top of page

Sejarah Indonesia

Saat Jenderal Djati Dikencingi

Saat Jenderal Djati "Dikencingi"

Mendirikan Sekolah Perwira, Djatikusumo aktif terjun langsung mengajar dan mengawasi latihan. Pernah dipergoki kencing oleh tarunanya.

11 September 2020
bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Peppy Adiwoso (duduk kanan), merupakan komandan Pasukan T. Ronggolawe lulusan SOT (Repro Pasukan “T” Ronggolawe).

Pertempuran Ambarawa dan Pertempuran Lima Hari Semarang memakan banyak korban dari kalangan pemuda-pelajar. Tenaga potensial bangsa itu meregang nyawa sia-sia karena tak memiliki pengetahuan memadai tentang militer. Hal itu membuat Jenderal Mayor –sebelum diturunkan menjadi kolonel dalam Re-Ra–  Djatikusumo prihatin.


“Beliau berpendapat bahwa sangat disayangkan para pelajar yang memiliki kemampuan yang potensial dan merupakan harapan bangsa yang baru memproklamasikan kemerdekaannya itu banyak menjadi korban dalam pertempuran karena hanya berbekal semangat berjuang yang besar,” tulis Himpunan Pas T Ronggolawe dalam Pasukan “T” Ronggolawe: Perjalanan Sejarah Sekelompok Pemuda Pelajar Semarang.


Kenyataan pahit tersebut meyakinkan Djati akan perlunya memberi pendidikan militer kepada mereka. Dengan persetujuan Kepala Staf Markas Besar Oemoem (MBO) Letjen Urip Sumohardjo, Djati lalu mendirikan Sekolah Opsir Tjadangan (SOT) pada 1946 di Salatiga.


SOT anggotanya merupakan pelajar dan guru di wilayah kekuasaan Divisi IV yang dipimpin Djati. Diharapkannya, setelah mengikuti pendidikan selama 18 bulan para taruna diharapkan dapat menjadi opsir sampai tingkat pemimpin kompi. Mereka akan disatukan dalam korps opsir cadangan. Oleh karena itu, para taruna diasramakan selama mengikuti pendidikan SOT. Mereka hanya diperbolehkan keluar asrama pada Sabto sore-Minggu.


Pendidikan di SOT memadukan pendidikan dasar militer dan pendidikan umum SMP dan SMT. Pendidikan umum diberikan setelah para taruna selesai mengikuti pendidikan SOT tiap harinya. Kurikulumnya dibuat oleh Darsono (kepala Staf Intelijen yang mantan kepala Sekolah Guru), Soemarso (staf pribadi Djati), dan Sukamto (eks Peta) atas perintah Djati.


Djati terjun langsung memegang pejaran-pelajaran khusus militer. Materi yang diberikan selain pelatihan beragam keterampilan adalah pengenalan senjata, ilmu persenjataan, taktik, dan strategi. Mengenai dua yang terakhir, Djati antara lain mendasarkan pengajaran pada buku karya Jenderal Prusia Carl von Clausewitz Vom Kriege (On War).


Djati amat keras dalam mengajarkan disiplin. Suatu ketika, saat para taruna mengikuti latihan Operasi Kompi Kawal Depan, Djati sampai memarahi Peppy Adiwoso lantaran kedapatan mencuri buah coklat karena kehausan.


Namun, pengalaman-pengalaman di SOT tak hanya melulu kedisiplinan, ketegangan ataupun hukuman. Pengalaman-pengalaman lucu pun menjadi bagian keseharian selama pendidikan. Seperti saat para taruna menjalani latihan pertempuran malam, misalnya. Lantaran menggunakan peluru hampa, mereka merasa tidak puas karena dianggap kurang seru. Maka, sebelum latihan dimulai mereka buru-buru membuat peluru mereka yang dapat bersuara layaknya peluru sungguhan dengan mengganti pelor (bullet) dengan sumbatan dari kertas koran.


Alhasil, suara tembakan selama latihan pun terdengar seperti tembakan dalam pertempuran sungguhan. Namun ketika latihan usai, kelompok pasukan pertahanan tak juga melepaskan tawanan dari kelompok pasukan penyerang. Samudono, salah satu tawanan, bahkan di-bully kawan-kawannya dari pasukan pertahanan. Entah siapa yang melontarkan perkataan “tembak saja!”, Samudono pun kemudian ditembak bagian pantatnya sampai berteriak kesakitan. Celana dan celana dalamnya pun bolong terkena tembakan itu. Setelah semuanya dilepas, ternyata pantat Samudono berdarah.


Pengalaman sial juga dialami Entjung Sadjadi saat mengikuti latihan penyerangan objek vital yang dilakukan pada malam. Dia ditugaskan sebagai komandan pasukan penyerang. Maka ketika telah memerintahkan anak buahnya menyerang, dia “beraksi” bak komandan sungguhan yang hilir-mudik mengawasi jalannya operasi sambil menenteng tongkatnya. Saat itulah dia melihat di kejauhan seorang peserta berjongkok di tepi jalan membuang air kecil. Entjung langsung mendatanginya sambil menepuk bahu orang itu menggunakan tongkat. “Nguyuhbae (Kencing aja),” kata Entjung.


Lelaki yang ditepuk Entjung pun kaget dan terbengong melihat orang yang menepuknya. Dalam kegelapan malam itu Entjung tak memperhatikan serius lelaki itu, dia terus berjalan dengan gagah. Dia tak sadar bila orang yang ditepuknya merupakan Jenderal Djati.

Comments

Rated 0 out of 5 stars.
No ratings yet

Add a rating
Jenderal Yani Memiting Anaknya

Jenderal Yani Memiting Anaknya

Alih-alih merangkul, Ahmad Yani malah memiting anaknya untuk membentuk mental yang tangguh.
Insiden Duta Besar Marshall Green

Insiden Duta Besar Marshall Green

Duta Besar Amerika Serikat terakhir di masa kepresidenan Sukarno. Menyebut durian seperti keju busuk dan takut ke Pelabuhan Ratu?
Tiga Pemuda Menyusup ke Rombongan Sukarno

Tiga Pemuda Menyusup ke Rombongan Sukarno

Mengaku sebagai wartawan, tiga pemuda menyusup ke dalam rombongan Presiden Sukarno. Baru sadar ada yang tidak beres setelah ajudan presiden tidak kebagian kursi di pesawat.
Buick Bung Karno Masih Jalan

Buick Bung Karno Masih Jalan

Mobil ini adalah mobil presiden RI pertama. Hadiah dari pemuda yang didapat lewat drama.
Drama Kopral Soedarmo

Drama Kopral Soedarmo

Sebuah pencurian terjadi melibatkan beberapa serdadu KNIL. Dua prajurit bawahan terbunuh.
bottom of page