top of page

Sejarah Indonesia

Pangeran Samber Nyawa Menyerah Kepada Pakubuwana

Pangeran Samber Nyawa Menyerah Kepada Pakubuwana III

Raden Mas Said memutuskan menyerah karena tak mungkin menghadapi tiga kekuatan sekaligus: Surakarta, Yogyakarta, dan VOC.

25 Februari 2016

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Mangkunegara I alias RM Said yang berjuluk Pangeran Samber Nyawa. (civitasbook.com).

PADA 24 Februari 1757 Raden Mas Said menyerah kepada Sunan Pakubuwana III, raja Surakarta. Dia dikenal sebagai Pangeran Samber Nyawa yang gigih menentang VOC (Kongsi Dagang Hindia Timur). Perlawanan itu mungkin karena ayahnya, Mangkunegara, diasingkan oleh VOC ke Srilanka.


Mas Said bersekutu dengan Mangkubumi (Sultan Hamengkubuwono I) melawan Pakubuwono III, raja Surakarta, yang didukung VOC. Namun, VOC berhasil mendamaikan Mangkubumi dan Pakubuwono III lewat Perjanjian Giyanti, yang membagi bekas wilayah Kerajaan Mataram menjadi Surakarta dan Yogyakarta.


Mas Said yang tak dilibatkan dalam perjanjian itu kemudian melawan tiga kekuatan sekaligus: Surakarta, Yogyakarta, dan VOC. Dia melawan mertuanya sendiri karena dia menikahi putri sulung Mangkubumi, Ratu Bendara. Pada Oktober 1755, dia berhasil mengalahkan satu pasukan VOC. Dia juga nyaris membakar istana baru di Yogyakarta pada Februari 1756.


Menurut sejarawan MC Ricklefs, pasukan-pasukan Surakarta, Yogyakarta, dan VOC tidak sanggup melawan Mas Said, tetapi jelas pula dia tidak mampu menaklukkan Jawa karena menghadapi gabungan kekuatan itu. Maka, dia mulai mengadakan perundingan-perundingan pada 1756.


“Bulan Februari 1757 dia menyerah kepada Pakubuwana III dan bulan Maret di Salatiga, dia resmi mengucapkan sumpah setia kepada Surakarta, Yogyakarta, dan VOC,” tulis Ricklefs dalam Sejarah Indonesia Modern 1200-2008.


Dalam Perjanjian Salatiga pada 17 Maret 1757 tersebut juga dibahas kedudukan, pangkat, dan penghasilan Mas Said. Dia diangkat sebagai Pangeran Miji yang kedudukannya di bawah Sunan Pakubuwana III. Dia memakai gelar Pangeran Adipati Mangkunegara I (memerintah 1757-1795).


Dia mendapat tanah 4.000 cacah dari Pakubuwana III, tetapi tidak memperoleh apa-apa dari Hamengkubuwono I. Daerah kekuasaannya terletak di Keduwang, Laroh, Matesih, dan Gunung Kidul. Wilayah itu berada di sekitar Surakarta tenggara dan sebagian lagi di timur Yogyakarta.


“Setelah peperangan tidak lagi menjadi satu-satunya cara untuk mempersatukan kembali kerajaan, maka Sultan Hamengkubuwono I, Pangeran Mangkunegara I, dan Susuhunan Pakubuwana III kini lebih banyak terlibat permainan diplomasi perkawinan yang rumit,” tulis Ricklefs.


Putra tertua Mangkunegara I menikahi putri sulung Pakubuwana III. Namun, Mangkunegara I membeci Hamengkubuwana I sampai akhir hayat karena yakin mertuanya itu memaksa putrinya untuk bercerai.


Mangkunegara I meninggal pada 12 Desember 1795 di usia 70 tahun. Dia ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada 1988 karena dianggap berjasa melawan VOC.


Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
bottom of page