top of page

Sejarah Indonesia

Nasib Dading Kalbuadi Setelah Berangkat Ke Timor Timur

Nasib Dading Kalbuadi Setelah Berangkat ke Timor Timur

Bersahabat, Dading Kalbuadi dan Benny Moerdani kemudian sama-sama menjadi jenderal ABRI.

Oleh :
7 Mei 2023

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Kolonel Dading Kalbuadi (kanan) dan Mayjen TNI Benny Moerdani (tengah) di Lapangan Udara Comoro (Repro Benny: Tragedi Seorang Loyalis).

SEBELUM Operasi Seroja di Timor Leste pada 1975, nama Dading Kalbuadi tak begitu menonjol di kalangan perwira TNI. Padahal, dia punya peran cukup penting dalam keberhasilan operasi tersebut.


Pria kelahiran Cilacap pada 14 April 1931 ini merupakan kawan L.B. Moerdani, panglima ABRI dan menteri pertahanan di masa pemerintahan Soeharto. Keduanya bareng ketika belajar di Pusat Pendidikan Perwira Angkatan Darat (P3AD), Bandung pada era 1950-an.


Seperti Benny, sapaan akrab Moerdani, ketika belum berusia 17 tahun Dading sudah ikut melawan tentara Belanda. Operasi keduanya sama-sama di Jawa Tengah tapi di daerah berbeda. Benny di sekitar Solo dan pernah ikut kelompoknya Letnan Kolonel Slamet Rijadi. Sementara Dading menjadi anggota pasukan Indonesia Merdeka Atau Mati (IMAM) di daerah Banyumas. Iwa Sumarmo dalam Indonesia Merdeka atau Mati menyebut Dading pernah terlibat dalam sebuah misi sulit, yakni penyusupan ke daerah pendudukan tentara Belanda.



Setelah lulus dari P3AD, Dading dan Benny masuk Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD). Keduanya menjadi perwiranya, dan terlibat dalam operasi penumpasan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) pada 1958 ketika masih berpangkat letnan dua.


Dading menjadi saksi kegemilangan Benny dalam sebuah operasi terjun payung. Padahal, Benny belum pernah latihan terjun payung sebelum misi itu. Menurut Julius Pour dalam Benny: Tragedi Seorang Loyalis, Benny dan pasukannya sukses merebut lapangan udara Pekanbaru. Benny lalu diberi wing penerjun ketika operasi itu sukses.



Dading saat itu membawa kamera dan mendokumentasikan kondisi lapangan. Dalam operasi melawan PRRI itu, Dading kemudian terluka dalam sebuah pertempuran di Riau.


“Dari sela-sela debu yang masih mengepul, nampak Dading Kalbuadi terkapar, darah berlepotan pada bagian lehernya. Pecahan peluru ternyata menyerempet leher Dading,” catat Julius Pour.


Tapi Dading selamat. Setelah lukanya pulih, dia terus berada di baret merah.


Selain pernah menjadi komandan tempur, Dading pernah pula menjadi perwira Penghubung, Perwira Logistik di RPKAD, dan sempat bertugas ke luar negeri. Dading pernah juga menjadi komandan Grup di korps baret merah yang kala itu bernama Komando Pasukan Sandhi Yudha (Kopassandha) dan kini bernama Komando Pasukan Khusus (Kopassus) itu.



Pada akhir 1975, Dading dilibatkan dalam sebuah operasi ke Timor Portugal guna melawan anasir komunis Fretilin di sana. Sebelum berangkat, Benny yang sudah jadi pejabat intelijen dengan pangkat yang sudah melewati Brigadir Jenderal, bertemu Kolonel Dading Kalbuadi.

“Ini mungkin one way ticket,” kata Benny.


“Sudahlah Ben, tak apa-apa. Saya kerjakan... tapi tolong, titip keluarga saya, kalau nanti saya tidak kembali,” jawab Dading.


Berangkatlah Dading dan pasukannya dari korps baret merah ke daerah perbatasan RI- Timor Portugal. Dading dan pasukannya menyamar jadi orang sipil yang kebanyakan memakai pakaian dari bahan denim atau jeans.


“Kopassandha dijuluki sebagai the blue jeans soldiers, karena mereka umumnya mengenakan celana blue jeans dan kaos oblong,” kata Hendro Subroto dalam Saksi Mata Perjuangan Integrasi Timor Timur.



Menurut Ken Conboy dalam Intel: Inside Indonesia's Intelligence Service, pangkalan tim Flamboyan tidak jauh dari pangkalan tim Komodo yang ikut terjun dalam operasi intelijen di Atambua.


Misi Dading berjalan dengan baik. Operasi Flamboyan kemudian disusul dengan operasi pendaratan besar dari pasukan ABRI yang dinamai Operasi Seroja.


Bintang Kolonel Dading pun bersinar. Tak lama kemudian, pangkat Dading dinaikkan  menjadi brigadir jenderal.



Dading pernah jadi orang militer terpenting di bekas Timor Portugal yang di zaman Orde Baru bernama Timor Timur itu. Dading pernah dijadikan Panglima Kodam Udayana yang membawahi Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Timor Timur yang kala itu jadi provinsi ke-27 RI.


Setelah Benny Moerdani menjadi panglima ABRI, Dading ditarik ke Jakarta. Jabatan yang sempat diembannya adalah Kepala Perbekalan ABRI, Asisten Logistik Mabes ABRI, dan Asisten Logistik Kasum ABRI. Sebelum pensiun dengan pangkat letnan jenderal, Dading pernah menjadi Kepala Staf Umum ABRI dan  Inspektur Jenderal Departemen Pertahanan Keamanan. Ia tutup usia pada 10 Oktober 1999.*

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
bottom of page