Hasil pencarian
9579 hasil ditemukan dengan pencarian kosong
- Mengunyah Sejarah Randang
UPIAK Lalek jalan pelan di tanjakan Jorong Padang Langgo. Dia berhenti sesaat kala bertemu orang-orang satu kampung di pinggir jalan. Tegur sapa terjadi. Upiak membuka obrolan. Dia bilang baru pulang dari Jorong Baliak Baringin untuk membuat randang yang hendak dikirim ke Bogor.`
- Perkara Parkir Kendaraan di Jakarta
Warganet ramai bergunjing seputar cekcok Ratna Sarumpaet dengan petugas Dinas Perhubungan (Dishub) Jakarta. Perkaranya mengenai pelanggaran parkir mobil. Menurut Dishub, Ratna parkir sembarangan sehingga Dishub harus menderek mobilnya. Tapi Ratna bilang tidak, seraya bertanya dasar hukum penindakan petugas. Di luar cekcok Ratna dan Dishub, perkara parkir kendaraan bermotor di ibukota punya sejarah sendiri. Kemunculan perkara di seputar parkir kendaraan bermotor berkaitan erat dengan pertumbuhan kendaraan bermotor. Jakarta, misalnya, memperoleh perkara parkir ketika kendaraan bermotor mulai jamak di jalanan pada 1970-an. Masa ini perekonomian tumbuh dan memunculkan kelas menengah baru kota. Mereka mampu membeli kendaraan bermotor, baik mobil ataupun motor. Seorang nenek tua dari kampung berkesempatan naik mobil ke Jalan Thamrin, Jakarta, pada September 1970. Dari sebalik jendela mobil, dia berkata, “Ya, Allah, mobil begini banyak pada mau kemana?” dikutip dari Ekspres , 5 September 1970. Mobil parkir di tepi jalan menyebabkan kemacetan di Jakarta pada 1980-an. Itu hitung-hitungan kasar seorang nenek untuk menggambarkan kepadatan lalu-lintas Jakarta. Data statistik memperkuat gambaran itu. Ada 221.838 kendaraan bermotor di Jakarta pada 1970. Jumlah itu meningkat jadi 560.229 kendaraan bermotor pada 1976. Begitu laporan Ali Sadikin dalam Gita Jaya menyangkut jumlah kendaraan bermotor. “…Dengan meningkatnya pembangunan dan perkembangan fisik kota serta perkembangan sosial ekonomi masyarakat, mengakibatkan adanya peningkatan frekuensi dan volume lalu-lintas yang banyak membutuhkan tempat parkir,” kata Ali Sadikin. Ini menjadi tantangan sekaligus peluang bagi Pemda Jakarta. Tantangannya ialah bagaimana mengelola perparkiran sehingga lalu-lintas kota tetap elok dipandang dan lancar, sedangkan peluangnya bagaimana memperoleh keuntungan finansial dari sana untuk mendukung pembangunan kota. Menurut Ali, pola perpakiran tidak dapat berdiri sendiri. Ia harus berkelindan dengan kesatuan sistem lalu-lintas, pengangkutan kota, dan perkembangan bangunan jasa, kantor, rekreasi, dan perdagangan. Selain itu, pedoman perpakiran mesti terang dan dimengerti banyak orang. Seragam juru parkir di lingkungan pemerintah Provinsi DKI Jakarta tahun 1970-an. (Berita Buana, 18 November 1973/Perpusnas RI). Ali mengusulkan beberapa pedoman parkir. Pertama , tempat parkir selayaknya berada di luar jalan sehingga tak mengganggu lalu-lintas. Tempat parkir itu bisa berupa taman yang luas di pusat kota supaya mempunyai fungsi ganda: sebagai paru-paru kota dan tempat rekreasi. Kalau tidak berupa taman, bisa pula berbentuk bangunan bertingkat tinggi. Kedua , sebisa mungkin menghindari parkir di tepi jalan. Tapi bila terpaksa, kendaraan sebaiknya parkir sejajar dengan sumbu jalan atau serong. Pedoman parkir itu menjadi masukan untuk pengelola parkir di Jakarta. Ia bisa swasta atau pemerintah. Tapi pada awal 1970, Pemda Jakarta belum punya kemampuan menjadi pengelola parkir. Juga belum ada swasta berminat mengelola parkir. Maka mereka menyerahkan perkara parkir ke orang sekitar. Nanti hasilnya dibagi dua. “Kita memakai cara borongan. Kami memilih pemborong-pemborong yang berdomisili dekat tempat parkir. Sebab hanya mereka yang kenal keadaan setempat diharap bisa kerja dengan baik,” kata Eddy Djadjang Djajaatmadja, walikota Jakarta Pusat dalam Ekspres , 5 September 1970. Hasil pengelolaan pemborong itu menambah pemasukan bagi kas kotamadya Jakarta Pusat sebesar Rp250.000 per bulan. Tapi beberapa orang menduga pemasukan parkir mestinya jauh lebih besar kalau tidak ada penilepan. Mereka bilang jumlah putaran uang yang cukup besar itu mengundang oknum-oknum liar turut ambil bagian. Oknum meminta Rp50 tiap kali mobil parkir. Padahal tarif parkir resmi hanya Rp10. Ada selisih Rp40 yang tak jelas larinya kemana. Tapi Eddy membantahnya. Menurut dia itu bukan penilepan, melainkan keikhlasan pengendara mobil memberi juru parkir uang lebih. “Pers itulah yang barangkali membesar-besarkan,” kata Eddy. Seragam tukang parkir di Kantor Balaikota DKI Jakarta hasil rancangan Gubernur Ali Sadikin. (Sinar Harapan, 17 Mei 1975/Perpusnas RI). Meski Pemerintah Jakarta telah berupaya menyediakan tempat parkir resmi, banyak orang memarkirkan kendaraannya secara asal-asalan. Ini membuat P. Harahap, Kepala Dinas Lalu-Lintas dan Angkutan Djalan, menindak mereka. “Mendidik disiplin pemakai jalan dengan denda-denda keras..,” tulis Ekspres . Parkir asal-asalan seperti itu membuat macet lalu-lintas dan mengurangi potensi pemasukan Pemda Jakarta. Tak ada pemasukan berarti, tak ada pembangunan. Untuk memaksimalkan potensi parkir, Pemda Jakarta membentuk PT Parkir Jaya, pengelola tunggal perparkiran di Jakarta pada 1972. Usaha pengelolaan ini hanya bertahan lima tahun lantaran PT Parkir Jaya tidak mampu memecahkan tetek-bengek prosedur parkir. Ali Sadikin cari pemecahan lain urusan parkir ini. Dia bentuk Otorita Pengelolaan Parkir Pemerintah DKI Jakarta pada 1977. Wilayah Blok M dan Kebayoran Baru jadi garapan percontohan pertama. Beberapa lama berselang, perusahaan swasta merambah usaha parkir. Sebab kendaraan bertambah tanpa batas sementara kemampuan Pemda Jakarta untuk mengelola parkir selalu terbatas.
- Larangan Azan Picu Pemberontakan
PUISI “Ibu Indonesia” yang dibacakan Sukmawati Sukarnoputri di acara peragaan busana Anne Avantie, Kamis, (29/3), menuai kontroversi. Bahkan, Sukmawati dilaporkan ke Polda Metro Jaya atas dugaan penistaan agama. Pasalnya, puisi itu menyinggung syariat Islam, cadar, dan suara azan. Seperti ini petikan puisinya: Aku tak tahu syariat Islam/Yang kutahu suara kidung Ibu Indonesia, sangatlah elok/Lebih merdu dari alunan azanmu. Dalam sejarah Indonesia, soal azan pernah menjadi salah satu pemicu pemberontakan di Cilegon, Banten, yang disebut juga Geger Cilegon pada 1888. Sejarawan Sartono Kartodirdjo menyebut bahwa tersiar desas-desus, khususnya di Beji dan sekitarnya, yang menyatakan bahwa pejabat pemerintah Belanda telah mengeluarkan larangan azan dan menyelenggarakan zikir. “Dalam sidang pengadilan, Haji Makid didakwa telah menyiarkan kabar yang provokatif itu,” tulis Sartono dalam Pemberontakan Petani Banten 1888 . Haji Makid memiliki kebun yang berbatasan dengan kebun asisten residen di Anyer, Johan Hendrik Hubert Gubbels. Dia mempunyai sebuah langgar tempat tetangga dan murid-muridnya menjalankan salat dan zikir. Dari menara bambu setinggi 10 meter, seorang muazin menyerukan azan lima kali sehari. Pada waktu itu, istri Gubbels, Anna Elizabeth van Zutphen, menderita sakit kepala kronis, sehingga azan terasa mengganggunya. Gubbels meminta kepada Haji Makid agar tidak menggunakan suara yang keras dalam beribadah. Dia juga menyatakan keberatan pada acara-acara zikir yang biasanya sampai larut malam. Patih Raden Penna, yang menyampaikan pesan asisten residen itu kepada Haji Makid kabarnya mengeluarkan kata-kata menghina: “tidaklah perlu bersembahyang dengan suara yang keras, bukan hanya karena hal itu mengganggu tetangga, tetapi juga karena Tuhan tidak tuli.” Hal lain yang menyakitkan hati rakyat, khususnya menyangkut agama adalah mereka tidak diperbolehkan merayakan kawinan dan khitanan dengan arak-arakan yang mewah, takbiran, musik gamelan, dan pertunjukan tari-tarian. “Dengan sendirinya, persoalan-persoalan itu sangat menyakitkan hati rakyat di kala semangat keagamaan sedang menggelora; setiap saat, orang dapat membuat perasaan benci terhadap orang-orang kafir,” kata Sartono. Menurut Sartono, pemberontakan yang terjadi pada 9 Juli 1888 itu karena berbagai faktor. Banten memiliki tradisi memberontak sejak tahun 1809. Ketegangan terus-menerus yang bersumber pada keadaan di mana satu lapisan masyarakat mengalami keterasingan politik dan kehilangan hak istimewa, yaitu kaum bangsawan yang masih keturunan Kesultanan Banten. Penetrasi kolonial yang secara berangsur mengganggu kehidupan beragama, seperti kasus keberatan atas azan dan beribadah dengan suara keras. Terdapat pemimpin revolusioner yang memberikan landasan rasional kepada gerakan pemberontakan, yaitu Syekh Abdul Karim al-Bantani sebagai ideolog dan Haji Wasid sebagai pemimpin pemberontakan. Dan diciptakan organisasi untuk memobilisasi sumber daya manusia untuk memberontak, yaitu tarekat di mana Syekh Abdul Karim al-Bantani menanamkan doktrin-doktrin agama sebagai landasan pemberontakan. Syekh Abdul Karim al-Bantani sendiri tak ikut pemberontakan karena harus kembali ke Mekkah. Para pemberontak membunuh 17 orang termasuk Gubbels, istrinya, dan dua anak perempuannya; serta tujuh orang luka-luka. Sementara di pihak pemberontak: 30 orang tewas, 11 di antaranya digantung; 13 luka-luka, dan 94 orang dibuang termasuk Haji Makid.
- Benarkah Mahasiswa Indonesia di Cina Diajari Komunisme?
SELAMA dua hari berturut-turut sejak 1 hingga 2 April 2018, laman republika.co.id memuat artikel berjudul “Di Cina, Pelajar Indonesia Dapat Pelajaran Ideologi Komunis” dan “Ribut-Ribut Ajaran Komunisme Atas Pelajar RI di Cina”. Portal berita milik harian Republika yang berdiri mulai 17 Agustus 1995 itu mengutip pernyataan Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta Sofyan Anif yang belum lama ini diundang ke Cina oleh Menteri Pendidikan Cina.
- Evolusi Dasi
MASIH ingat karakter Fred Flintstone dalam film serial animasi The Flintstones ? Tokoh manusia pada zaman batu itu digambarkan mengenakan pakaian kulit binatang lengkap dengan dasi berwarna biru. Dalam sejarah, benarkah dasi sudah dikenal di zaman batu? Belum ada penemuan soal itu. Dasi mulanya hanyalah tanda penghormatan di dunia militer. Ini terlihat pada terakota di Tiongkok dan relief Colonna Traiana (Tiang Trajan) di Roma, Italia. Pada masa itu, baik di kekaisaran Tiongkok maupun Romawi, tentara tak mengenakan aksesoris itu. Dalam perkembangannya, dasi menjadi aksesoris pakaian untuk menambahkan kesan formal. Dasi Tentara Terakota Kaisar pertama Tiongkok, Qin Shi Huang, ketika wafat pada 210 SM dimakamkan bersama ribuan prajurit terakota yang mengenakan kain di leher mereka. Dasi Tentara Troya Kemenangan Kaisar Trajan dalam menaklukkan Dacia diabadikan pada Colonna Traiana (Tiang Trajan) di Roma, Italia, yang dibangun sekira 113 M. Dalam relief, ribuan tentaranya digambarkan mengenakan berbagai gaya dasi. Ruff Aksesori leher ini terkenal pada masa William Shakespeare (1564-1616), pujangga terkemuka asal Inggris. Bentuknya berupa kerah kaku dari kain putih yang bertumpuk-tumpuk dan melingkari leher. Cravat Dianggap sebagai bentuk awal dari dasi. Mulai dikenal pada abad ke-17. Dikenakan tentara bayaran Krosia yang membantu Prancis dalam Perang Tiga Puluh Tahun. Setelah Louis XIV naik tahta, dasi ini menjadi mode. Steinkirke Dikenakan tentara Prancis selama pertempuran di Steinkirke pada 1692. Berbentuk kain panjang di leher dengan ujung berenda yang terselip di lubang kancing. Bandanna Diimpor dari India kali pertama sekira 1700, tapi penggunaannya populer di Inggris berkat Jem Belcher, seorang prizefighter (bentuk awal tinju) muda dari kelas pekerja. Di Amerika sudah duluan populer, biasa dikenakan para koboy. Solitaire Pada awal abad ke-18, cravat mulai digantikan stock , kain lipat nan kaku yang membungkus leher dan dikancingkan atau diikat di bagian belakang. Agar cukup dekoratif, ditambahkan solitaire , seuntai pita hitam sutra disimpulkan di bawah dagu serupa dasi kupu-kupu modern. Gaya Modern Seorang pria semestinya mengenakan pakaian yang sederhana, fungsional, dan bijaksana, kata George Bryan “Beau” Brummell dari Inggris pada awal abad ke-19. Untuk cravat, dia memilih yang putih bersih, ringan, dan dilipat dengan hati-hati. Dia bisa berhenti dan membenahi cravatnya setiap saat. Berpakaian rapi ala Brummell mempengaruhi gaya berbusana kaum pria. Neckclothitania Buku berjudul Neckclothitania karya seorang editor Inggris, John Joseph Stockdale, terbit pada 1818. Berisi ilustrasi 14 gaya populer memasang dasi dan untuk kali pertama kata “tie” (dasi) digunakan. Four-in-hand Pada 1860-an cravat dengan ujung yang panjang mulai menyerupai dasi modern. Cravat ini juga disebut dasi bersilang ( four-in-hand ). Dasi disimpulkan di dagu, unjungnya yang panjang menjuntai di bagian depan kemeja. Siap Pakai Tahun 1864 menandai dimulainya dasi siap pakai yang diproduksi secara massal dan populer di Jerman dan Amerika Serikat. Ascot Muncul pada 1870-an. Namanya diambil dari perlombaan kuda Royal Ascot. Umumnya terbuat dari bahan sutra dengan warna-warna cerah, dipakai di sekeliling leher, dan disimpulkan di bawah dagu. Dasi kupu-kupu Dipopulerkan Pierre Lorillard V, pengusaha tembakau asal Amerika, yang pemakaiannya dipadankan dengan tuksedo (sebagai alternatif untuk jas berekor). Tuksedo Lorillard menjadi hits di kalangan penggemar mode, sampai kini kecuali penggunaan dasi kupu-kupu. Dasi Marlene Dietrich Dasi kupu-kupu menjadi aksesoris perempuan berkat penampilan Marlene Dietrich, aktris kelahiran Jerman, dalam film Maroko (1930). Dasi Langsdorf Dasi berkembang drastis setelah pada 1924 seorang penjahit pakaian asal New York, Jesse Langsdorf, memperkenalkan bentuk dasi modern dan dipatenkan. Dasi Ralph Lauren Pengusaha busana Amerika Ralph Lauren meluncurkan dasi dengan lebar 10 cm pada 1970. Dasi model ini digandrungi masyarakat luas. Dasi kasual Pada 2002 penyanyi asal Kanada, Avril Lavigne, mempopulerkan pemakaian dasi secara kasual bagi remaja putri.
- Rossy Sang Srikandi
SUASANA kantor Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kota Bogor siang di akhir Maret 2018 itu cukup asri. Keasrian makin lengkap dengan senyum menyejukkan dan sambutan hangat dari karyawati berseragam putih sang tuan rumah. “Saya di sini sebagai kasi (kepala seksi) Pembibitan dan Tenaga Keolahragaan. Saya di sini (lingkungan Pemkot Bogor) sejak 2012. Sebelumnya, di Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Baru tahun lalu saya pindah ke Dispora,” ujar Rossy Pratiwi Dipoyanti Syechabubakar, karyawati tadi, memulai perbincangan dengan Historia. Rossy merupakan salahsatu srikandi tenis meja (pingpong) nasional era 1980-an sampai awal 2000-an. Popularitasnya mungkin hanya bisa disaingi Diana Wuisan atau Ling Ling Agustin, pasangan Rossy saat berlaga di nomor ganda putri tenis meja Olimpiade Barcelona 1992. Atlet Kampung Jadi Ratu Ping Pong Lahir di Bandung, 28 Juni 1972 dari pasangan Ali Umar Syechabubakar dan Neni Nurlaeni, Rossy menggandrungi tenis meja sedari kanak-kanak. “Sejak kelas II SD sudah kenal tenis meja dari ayah sendiri. Beliau kebetulan hobi dan kita punya meja pingpong di depan rumah. Dulunya saya atlet kampung,” kata Rossy. Rossy meretas kariernya dari perlombaan-perlombaan antarkampung. Saat kelas IV SD, dia masuk klub Triple V. Di sanalah Rossy mengenal salah satu legenda tenis meja Diana Wuisan. Diana yang melihat Rossy berpotensi besar, lalu mengajak masuk ke klub PTM Sanjaya Gudang Garam di Kediri. “Saya tinggal di sana dari kelas enam sampai lulus SMA. Hampir tujuh tahunlah,” tambahnya. Demi karier, Rossy rela pisah dari kedua orangtuanya di Bandung karena mesti tinggal di asrama Gudang Garam, Kediri. Dari situ bintang Rossy mulai bersinar. Rossy digembleng lewat berbagai kompetisi, termasuk Asian Junior Championship di Nagoya, Jepang, April 1986. Di turnamen itu, tim putri Indonesia hanya sanggup berada di peringkat enam, di bawah Taiwan, Jepang, Korea Utara, Korea Selatan dan Cina. Toh, Rossy mulai menggapai prestasi di beragam turnamen nasional, mulai dari kejuaraan tingkat daerah hingga Pekan Olahraga Nasional (PON). Sepanjang kariernya hingga 2008, Rossy pernah mewakili Jawa Timur, Kalimantan Timur, Jawa Barat, Lampung, dan Sumatera Selatan di PON. “Sudah enggak ingat berapa medali yang saya dapat sepanjang PON itu,” cetus ibu empat putri itu. Di level internasional, ketika pensiun dari pemain pelatnas Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PTMSI) pada 2001, Rossy meninggalkan beragam prestasi mentereng, terutama di SEA Games. Debut Rossy di SEA Games terjadi ketika usianya baru 15 tahun, di SEA Games 1987 Jakarta. “ Alhamdulillah pertamakali ikut sudah nyumbang dua emas dari nomor tunggal putri dan ganda campuran. Dua peraknya di beregu putri dan ganda putri. Di SEA Games 1989 saya dapat dua emas, 1 perak, dan 1 perunggu. Itu yang terjadi insiden kecurangan itu. Kalau enggak dicurangi, ya saya mestinya tiga emas,” sambung Rossy . Di SEA Games 1991 Filipina, Rossy memetik dua emas dan sekeping perak. Sedangkan di SEA Games 1993 Singapura, Rossy menyandang gelar “Ratu Pingpong” Asia Tenggara setelah menyapu bersih emas di empat nomor yang diikutinya. “Indonesia juga juara umum dengan tujuh emas,” lanjut penggemar film-film ber- genre horor tersebut. Rossy berulangkali membawa tim putri Indonesia masuk 10 besar Kejuaraan Asia. Di Kejuaraan Dunia, tim putri Indonesia semasa Rossy selalu menempati divisi 2 bahkan pernah divisi 1. Rossy dua kali menjadi wakil Indonesia di olimpiade, Barcelona 1992 dan Atlanta 1996. Semua itu, kata Rossy, merupakan buah dari kerjakerasnya bertahun-tahun yang menyita masa remajanya. “Dengan fokus di tenis meja kan ya kita enggak bisa seperti menjalani masa remaja pada umumnya. Tapi bangga juga bisa mengumandangkan Indonesia Raya di negara lain. Rasanya tuh , wah enggak bisa diungkapin ya. Bangga, terharu, campur aduk sudah. Pasti juga ada peran doa dari orangtua. Saya selalu minta doa dan restu mereka sebelum tanding dan mujarab banget ya,” tambah Rossy, yang menjadi pelatih timnas putri Indonesia di SEA Games 2011 Jakarta.
- Mahaguru Investasi Tipu-tipu
SATU per satu skandal investasi bodong terbongkar dan menggegerkan publik. Kerugian yang ditimbulkan mencapai triliunan. Setelah kasus Wedding Organizer (WO) Khalisa, dan First Travel, kini sedang hangat kasus umrah murah Abu Tours & Travel. Modus mereka adalah mengeruk keuntungan dari suntikan dana sejumlah investor atau member . Bermodal iming-iming balik modal berlipat dalam waktu cepat atau berangkat umrah dengan murah, mereka memperdaya para korban dengan model investasi tipu-tipu yang dikenal dengan Skema Ponzi. Investasi ala MLM (Multi-level Marketing) itu dicetuskan penipu ulung asal Italia bernama Charles Ponzi. Mahaguru investasi bermodel “Piramida” itu telah memakan banyak korban di Amerika Serikat (AS). Selayang Pandang Ponzi Carlo Pietro Giovanni Guglielmo Tebaldo Ponzi lahir di Lugo, Italia, 3 Maret 1882. Putra dari pasutri Oreste dan Imelde Ponzi ini sejak muda ‘ nyambi’ kerja di kantor pos saat kuliah di Sapienza-Universita, Roma. Sebagaimana lazimnya pemuda Italia yang marak merantau di masa itu, Ponzi ikut menyeberangi Samudera Atlantik menuju “ the Land of Opportunity ” Amerika Serikat. Dengan sangu seadanya plus mimpi besar, Ponzi menumpang kapal SS Vancouver dan menginjakkan kakinya di Boston pada 15 November 1903. “Saya datang ke negara ini (AS) hanya bawa uang 2,50 dolar Amerika dan harapan (mendapatkan) satu juta dolar,” cetus Ponzi dalam wawancaranya dengan surat kabar New York Times yang dikutip Norton Reamer dan Jesse Downing dalam Investment: A History. Ponzi memulai dari nol, mulai dari bekerja mencuci piring hingga dipromosikan menjadi pelayan di sebuah restoran. Namun, dia dipecat setelah tertangkap basah mencuri uang kembalian pelanggan dan beberapa properti restoran. Gagal di Amerika, Ponzi mencoba peruntungannya ke Montreal, Kanada pada 1907. Keahlian berbahasa Inggris dan Prancis (selain bahasa Italia) memudahkan Ponzi melamar pekerjaan jadi asisten teller di Banco Zarossi, bank milik pebisnis Luigi Zarossi. Karier Ponzi menanjak sampai manajer. Pekerjaan inilah yang lantas membidani sebuah skema investasi yang dikenal sebagai Skema Ponzi. Inspirasinya dari metode “gali lubang-tutup lubang” yang dilakoni Zarossi. Bos Ponzi itu memanfaatkan aliran uang deposito di banknya dengan iming-iming pengembalian 6 persen pada para nasabah baru. Tujuannya, untuk mendanai berbagai investasi lain. Sialnya, investasi itu gagal. Zarossi lalu kabur ke Meksiko dengan membawa sejumlah uang nasabah-nasabah barunya itu. Sedangkan Ponzi, sempat dipenjara di Quebec karena memalsukan cek dan baru dibebaskan pada 1911. Namun, dia kembali ditahan di Penjara Atlanta gegara terlibat bisnis penyelundupan imigran. Dua tahun meringkuk di balik jeruji besi, Ponzi kemudian bekerja serabutan sekembalinya ke Boston. Pria flamboyan itu tetap mampu memadu kasih dengan Rose Gnecco yang lantas dinikahi pada 1918. Pada 1919, Ponzi memulai perusahaan kecil di Boston. Idenya berawal dari datangnya sepucuk surat kiriman sebuah perusahaan di Spanyol yang menanyakan katalog iklan Amerika. Ponzi menemukan secarik International Reply Coupon (IRC), kupon yang bisa ditukar dengan sejumlah cap pos atau perangko prioritas dari negara lain, di dalam surat itu. Ada kesempatan dalam kesempitan, pikir Ponzi. “Dia menemukan kelemahan dalam sistem (IRC) yang dalam teorinya, membuatnya bisa mendatangkan banyak uang,” ungkap Vikas Khatri dalam World Famous Crooks & Con Men. Dengan membeli IRC di sebuah negara, keuntungan bakal datang begitu IRC itu ditukar dengan perangko-perangko mahal di negara lain. Ponzi langsung menutup celah sistem yang dimaksud dengan menempatkan agen-agennya di berbagai negara. Agen-agen itu dikirimi modal (uang) untuk membeli IRC dan mengirimkannya kembali ke Amerika. Alhasil, Ponzi tinggal menukarkan perangko-perangko mahal itu untuk dijual lagi dengan harga lebih mahal dari modal awal. Dengan cara ini, Ponzi meraup untung sampai 400 persen. Kebangkitan dan Keruntuhan Skema Piramida Untuk menjalankan skema piramida dengan sasaran sejumlah investor, pada Januari 1920 Ponzi mendirikan perusahaan yang lebih besar, The Securities Exchange Company. Ponzi menjanjikan iming-iming balik modal dan keuntungan 50 persen hanya dalam waktu 45 hari. Berbekal kepandaian pendekatan personal dan kharisma, Ponzi berhasil menggaet 18 orang menjadi investor pertamanya dengan nilai investasi 1.800 dolar. Sesuai janjinya, Ponzi melimpahkan keuntungan kepada para investor pertamanya itu. Seiring waktu, investasi itu menarik lebih banyak orang. Manipulasi dengan skemanya itu mendatangkan keuntungan luar biasa. Ponzi disebutkan bisa mengantongi 250 ribu dolar per hari. Ponzi “merayakan” kesuksesannya dengan foya-foya. Dia juga membeli sebuah mansion mewah di Lexington. Tidak sedikit yang penasaran terhadap Skema Ponzi itu. Suratkabar Boston Post menginvestigasinya. Beragam temuan langsung membuat perusahaan Ponzi terguncang dan mengalami rush . Tak ada lagi investor baru yang menyuntik dana. “Memang Skema Ponzi tidak berbeda dengan MLM. Bisnis Skema Ponzi hanya bisa terus berjalan asal ada member (investor) baru,” ujar Bhima Yudhistira Adhinegara, ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), ketika dihubungi Historia. Begitu skemanya ambruk, Ponzi ditangkap pada 12 Agustus 1920 dengan 86 dakwaan terkait penipuan dan penggelapan uang. Di pengadilan, Ponzi mengaku bersalah dan divonis 14 tahun penjara. Setelah bebas pada 1934, dia dideportasi ke Italia. Tiga tahun berselang, istrinya menceraikannya. Nasib lantas membawanya ke Brasil untuk bekerja sebagai agen perjalanan Maskapai Ala Littoria, hingga pecahnya Perang Dunia II (1939-1945). Terlunta-lunta di Brasil, Ponzi kian melarat dan kesehatannya memburuk. Pada 15 Januari 1949, Ponzi tutup usia akibat pendarahan otak di Rumah Sakit Sao Francisco de Assis, Rio de Janeiro. Warisannya, Skema Ponzi, tetap eksis di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia dalam kerangka MLM. “MLM sekiranya masuk pertama kali pada 1970-an. Itu ada yang namanya PT Amindo Jaya. Kemudian pada 1990-an ada Herbalife dan Tupperware yang sampai sekarang masih bisa bertahan karena sistem MLM-nya tetap jualan barang, bukan jualan member,” tandas Bhima.
- Pulau Tertua di Nusantara
PULAU Sulawesi bisa jadi merupakan bagian tertua dari Kepulauan Nusantara. Alfred Russel Wallace menjelaskan, kekhasan fauna Sulawesi berhubungan dengan asal usul dari suatu periode waktu yang telah lama berlalu. Persebaran makhluk hidup di permukaan bumi diakibatkan oleh perubahan yang dialami permukaan bumi. Di Nusantara, laut luas yang memisahkan Jawa, Sumatra, dan Borneo serta Semenanjung Malaka adalah lautan dangkal. Pulau-pulau ini, terpisah dari Asia daratan akibat penurunan daratan. Itu bisa dilihat dari bukti kemiripan fauna. Dalam Kepulauan Nusantara, Wallace menjelaskan, fauna di daerah yang berdekatan biasanya memiliki banyak kemiripan. Begitu pula yang hidup pada kurun waktu berdekatan dalam wilayah yang sama. Sementara fauna di daerah yang berjauhan akan memiliki perbedaan signifikan. Begitu pula dengan fauna dalam wilayah yang sama, tapi di periode waktu yang berjauhan. “Perubahan spesies terutama spesies yang umum dan berasal dari satu famili, hanyalah masalah waktu,” kata Wallace. Namun, naturalis Inggris itu menambahkan, dalam suatu kurun waktu, mungkin telah terjadi perubahan bentuk hewan di satu daerah. Adapun di daerah lain bentuknya lebih permanen. Begitu atau bisa juga sama-sama terjadi perubahan dengan cara yang berbeda. “Dalam setiap kasus, jumlah individu fauna suatu daerah sampai tahap tertentu dapat menjadi tolok ukur seberapa lama suatu daerah terisolasi dari daerah di sekitarnya,” lanjutnya. Wallace mengatakan, gajah, tapir Sumatra dan Borneo, badak Sumatra dan Jawa diketahui menghuni beberapa bagian Asia Selatan. Hewan-hewan itu tak mungkin menyeberangi selat. Migrasi hewan tentu berbeda dengan manusia yang punya kemampuan membangun kapal. Artinya, dulunya pernah ada hubungan darat. Mamalia yang lebih kecil juga hidup di tiap-tiap pulau tersebut dan di Benua Asia. Perubahan fisik besar-besaran terjadi sewaktu ada perpecahan dan penurunan daratan secara luas. Ini berakibat beberapa hewan punah di pulau-pulau tertentu. Dalam beberapa kasus, bahkan menyebabkan perubahan spesies. Wallace menerangkan, Pulau Jawa punya banyak burung. Burung-burung ini tak pernah menyeberang ke Sumatra meski pemisahnya hanya selat selebar 15 mil. Pun dengan pulau-pulau kecil bertebaran di sepanjang pemisah itu. Akhirnya, Jawa punya lebih banyak burung khas dibanding Sumatra dan Kalimantan. Fakta ini menunjukkan Pulau Jawa lebih dulu terpisah dari Benua Asia. Sementara, pulau di bagian timur Nusantara memperlihatkan kesamaan faunanya dengan Benua Australia. Sementara, perbedaan jenis fauna ditemukan lagi di bagian tengah Nusantara khususnya Sulawesi dan Maluku. Di Jawa dan Kalimantan selalu ditemukan monyet, kucing hutan, rusa, musang, berang-berang, dan berbagai jenis tupai. Hewan itu tak ada di Sulawesi dan Maluku. Di sana hanya ada kuskus, babi hutan, dan rusa. “Kesimpulannya, semua pulau di sebelah timur Jawa dan Borneo (Kalimantan, red ), kecuali Celebes (Sulawesi, red ), merupakan bagian dari Benua Australia atau Pasifik, walaupun beberapa pulau tak pernah menyatu dengan benua itu,” kata Wallace. Rangkaian pulau itu telah terpisah bukan saja sebelum pulau bagian barat Nusantara terpisah dari Asia. Namun juga sebelum daerah Asia paling tenggara muncul ke permukaan laut. Sementara, sebagian Jawa dan Kalimantan merupakan formasi geologis yang masih muda. Perbedaan besar dalam spesies, antara flora dan fauna Kepulauan Nusantara bagian timur dan Australia, juga kedalaman laut yang memisahkan, menunjukkan proses pemisahan yang telah lama. Untuk Sulawesi, Wallace menemukan keanehan. Beberapa kelompok fauna yang ditemukan di pulau-pulau sebelah kiri dan kanan Sulawesi, tidak ditemukan di pulau itu. Misalnya, genus Ceyx dari famili burung murai, genus Rhipidura dari famili burung pemangsa serangga, dan genus Erythrura dari famili burung kutilang. Burung-burung itu ditemukan di Maluku, Kalimantan, dan Jawa, tetapi tidak di Sulawesi. Sementara dari kelompok serangga, genus kumbang mawar ( Lomaptera ) ditemukan di setiap daerah dan pulau antara India dan Papua. Namun, lagi-lagi tidak ada di Sulawesi. “Hilangnya beberapa kelompok burung dan serangga di daerah yang terletak di tengah wilayah persebaran mereka mungkin bukanlah fenomena yang sangat unik, tapi saya yakin bahwa tak ada tempat lain dengan ciri semencolok itu dan tentu menambahkan satu hal lagi ke dalam karakteristik aneh dari pulau luar biasa ini,” tulisnya. Menurutnya, umur Sulawesi yang sangat tua juga penting untuk dikaitkan dengan bentuk hewan di pulau itu yang tak menunjukkan persamaan dengan karakteristik India atau Australia, tetapi Afrika. Wallace pun menduga, kemungkinan besar Sulawesi terbentuk bukan hanya sebelum pemisahan Sumatra, Kalimantan, dan Jawa dari Benua Asia. Namun, dari periode yang lebih jauh lagi di masa lampau, saat daratan yang membentuk ketiga pulau itu belum naik ke atas permukaan laut. Dalam penelitiannya, Wallace menarik kesimpulan, Sulawesi tak pernah menjadi bagian dari daratan di bagian barat Nusantara (Astro-Melayu). Indikasinya, Pulau Sulawesi adalah hasil perluasan Benua Asia di bagian timur pada masa lalu. “Sulawesi menjadi contoh paling mencolok dalam studi mengenai persebaran geografis fauna di dunia,” ujarnya.
- Para Jenderal di Sisi Bung Besar
Menteri Panglima AD, Letjen Ahmad Yani kadangkala jengkel dengan ulah sejumlah koleganya di ketentaraan. Sebabnya, beberapa jenderal punya akses khusus untuk melapor langsung kepada Presiden Sukarno. Yani tak senang. Gaya akrobatik tersebut terkesan melangkahi dirirnya selaku panglima. Bisa jadi pula Yani cemburu, menyadari bahwa Bung Karno punya anak emas yang lain. Yani memang sohor sebagai jenderal pilihan Bung Karno. Dia menjadi satu-satunya Kepala Staf Angkatan Darat yang ditunjuk oleh Sukarno. Pada 1962, Presiden Sukarno mempercayakan Yani memimpin TNI AD menggantikan Jenderal Abdul Haris Nasution. Pendaulatan Yani otomatis "melangkahi" para jenderal yang lebih senior, semisal, Mayjen Soeharto, Letjen R. Soedirman, Mayjen Soeprajogi, dan Mayjen Sungkono. Dalam memoarnya Memenuhi Panggilan Tugas Jilid 5: Kenangan Masa Orde Lama , Nasution mengakui betapa karibnya Yani dan Bung Karno. “Jenderal Yani mempunyai cara pendekatan dan pergaulan yang dihargai oleh Presiden. Dibanding dengan hubungan saya yang cukup kaku terhadap beliau, maka hubungan Jenderal Yani dengan beliau adalah cukup intim,” kenang Nasution. Menurut Nasution, Yani - yang merangkap Kepala Staf Komando Operasi Tertinggi – kemudian lebih sering bertugas di Istana menghadap langsung kepada Sukarno. Keduanya cocok dalam hal pergaulan pribadi. Dalam disertasinya yang dibukukan Politik Militer Indonesia 1945—1967, Ulf Sundhaussen mengungkap sebab mengapa Yani sangat berkesan di hati Sukarno. Dibanding Nasution, Yani yang halus dan berbudi-bahasa lebih supel memahami karakter high profile ala Sukarno. Sukarno mengharapkan Yani akan dapat ditarik ke dalam lingkungan pengikutnya di Istana. Namun ternyata Yani tak sendirian di jejeran jenderal pilihan. Baik di lingkungan TNI AD, AU, dan AL, Sukarno punya jenderal andalan. Para loyalis pemanggul senjata ini memainkan peran penting dalam menjaga Sukarno di masa-masa genting era Demokrasi Terpimpin. “Terdapat sejumlah perwira tinggi AD yang dikenal sebagai de beste zonen van Soekarno, putra-putra kesayangan Soekarno yang belum tentu komunis bahkan ada diantaranya yang amat anti komunis, namun akan lebih patuh kepada Sukarno sebagai Panglima Tertinggi,” tulis Rum Aly dalam Titik Silang Jalan Kekuasaan. Siapa saja mereka? Setia tapi Merana Selain Yani, jenderal AD dengan citra sebagai orang dekat Presiden Sukarno adalah Panglima Siliwangi Mayjen Ibrahim Adjie. Loyalitas Adjie terbukti ketika gejolak politik pasca Gerakan 30 September 1965 menggoyang kepemimpinan Sukarno. Arsip rahasia AS yang telah dideklasifikasi menyebut Adjie sebagai salah seorang jenderal anti komunis namun kesetiaannya condong kepada Sukarno. Di saat banyak kalangan perwira AD mulai memperlihatkan sikap anti Sukarno, Adjie tetap tampil sebagai pelindung . “Dalam keadaan di mana Adjie memegang kontrol atas Jawa Barat maka suatu ancaman fisik dari pihak tentara terhadap pribadi atau kedudukan Sukarno menjadi hampir tak mungkin lagi,” tulis Sundhaussen. Di luar AD, tercatat pula beberapa nama, antara lain: Panglima AU Laksamana Madya Udara Omar Dani dan Panglima KKO AL Mayjen Hartono. Di tubuh Angkatan Kepolisian ada Jenderal Polisi Soetjipto Judodihardjo. Sukarno menyenangi Omar Dhani yang muda, tampan, dan flamboyan. Sebaliknya, Omar Dhani adalah pengaggum berat Bung Karno. “Sewaktu Laksdya Udara Omar Dani menjadi Men/Pangau, seluruh ajaran Bung Karno menjadi satu-satunya pegangan politik. Omar Dani juga menginginkan setiap insan AURI menjadi ’ kleine Sukarnotjes ’ menjadi Sukarno-Sukarno kecil ,” tulis Benedicta A. Surodjo dan JMV. Soeparno dalam biografi Omar Dani berjudul Tuhan, Pergunakanlah Hati, Pikiran, dan Tanganku: Pledoi Omar Dani. Hartono barangkali yang paling menonjol. Sebagaimana diakui Nasution dalam memoarnya Memenuhi Panggilan Tugas Jilid 6: Masa Kebangkitan Orde Baru, Bung Karno sebenarnya hendak mengangkat Hartono menjadi Panglima AL menggantikan Laksamana R.E. Martadinata. Namun mengingat jabatan itu jatahnya untuk korps pelaut, maka Laksamana Mulyadi yang dipilih sedangkan Hartono mendampingi sebagai Wakil Panglima AL. Di kala situasi kritis jelang para menterinya diringkus menyusul desas-desus prajurit RPKAD akan menyerbu Istana, Sukarno mempercayakan keselamatan dirinya pada Hartono (baca: Meringkus Loyalis Sukarno ). Pada 10 Maret 1966, Sukarno mendatangi markas KKO di Cilandak, mengonfirmasi Hartono apakah KKO sanggup menghadapi RPKAD. Hartono tegas menjawab: “sanggup!”. Hartono menyatakan KKO cukup kuat dan sanggup menegakkan wibawa Sukarno. Dan sejak itu KKO diperintahkan untuk bersiap. “Pada hari-hari yang sengit itu Jenderal Hartono, Panglima KKO mengawal langsung Bung Karno, ia duduk dalam mobil di samping Presiden saat meninggalkan Istana, setelah pengamanan menteri-menteri ini,” ujar Nasution. Selain pasukan KKO, Jenderal Polisi Soetjipto Joedodihardjo memerintahkan Brimob untuk berjaga dan melindungi Bung Karno. Brimob menjadi unit kepolisian paling loyal mendukung Sukarno. Komandan Brimob Kolonel Polisi Anton Soedjarwo di kenal sebagai pendukung Sukarno yang gigih. Ketika rezim berganti, semua para jenderal loyalis Sukarno ini dicopot dari kedudukannya. Beberapa diantaranya mengalami akhir hidup yang merana. Pada 1966, Ibrahim Adjie dikirim ke London sebagai Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Inggris. “Soeharto mengganti Jenderal Ibrahim Adjie dengan Jenderal HR. Dharsono, yang mengubah Divisi Siliwangi menjadi kesatuan militer anti- Sukarno dan anti PKI yang paling menyedihkan,” ujar jurnalis kawakan Belanda Willem Oltmans dalam memoarnya Bung Karno Sahabatku . Omar Dani dipenjara oleh rezim Orde Baru selama 30 tahun akibat tudingan berkomplot dengan Gerakan 30 September. Nasib Hartono lebih tragis lagi. Setelah ditendang ke Pyongyang, Korea Utara sebagai Duta Besar, Hartono dipanggil pulang ke Indonesia sebelum masa tugasnya selesai untuk pemeriksaan. Pada pagi buta 6 Januari 1971, Hartono ditemukan terbujur tak bernyawa di kediamannya yang terletak di kawasan dekat Manggarai. Dia meninggal dalam keadaan bersimbah darah dengan dua lubang peluru bersarang di bagian belakang kepalanya. Sebuah pistol jenis Makarov tergeletak tak jauh dari jasad Hartono. Tanpa menunggu visum , secara resmi Hartono dinyatakan bunuh diri. Namun beberapa orang terdekat meyakini kematian Hartono akibat pembunuhan politik.
- Masalah Kulit Sepanjang Masa
KALA remaja, Retno Iswari Tranggono pernah mengalami jerawatan. Dia mengobatinya menggunakan beras. Sebelum digunakan, beras itu terlebih dulu direndam semalaman. Setelah lunak, beras itu dia remas hingga menjadi tepung. Tepung itu lalu dicampur bunga melati, disaring, dan dibentuk bulat. “Kalau mau dipakai, ambil bedaknya satu buah, dikasih air, terus dipakai,” kata Retno sebagaimana ditulis Jean Couteau dalam The Entrepreneur Behind the Science of Beauty . Tahun 1950-an itu obat jerawat belum banyak beredar. Kalaupun ada, obat itu tidak ampuh. Untuk menghilangkan jerawat, Retno sampai menjadi vegetarian lima tahun. Tapi kedua cara tadi rupanya tak manjur. Jerawat terus tumbuh di wajah Retno hingga dia masuk kuliah di FK UI tahun 1958. Dia bahkan dijuluki “Janda Bopeng” oleh Asih Wiyasti, putri Perdana Menteri Wilopo yang merupakan seniornya di kampus. Pengalaman berjerawat membuat Retno semangat untuk mempelajari masalah jerawat dan kosmetika yang cocok untuk kulit orang Indonesia. Retno pula yang memprakarsai dibukanya subbagian Kosmetik Medik di UI. Dia bahkan pernah dijuluki “Dokter Jerawat” karena kepandaiannya mengobati jerawat pasien. Sejak dulu, jerawat merupakan salah satu masalah kulit paling banyak diderita orang Indonesia. Ketika pengetahuan tentang penyembuhan jerawat belum semaju sekarang, orang-orang menutupi jerawat dengan bedak alih-alih menyembuhkannya. Jerawat dianggap hal yang normal. “Pada saat itu yang banyak diderita (adalah, red .) jerawat. Jerawat itu penyakit kulit nomer tiga terbanyak di Indonesia. Sebelum dokter ikutan (dalam perawatan kecantikan), para ahli kecantikan menganggap jerawat bukan penyakit,” kata Sjarief Wasitaatmadja, dokter kulit senior yang pernah menjadi asisten Retno. Menurut Sjarief, setiap orang pasti pernah memiliki masalah jerawat sepanjang hidupnya. Meski demikian, jerawat tidak bisa dianggap sebagai keadaan normal. Salah perawatan dalam menangani jerawat bisa membuat bekasnya semakin parah. Kesalahkaprahan tentang jerawat kemudian dibenahi melalui beragam pertemuan antara dokter dan ahli kecantikan pada 1970-an. Ketika para dokter memberi pengarahan tentang penyembuhan jerawat yang benar secara medis, para ahli kecantikan sempat menolaknya. Namun perlahan, penolakan itu sirna. “Dulu mengobatinya macam-macam, ada yang pakai cairan, ada yang dipencet. Padahal kalau dipencet, infeksinya tambah parah, bekasnya jadi tambah sulit dihilangkan,” kata Sjarief. Sementara, para dokter mengobati jerawat dengan pemberian antibiotik atau tretinoin. Pemberian dosis obat, jelas Sjarief, harus bertahap dari dosis paling rendah sebab obat selalu memiliki efek samping. Pemberian tretinoin dalam pengobatan jerawat, misalnya, tak diperbolehkan bila langsung memberikan tretinoin yang berwujud obat minum tapi harus dimulai dari bentuk salep dengan kadar paling rendah. “Sampai hari ini, tretinoin masih menjadi obat paling bagus. Memang dipakai sebagai pengobatan akne (jerawat) oleh dokter. Ada juga bentuk oralnya (obat yang diminum). Buat jerawat bagus banget. Tetapi efek sampingnya juga berat. Efek paling buruk itu kalau dikonsumsi wanita hamil, anaknya cacat. Jadi tidak sembarangan dipakai,” kata Sjarief. Tretinoin merupakan turunan dari vitamin A yang bersifat asam. Penggunaannya dalam pengobatan jerawat diprakarsai dokter kulit asal Amerika Albert M. Kligman. Sejak 1960-an, Kligman tertarik meneliti tretinoin. Penelitian sebelumnya yang dilakukan dokter kulit Eropa menunjukkan bahwa tretinoin terlalu mengiritasi kulit. Tapi pada 1967 Kligman menemukan dosis yang tepat penggunaan tretinoin. Hingga kini tretinoin menjadi obat jerawat yang dianggap paling efektif.
- Akhir Bandara Kemayoran
PADA 31 Maret 1985, Bandara Kemayoran berhenti beroperasi. Bandara ini dianggap sudah tak layak lagi beroperasi karena letaknya di tengah kota dan kebutuhan pembangunan wilayah Jakarta Utara. Bandara Kemayoran pernah ramai diberitakan karena disebut dalam cerita komik The Adventure of Tintin. Dalam seri Flight 714 to Sydney , diceritakan dalam perjalanannya dari London menuju Sydney untuk mengikuti kongres Astronotika Internasional, Tintin bersama Kapten Haddock, Profesor Calculus, dan anjingnya Snowy, transit di Bandara Kemayoran. Mereka beralih dari maskapai Qantas Boeing 707 penerbangan 714 ke pesawat pribadi milik milyuner Lazslo Carriedas. Mereka mengalami petualangan di Pulau Bompa, wilayah Sondonesia. Bandara Kemayoran dibangun pemerintah Hindia Belanda pada 1934. Pembangunan itu bersama asrama tentara Belanda berpangkat mayor di Jalan Garuda. “Orang-orang pribumi lalu menyebut kawasan ini sebagai Kemayoran,” tulis Windoro Adi dalam Batavia, 1740: Menyisir Jejak Betawi. Namun, Windoro Adi juga menyebut bahwa nama Kemayoran berasal dari nama Mayor Isaac de l'Ostale de Saint Martin. Pria kelahiran Oleron, Bearn, Prancis pada 1629 itu, terlibat perang di Jawa Tengah dan Jawa Timur saat VOC membantu Kerajaan Mataram menghadapi Trunojoyo. Pada Maret 1682, Isaac dan Kapten Tack membantu Sultan Haji menghadapi ayahnya, Sultan Ageng Tirtayasa. Bandara itu diresmikan sebagai lapangan terbang internasional pada 8 Juli 1940. Pengelolanya Koninklijke Nederlands Indische Luchtvaart Maatschappij (KNILM). Dua hari sebelum peresmian, pesawat DC-3 menjadi pesawat pertama yang mendarat di Bandara Kemayoran. Pesawat milik KNILM itu lepas landas dari Bandara Cililitan (sekarang Bandara Halim Perdanakusuma) untuk tes operasional Bandara Kemayoran. Untuk memperingati ulang tahun Ratu Belanda, Wilhelmina, pada 31 Agustus 1940, diadakan pameran udara ( airshow) pertama di Hindia Belanda. Dua tahun kemudian, Jepang menyerang Hindia Belanda. Kemayoran menjadi sasaran serangan pesawat-pesawat Jepang. Beberapa pesawat KNILM diungsikan ke Australia. Saat pendudukan Jepang (1942-1945), pesawat-pesawatnya parkir di Kemayoran. Setelah Jepang menyerah, pesawat-pesawat Sekutu dan Belanda kembali mendarat di Kamayoran. Menurut Ensiklopedi Jakarta , pada masa perjuangan kemerdekaan, berdirilah Garuda Indonesian Airways, perusahaan penerbangan milik bangsa Indonesia. Dengan adanya Garuda, berbagai pesawat modern pada masa itu hadir di Kemayoran. Pada periode 1962-1964, tulis Singgih Handoyo dalam Aviapedia: Ensiklopedia Umum Penerbangan, Volume 1, pengelolaan bandara dari Djawatan Penerbangan Sipil Indonesia diserahkan kepada BUMN bernama PN Angkasa Pura Kemayoran. Tipe pesawat semakin semarak dengan kehadiran maskapai penerbangan dari dalam dan luar negeri. Pada masa jayanya, TNI AU juga memanfaatkan Kemayoran sebelum Lanud Iswahyudi diperkokoh dan diperpanjang. Pada 1970-an merupakan era pesawat komersial berbadan besar dan berteknologi canggih. “Sebagai bandara internasional, kesibukan Kemayoran mencapai puncaknya paa 1980-an mencapai lebih dari 100.000 penerbangan per tahun dengan kapasitas penumpang mencapai empat juta orang,” tulis Singgih. Untuk membagi beban, pemerintah membuka Bandara Halim Perdanakusuma pada 10 Januari 1974 sebagai bandara internasional kedua. Beberapa penerbangan pindah tetapi penerbangan domestik masih beroperasi di Kemayoran. Menurut Ensiklopedi Jakarta , beberapa pesawat pernah nahas di Kemayoran, seperti pesawat Beechcraft mengalami musibah saat mendarat; Convair 340 mendarat tanpa roda; DC-9 patah badan di landasan; dan DC-3 terbakar; dan yang paling dahsyat kecelakaan Fokker F-27 yang menyebabkan seluruh awaknya meninggal. Kegiatan Bandara Kemayoran semakin menurun ketika Bandara Soekarno-Hatta selesai dibangun dan diresmikan pada 1 April 1985. Setelah ditutup, di Kemayoran masih sempat digelar International Air Show pada 1986.
- Suku Suka Manis
SORE itu, ibu-ibu Nogotirto sudah berkumpul. Pakaian mereka necis. Harum semerbak parfumnya memenuhi ruang tamu. Mereka bersepuluh. Harus tunggu separuh lagi agar arisannya bisa dimulai. “Ini kurang gulanya, ndak nanti disangka adoh seko Madukismo (nanti disangka jauh dari Madukismo, red ),” ujar Sinta Heristyarini, si empunya rumah. Dia masih berkutat di dapur bersama putrinya menyiapkan 20 gelas teh manis hangat. Sebelumnya, gelas-gelas itu sudah diisi satu sendok makan gula pasir. “Kalau di sini (Yogyakarta, red. ) harus manis,” katanya lagi. Mandukismo yang dimaksud Sinta adalah pabrik gula di Kasihan, Bantul. Letaknya sebelas kilometer ke selatan dari Kelurahan Nogotirto, di mana arisan itu berlangsung. Ungkapan “jauh dari Madukismo” memang lazim diucapkan masyarakat sekitar untuk suguhan yang kurang manis. Namun, bagi masyarakat ungkapan ini dianggap sebagai sindiran. Maka, Sinta pun mengaduk satu sendok makan gula pasir lagi di setiap gelas belimbing teh hangat itu. Keberadaan pabrik gula sedikit banyak mempengaruhi kesukaan wong Jawa pada rasa manis. Tapi sebelumnya didahului sistem tanam paksa di Jawa pada 1830. Gubernur Jenderal Van der Bosch memberlakukan tanam paksa karena Belanda menghadai masalah keuangan akibat Perang Diponegoro. Untuk mengatasi dana yang menipis, Jawa Barat diwajibkan menanam kopi. Sementara Jawa Tengah dan Jawa Timur menanam tebu. Sekitar 70 persen tanah pertanian diubah menjadi ladang tebu yang berdampak bencana kelaparan di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Murdijati Gardjito, profesor dan peneliti di Pusat Kajian Makanan Tradisional Pusat Studi Pangan dan Gizi Universitas Gajah Mada, menjelaskan apa yang terjadi di masa lalu itu mengakibatkan perbedaan kebiasaan dalam mengkonsumsi teh antardaerah di Jawa. Pada abad 19, di daerah Priangan ditanam perkebunan teh hingga maju. Namun, Kompeni menipu rakyat Priangan. Mereka mengekspor teh berkualitas baik. Sementara pribumi hanya disisakan gagang teh untuk dikonsumsi. “Ya, mereka akhirnya tahunya teh seperti itu. Gagang teh dikasih air panas. Ya, sudah itu teh. Teh di sana (Jabar, red. ) makanya tawar,” paparnya. Sebaliknya, orang Belanda kemudian menyadari, lahan di Jawa Tengah dan Jawa Timur baik untuk padi dan tebu. Setelah memerintahkan penanaman tebu, pabrik gula pun banyak didirikan. “Sehingga orang Jateng dan Jatim itu kenal gula lebih baik daripada orang Jabar,” kata Murdijati. Namun, di balik itu, sesungguhnya tingkat kemampuan indra pencecap merasakan sesuatu juga bersifat alamiah. Murdijati menjabarkan, ada yang disebut sensory threshold atau ambang batas indra pencecap yang dimiliki manusia. Dalam hal ini, orang Jawa Tengah memiliki threshold terhadap rasa manis yang lebih tinggi. Mereka sanggup merasakan manis pada konsentrasi gula yang lebih tinggi dibandingkan, misalnya orang Jawa Barat dan Jawa Timur. Adapun orang Jawa Timur memiliki threshold terhadap garam yang tinggi. Maka, masakannya pun cenderung asin. “Ini soal fisiologi, terbentuknya indra. Selain karena gen, threshold ini kemudian bisa dibentuk karena lingkungan tadi,” lanjut Murdijati . Uswatun Hasanah, Dede R. Adawiyah, dan Budi Nurtama, peneliti dari Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor mencoba mempelajari pengaruh perbedaan kultur asal dan gender terhadap penerimaan dan ambang deteksi rasa manis. Mereka menggunakan responden sebanyak 90 orang mahasiswa baru (tingkat satu) IPB dari etnis Minang (Sumatera Barat), Jawa (Jawa Tengah) dan Nusa Tenggara, yang direkrut melalui Organisasi Mahasiswa Daerah. Kesimpulan penelitian agak berbeda. Responden suku Minang memberikan rata-rata skor penilaian tertinggi pada teh dengan konsentrasi gula 12.5%. Sedangkan responden dari Nusa Tenggara dan Jawa memberikan rata-rata skor penilaian tertinggi pada teh dengan konsentrasi gula 10%. Setelah mencapai skor maksimum, grafik skor kesukaan suku Minang dan Nusa Tenggara masih cenderung tinggi pada kisaran 7 (agak suka), sedangkan grafik skor kesukaan suku Jawa cenderung menurun ke kisaran skor 6 (sedikit suka). Dengan demikian, dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa responden dari Sumatera Barat (Minang) memiliki preferensi intensitas rasa manis yang lebih tinggi daripada responden dari Jawa Tengah dan Nusa Tenggara. “Hasil penelitian ini berlawanan dengan anggapan yang sekarang dianut oleh masyarakat luas yaitu meyakini bahwa orang yang berasal dari suku Jawa (Jawa Tengah) memiliki preferensi intensitas rasa manis lebih tinggi dari suku lainnya,” demikian laporan penelitian berjudul “Preferensi dan Ambang Deteksi Rasa Manis dan Pahit: Pendekatan Multikultural dan Gender” yang dimuat dalam Jurnal Mutu Pangan, Volume 1 edisi 1 April 2014. Indonesia merupakan negara multikultural. Masing-masing suku atau etnis memiliki kebiasaan makan dan preferensi rasa manis yang berbeda pada makanan yang dikonsumsinya. “Kalau saya di rumah aslinya tidak suka terlalu manis. Satu sendok saja cukup. Tapi kalau suguhan mesti manis,” kata Sinta sebelum mengantar senampan teh manis hangat ke ruang tamu.





















