025

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

...

HABIS kapal Madleen, terbitlah Handala. Tak kapok dengan apa yang menimpa Madleen bulan lalu, Gabungan lembaga kemanusiaan independen Freedom Flotilla Coalition (FFC) menjadwalkan akan memberangkatkan kapal Handala –yang membawa aneka bantuan kemanusiaan– dari Siracusa, Italia ke Jalur Gaza, Palestina, pada Minggu (13/7/2025). 

 

Pada 1 Juni lalu, FFC memberangkatkan kapal Madleen yang berlayar –dengan menggunakan bendera Inggris– dari Sisilia, Italia dengan membawa persediaan susu formula, 100 kilogram tepung, 250 kilogram beras, popok, barang keperluan wanita, hingga alat-alat kesehatan. Madleen berlayar dengan 11 kru dan aktivis, di antaranya anggota Parlemen Eropa Rima Hassan asal Prancis, aktivis kemanusiaan Thiago Avila dari Brasil, dan Greta Thunberg asal Swedia. 

 

Namun saat masih berlayar di perairan internasional dekat Siprus pada dini hari 9 Juni 2025, mereka dicegat Angkatan Laut (AL) Israel dan ke-11 aktivis itu diculik ke Israel. Setelah beberapa hari diinterogasi, mereka dikembalikan ke negara asal masing-masing. Meski tak senahas kapal bantuan kemanusiaan MV Mavi Marmara yang diberangkatkan lembaga HAM Türkiye, İHH, pada 2010 silam hingga menewaskan 10 orang dan melukai 12 lainnya, tetap saja misi Madleen menembus blokade Israel demi menyelamatkan dua juta populasi Gaza yang butuh bantuan kemanusiaan tak tercapai. 

 

“Misi ini berangkat beberapa pekan setelah serangan ilegal Israel terhadap Madleen di perairan internasional. Handala akan diluncurkan di bawah bayang-bayang kekejaman massal. Sejak 18 Maret 2025 ketika Israel melanggar gencatan senjata dan terus menyerang Gaza, setidaknya bertambah 6.572 warga Palestina yang tewas dan 23 ribu terluka, di mana 700 di antara mereka ditembaki saat menunggu bantuan makanan di pos-pos distribusi yang dikontrol Amerika Serikat dan yayasan ‘kemanusiaan’ Israel (GHF) yang menjadi perangkap maut yang tersamar sebagai skema bantuan; sebuah kontrol sistemik yang keji dari genosida Israel,” ungkap FFC dalam rilisnya di laman resminya, Senin (7/7/2025). 

 

Handala sendiri bukanlah “armada” anyar FFC. Kapal sepanjang 17,6 meter itu mulanya kapal nelayan asal Norwegia. Berkat bantuan sesama lembaga kemanusiaan seperti Ship to Gaza Norway, Palestinakomiteen i Norge, dan serikat buruh Landsorganisasjoen in Norge (LO), pada 17 April 2023 diubah menjadi kapal kemanusiaan dengan atribut-atribut Palestina dan dioperasikan FFC. Pada medio 2024, Handala berkeliling Eropa untuk menggalang bantuan dan kini akan jadi penyambung kemanusiaan secara langsung menuju Gaza setelah kegagalan misi Madleen

 

Jika kapal layar Madleen mengambil nama dari sosok nelayan perempuan Palestina pertama dan satu-satunya, Madleen Kulab, kapal motor diesel Handala dinamai oleh Kepala LO Fauzia Hussain-Wiik dari nama karakter kartun dan seni jalanan “Handala”. Karakter kartun ikonik yang sampai kini masih meramaikan seni jalanan di banyak tempat karya mendiang korban pengungsi Peristiwa Nakba dan kartunis ternama Palestina, Naji Salim Hussain al-Ali. 


Kapal Handala yang akan diberangkatkan FFC ke Gaza (freedomflotilla.org)
Kapal Handala yang akan diberangkatkan FFC ke Gaza (freedomflotilla.org)

Panah Kompas Kemanusiaan Universal

Bocah lelaki berambut jarang dan tajam itu mengambil sikap memunggungi. Baju dan celananya compang-camping, tanpa alas kaki. Kedua tangannya saling mengunci genggaman di punggung. Sosok yang sedang nelangsa itu yang bernama asli Hanthala, atau lebih populer disebut Handala. 

 

Karakter kartun bocah yang digambarkan berusia sekitar 10 tahun itu sama usianya dengan penciptanya, Naji al-Ali, ketika seniman itu terusir dari tanahnya pada 1948. Bersama sekira 750 ribu orang Palestina lain, Naji terusir dalam Peristiwa Nakba, upaya pembersihan etnis oleh Israel yang mencaplok tanah-tanah Palestina. 

 

“Handala adalah bocah 10 tahun dan dia akan selalu berusia 10 tahun. Itu usia ketika saya terpaksa meninggalkan tanah kelahiran saya. Saat Handala kembali, dia akan masih berusia 10 tahun dan kemudian baru akan mulai tumbuh besar,” ungkap Naji dalam bukunya yang disusun Joe Sacco, A Child in Palestine: The Cartoons of Naji Al-Ali.


 

Naji berasal dari keluarga sederhana di Desa Al-Shajara, sekira 14 kilometer barat Tabariyya (kini Tiberias). Lantaran terusir dari desanya, Naji dan keluarganya terpaksa mengungsi sampai ke Kamp Pengungsian Ain al-Hilweh dekat Sidon, Lebanon Selatan. 

 

Menurut Sacco dalam laman perkenalan di buku tersebut, sudah sejak usia 10 tahun itu pula Naji sering mencorat-coret tembok kamp pengungsian dengan gambar-gambar ilustrasi. Ia seorang otodidak yang menyambi jadi pemetik jeruk dan buah zaitun di perkebunan-perkebunan dekat kamp pengungsian sepulangnya dari sekolah di Union des Églises Chrétiennes. 

 

Mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke sekolah teknik menengah (STM) Pères Blancs di Tripoli hingga lulus, Naji lalu beralih “jalur” jadi montir mobil. Ijazahnya sebagai “tukang insinyur” otomotif membawanya merantau ke Beirut lalu Arab Saudi. Meski begitu, hobinya menggambar masih disalurkannya di sela-sela pekerjaan. 


 

Pada 1959, Naji kembali ke Lebanon untuk terjun ke dunia pergerakan bersama Gerakan Nasionalis Arab alias Harakiyyin (ANM). Sebagai penghobi seni rupa, Naji paling sering mendapat tugas menggambar banyak ilustrasi penghias pamflet-pamflet ANM. Namun, aktivitas itu pula yang membuatnya gagal masuk kampus seni L’Académie Libanaise des Beaux-Arts. Jalannya meretas dunia seni justru datang dari “pintu lain” pada suatu waktu di tahun 1961. 

 

“Aktivis, penulis, dan jurnalis ternama Palestina, Ghassan Kanafani, menemukan bakat Al-Ali ketika ia melihat hasil-hasil karyanya di tembok-tembok kamp pengungsian. Kanafanilah yang kemudian pertamakali menerbitkan karya-karya kartun Al-Ali di suratkabar Al-Hurriya,” tulis Hania Nashef dalam Palestinian Culture and the Nakba: Bearing Witness.

Naji Salim Hussain al-Ali dan karyanya dengan karakter "Handala" (palquest.org/utoronto.ca)
Naji Salim Hussain al-Ali dan karyanya dengan karakter "Handala" (palquest.org/utoronto.ca)

Itu jadi permulaan kariernya sebagai kartunis jalanan yang kemudian membawanya ke Kuwait hingga Inggris. Sejak saat itu, Naji jadi langganan menyuplai gambar-gambar ilustrasi maupun kartun satir yang membidik isu-isu korupsi, kekerasan HAM, ketidakadilan, dan rezim anti-demokrasi ke media-media massa beraliran kiri maupun kanan seiring berpindah-pindah dia ke beberapa negara. Selain majalah Al Tali’a, dia rutin menyuplai gambar ke suratkabar Al-Siyasa di Kuwait, harian As-Safir di Beirut, dan kantor cabang London harian asal Kuwait, Al-Qabas

 

“Al-Ali mengkritik siapa saja: Israel, PLO (Organisasi Pembebasan Palestina, red.), rezim negara-negara Arab. Semua pihak bisa jadi sasaran tajamnya pena Al-Ali, seperti yang pernah ia katakan, ‘tugas saya adalah vokal untuk semua orang, termasuk bangsa saya yang berada di kamp-kamp (pengungsian), di Mesir, di Aljazair’,” kenang Sacco. 


 

Sampai wafatnya, lebih dari 40 ribu karya ia hasilkan sebagai kartunis politik di media-media massa tersebut. Termasuk karya karakter Handala yang ia hasilkan ketika masih di Kuwait pada 1969. Nama karakternya terinspirasi dari tanaman rambat gurun yang dalam bahasa Arab disebut “Hanthal” (Citrullus colocynthis). Karakter itu tidak hanya personifikasi dan simbol perlawanan bangsa Palestina terhadap penjajahan Israel namun juga simbol keadilan universal, sebab banyak anak-anak juga tertindas di negeri-negeri lain yang diguncang konflik. 

 

“Dia (Handala) adalah panah kompas yang selalu mengarah pada Palestina. Tidak hanya Palestina dalam konteks geografis, melainkan juga dalam arti kemanusiaannya – simbol tujuan keadilan, baik itu bagi mereka yang juga terdapat di Mesir, Vietnam, atau Afrika Selatan,” tegas Al-Ali. 

 

Namun, sambung Sacco, tajamnya pena Naji membuatnya banyak musuh. Hal yang tak diinginkan pun terjadi tepat di muka kantor cabang Al-Qabas di London pada 22 Juli 1987. Naji jadi korban percobaan pembunuhan dengan luka tembak di punggung dan leher dari proyektil pistol kaliber 7,62. Kendati sempat dilarikan ke rumahsakit lantaran mengalai koma, Naji akhirnya menghembuskan nafas terakhir pada 29 Agustus 1987. 


 

Dari penyelidikan Kepolisian Metro London dan biro investigasi Scotland Yard, didapati dua tersangka yang sama-sama agen ganda intelijen Israel, Mossad, yang menyusup ke Force 17, milisi elit PLO, di London. Satu tersangka dengan nama samaran Ismail Sowan dan satu tersangka lain tak diungkapkan identitasnya. 

 

Meski keduanya mengaku agen ganda yang bekerja untuk Mossad, aparat Inggris gagal membuktikan mereka adalah pelaku pembunuhan Naji. Sementara satu tersangka lain dibebaskan, Sowan tetap diseret ke pengadilan dengan dakwaan kepemilikan sepucuk pistol –dengan kaliber serupa– secara ilegal dan divonis 11 tahun penjara. 

 

Meski hingga kini pembunuhnya masih misteri, Naji selalu “hidup” di antara anak-anak korban kejahatan HAM dan kejahatan perang. Gambar-gambar Handala senantiasa hadir dalam bentuk mural dan bermacam seni jalanan lain di banyak dinding bangunan di Gaza, Tepi Barat, dan kota-kota di negara lain yang masyarakatnya mendukung boikot, divestasi, serta sanksi terhadap Israel. 

 

“Karakter Handala yang ikonik selalu tampak memandangi kekejaman Israel atau kemunafikan dunia Arab dengan sikap memunggungi. Seolah mengatakan, ‘hiraukan saja saya karena saya menyingkir ke pinggir jalan, menyaksikan, merekam dan saya tahu apa yang kalian lakukan.’ Handala merepresentasikan rakyat Palestina. Dia adalah kita,” tandas Sacco. 




Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
bottom of page