top of page

Sejarah Indonesia

Isu Senjata Untuk Kudeta

Isu Senjata untuk Kudeta

Seorang kapten menuduh petinggi ABRI menyiapkan senjata untuk kudeta. Padahal, senjata itu untuk dijual kepada pejuang Mujahiddin Afganistan yang melawan Uni Soviet.

Oleh :
29 September 2017

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

...

Diperbarui: 21 Jun

PANGLIMA TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo gusar. Dalam sebuah rekaman viral, Gatot menyatakan ada institusi nonmiliter yang menyiapkan 5.000 pucuk senjata api ilegal. Menurut Gatot, berdasarkan amatan jajaran intelijennya, senjata itu dipersiapkan untuk kepentingan tertentu dengan mencatut nama presiden. Dia menyitir ada segelintir oknum TNI yang bermain politik.


“Mereka akan saya buat merintih bukan hanya menangis,” tegas Gatot dalam rekaman itu.


Tak ayal, rekaman itu membuat kegaduhan di tubuh TNI. Kegaduhan serupa juga pernah terjadi saat TNI AD tergabung dalam Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) pada dekade 1980-an.


Pada Maret 1983, menjelang Sidang Umum MPR, pasukan Kopassandha (kini Kopassus) dari Detasemen 81/Antiteror disiagakan. Perintah siaga tempur datang dari seorang perwira muda, Kapten Prabowo Subianto. Wakil komandan Den 81/Antiteror itu mencurigai adanya distribusi senjata di markas besar ABRI.


Kepada anak buahnya, Prabowo, yang juga menantu Presiden Soeharto, menginstruksikan untuk “mengamankan” calon Panglima ABRI, Letjen TNI L.B. Moerdani. Instruksi penangkapan serupa juga ditujukan kepada tiga jenderal perwira tinggi ABRI: Letjen TNI Sudharmono, Marsekal Madya Ginandjar Kartasasmita, dan Letjen TNI Moerdiono.


Rencana penangkapan itu disampaikan Prabowo kepada atasannya, Mayor Luhut Panjaitan. Kepada Luhut, Prabowo mengungkap jika Benny hendak melakukan kudeta. Tudingan itu berdasarkan adanya penyadapan dan aliran senjata di markas ABRI. Setelah operasi kontra kudeta dilaksanakan, Prabowo merencanakan untuk menyelamatkan Presiden Soeharto ke markas Kopassandha di Cijantung.


Luhut menampiknya. Sebagaimana dikutip Hendro Subroto dalam Sintong Panjaitan: Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando, Luhut berujar, “Kamu minta saya mengambil Soeharto ke sini (Cijantung, red.). Itu melakukan by pass garis komando seberapa jauh?” Luhut lantas melaporkan Prabowo kepada atasannya, Kolonel Sintong Panjaitan, Komandan Grup 3/Sandiyudha. Sejak itu, hubungan antara Prabowo dan Luhut menjadi retak.


Dalam biografi Sintong Panjaitan dijelaskan, Benny memang benar memasukkan senjata. Tetapi senjata itu merupakan dagangan untuk Pakistan yang selanjutnya disalurkan ke para pejuang Mujahiddin Afganistan untuk melawan Uni Soviet. Di antara senjata itu adalah senapan serbu AK-47 dan senapan laras panjang SKS dari Israel, serta senjata antitank buatan Prancis.


“Jadi Pak Benny memainkan peranan itu. But it has nothing to do with coup d’etat,” tegas Luhut.


Menurut Sintong, tuduhan Benny akan melakukan kudeta hanya dilakukan oleh orang sakit. Seharusnya terhadap Prabowo yang melontarkan tuduhan itu, harus diambil tindakan. “Namun kenyataannya ABRI tidak punya keberanian mengambil tindakan apapun, karena keseganan terhadap Soeharto yang mungkin akan membela menantunya.”


Kendati demikian, kasus ini terdengar sampai ke pucuk pimpinan ABRI, termasuk Benny. Karena tidak terbukti, Panglima ABRI merangkap Menteri Pertahanan dan Kemanan Jenderal TNI M. Jusuf menginginkan isu ini diselesaikan secara internal. Prabowo yang dinilai tertekan karena situasi yang kurang baik di Cijantung diberikan cuti selama dua minggu. Tak lama kemudian, Prabowo dipindahkan dari Kopassandha dan dijadikan Kepala Staf Kodim. Pada 1985, Prabowo menempati pos baru di Kostrad.


Kivlan Zen dalam Konflik dan Integrasi TNI AD menyebut, pemberian jabatan buangan ini menimbulkan kebencian dan rasa tidak berdaya Prabowo terhadap Benny Moerdani. Sebaliknya, sejak itu pula mulai muncul gerakan “Debennysasi”, upaya melemahkan pengaruh Benny Moerdani di kalangan perwira menengah TNI AD. Orang-orang yang dianggap dekat dengan Benny tersingkir dan dipersulit jenjang kariernya. Luhut Panjaitan misalnya, hingga mencapai pangkat jenderal berbintang tiga tidak pernah menjabat sebagai panglima.


Sejarawan Asvi Warman Adam dalam Menguak Misteri Sejarah, menguraikan posisi tawar yang dimiliki Prabowo dalam bertindak berkaitan dengan latar belakang dan relasi yang dimilikinya. Sekalipun tindakannya acapkali tidak dilandasi pertimbangan yang masuk akal. “Ber-ayahkan tokoh nasional terkemuka –ekonom Sumitro Djojohadikusumo– serta menantu Presiden Soeharto, membuat rasa percaya diri Prabowo sangat tinggi sekaligus penuh curiga.”*

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
Banjir Aceh dan Tapanuli Tempo Dulu

Banjir Aceh dan Tapanuli Tempo Dulu

Sumatra Utara dan Aceh dulu juga pernah dilanda banjir parah. Penyebabnya sama-sama penebangan hutan.
bottom of page