Hasil pencarian
9587 hasil ditemukan dengan pencarian kosong
- Teror Mahasiswa Kiri
PERANG DINGIN menimbulkan gelombang kegelisahan dan kekecewaan di kalangan generasi muda Republik Federasi Jerman, atau lebih dikenal dengan nama Jerman Barat. Mereka kecewa dan marah atas dukungan negaranya terhadap setiap langkah dan manuver Amerika Serikat di berbagai belahan dunia, seperti di Vietnam dan Timur Tengah. Terlebih ketika Jerman Barat bergabung dalam Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), dengan konsekuensi adanya pangkalan dan personel militer Amerika Serikat. Mereka menuduh pemerintahnya dan pemerintah AS menjalankan agenda politik yang bercorak imperialistis, khususnya terhadap rakyat dan negara-negara di Dunia Ketiga. Pada saat bersamaan, mereka curiga bahwa pemerintah, partai-partai politik, dan aparat penegak hukum di Jerman Barat didominasi eks simpatisan Nazi.
- Fesyen dan Krisis Ekonomi
Tahun lalu bukanlah yang terbaik bagi ekonomi Inggris. Namun, Anda tentu ingat, gambaran suram itu seolah sama sekali tak tercermin ketika seantero Inggris larut dalam kemeriahan perhelatan pernikahan Pangeran William dan Kate Middleton pada 29 April 2011. Lihat betapa mewah gaun yang dikenakan Kate Middleton. Dan ternyata, dalam sejarah Inggris, hal semacam ini sudah biasa. Lisa Jardine, profesor Studi Renaisans di Queen Mary, University of London, mengatakan bahwa sejarah Inggris cenderung memberikan perhatian besar pada momen-momen kemegahan semacam itu, meski kondisi ekonominya bertentangan dengan citra yang ditampilkan.
- DNA Tan Malaka Mendekati Kebenaran
Hasil penyelidikan DNA (deoxyribose nucleic acid) di sebuah laboratorium di Korea Selatan menunjukkan bahwa kerangka tulang yang digali di sebuah makam di Desa Selopanggung, Kediri, pada 12 November 2009, adalah Tan Malaka “mendekati kebenaran”. Saat ini pemeriksaan sisa sampel kerangka di Selopanggung sedang dalam proses pemeriksaan analisis LCN ( low number copy) sebuah metode baru ekstrasi sampel DNA. Menurut Tim Identifikasi Tan Malaka, dokter spesialis forensik Jaya Surya Atmadja dari Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, untuk mendapatkan hasil seratus persen bahwa DNA tersebut adalah Tan Malaka masih harus mengikuti perkembangan teknologi DNA yang semakin maju.
- DNA Tan Malaka Menghilang
Tan Malaka merupakan tokoh antikolonial yang mobilitasnya sangat tinggi. Selama 30 tahun dia melalang-buana, dari Pandan Gadang (Suliki) hingga Surabaya, dari Penang hingga Amsterdam. Dia selalu waspada karena bertahun-tahun jadi buronan intel. Polisi kolonial mengganjarnya dengan sebutan “jago menghilang”. “Rupanya setelah meninggal pun kemampuan menghilang Tan Malaka tak berkurang sehingga DNA-nya sulit dicari,” canda sejarawan Asvi Warman Adam dalam konferensi pers laporan hasil pemeriksaan DNA atas kerangka yang diduga Tan Malaka di Wisma Shalom, Jakarta Pusat (9/1). “Dia tokoh yang mempunyai reputasi internasional, sehingga tampaknya DNA-nya pun harus diperlakukan secara internasional.”
- Dari Ukraina untuk Indonesia
PADA 4 Desember 1945, dalam sebuah konferensi pers, Perdana Menteri Sutan Sjahrir menyatakan bahwa campur tangan Perserikatan Bangsa-Bangsa adalah jalan terbaik untuk memecahkan soal Indonesia dan kalau Belanda akan menempuh jalan kekerasan, niscaya tidak ada persetujuan yang akan dicapai. Untuk itu, Sjahrir mengirim surat dan dokumen-dokumen penting kepada Sidang Umum PBB yang pertama pada 10 Januari 1946 di Church House Westminster, London, Inggris. Dalam suratnya, Sjahrir menguraikan dan meminta agar masalah Indonesia dibicarakan dalam sidang. Keputusan yang akan diambil oleh sidang amat penting mengingat masalah Indonesia hanya dapat disetujui atau tidak untuk dibicarakan oleh Dewan Keamanan PBB, bergantung pada sidang tersebut.
- Imigran Penentu Standar Musik Dunia
BARANGKALI tak banyak orang yang bisa membayangkan kehidupan Heinrich Engelhard Steinweg. Lahir pada 15 Februari 1797, di tengah sebuah keluarga besar yang bahagia di desa Wofshagen, Jerman. Saban hari keluarganya memetik sayuran dari ladang sendiri, dan sungai yang mengalir dari pegunungan menyediakan ikan-ikan segar. Namun pada usia 15 tahun Heinrich telah menjadi yatim piatu. Ia juga kehilangan beberapa saudaranya dalam perang melawan Napoleon. Heinrich sendiri kemudian bergabung dengan militer, dan ditugasi menjadi peniup terompet. Seperti dicatat Alan C. Elliott dalam A Daily Dose of the American Dream: Stories of Success, Triumph, and Inspiration , meski tak punya pendidikan musik formal, Heinrich ternyata punya bakat alami dalam musik. Ia kerap menghibur para tentara dengan permainan sitar dan pianonya. Namun pada 1822 ia memutuskan untuk berhenti sebagai tentara dan melanjutkan hidupnya sebagai tukang kayu. Dari sinilah ia mulai belajar membuat berbagai alat musik di ruangan dapur rumahnya.
- Akhir Riwayat Rumah Cantik
CAK Ipul mendadak kangen tanah air saat melihat foto di sebuah tabloid terbitan Indonesia. Ia kagum dengan kisah rumah indah bergaya art deco yang kerap digunakan syuting film berbagai keperluan. Saat itu Cak Ipul merantau ke Malaysia, mengadu nasib sebagai TKI. Bertahun kemudian, setelah pulang, dia tak menyangka kalau rumah indah yang dikaguminya lewat sebuah foto itu selalu dilintasinya saat menjajakan soto di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Satu hari, perempuan tua yang mendiami rumah tersebut memanggil Cak Ipul yang tengah lewat. Sari Sudhiono, demikian panggilan perempuan itu sebagaimana dikenal Cak Ipul, menawarkan tukang soto ini mangkal di trotoar depan rumahnya. “Tapi ibu minta tolong bukakan gerbang kalau ada tamu. Maklum, kaki ibu sudah tak kuat buat mondar-mandir terus,” demikian kata Sari, seperti ditirukan Cak Ipul.
- Goedhart, Tuan Baik Hati Antiagresi
KETIKA pendudukan Jerman pada 1940, Frans Johannes Goedhart ikut gerakan bawah tanah yang mengobarkan perlawanan melawan Jerman. Dia membuat stensilan Niuwsbrief van Pieter ‘t Hoen dengan memakai nama pena “Pieter ‘t Hoen”, sebuah pseudonim dari pamflet satir di Belanda pada abad ke-18. Dia lalu memperluas penyebaran stensilannya dengan mengubah namanya menjadi Het Parool. “Sebagai tanda perlawanan patriotik , koran Het Parool diberi subjudul vrij, onverveerd (bebas, berani),” tulis Jeroen Dewulf dalam Spirit of Resistance: Dutch Clandestine Literature During the Nazi Occupation .
- Agen Ganda
JANE Foster meninggalkan OSS pada 1946 dan kembali ke Amerika Serikat. Di sana dia diminta untuk tinggal dan menilai beberapa nasionalis di Indonesia yang kegirangan atas penyerahan Jepang. Terutama penilaiannya mengenai Sukarno ketika Indonesia berusaha membebaskan diri dari dominasi Belanda. Sikapnya sama seperti terjadi pada negara lain bahwa kemerdekaan dari Jepang harus juga berarti kebebasan dari “penjajah kolonial” mereka. Ini adalah sikap yang tak populer di Amerika Serikat pascaperang yang sibuk membentuk koalisi dengan pemerintah Belanda, Prancis, dan Inggris dalam sebuah front persatuan melawan komunisme.
- Jane Foster, Intel Cantik Mengintai Republik Indonesia
SEBUAH pertemuan terjadi di rumah Menteri Luar Negeri Achmad Soebardjo pada 28 September 1945. Jane Foster dari Kantor Dinas Strategis (OSS) -pendahulu CIA- dan Letnan Kolonel K.K. Kennedy dari pasukan Sekutu, pengawas militer AS, mewawancarai sejumlah tokoh terkemuka Republik untuk mengetahui pandangan mereka. Selain Subardjo, hadir Sukarno, Mohammad Hatta, Amir Sjarifuddin, Iwa Kusumasumantri, dan Kasman Singodimedjo. Ada satu tokoh lagi yang hadir, dengan nama samaran Kasman, yakni Tan Malaka.
- Sekuat Dupa, Sewangi Cleopatra
Ia mudah digunakan. Cukup semprot atau oleskan ke pakaian atau badan. Sesaat kemudian, ia bukan cuma memberikan keharuman tapi juga kesegaran dan kepercayaan diri bagi si pemakainya. Keberadaannya sudah ada sejak ribuan tahun silam, berbarengan dengan kosmetik-kosmetik awal lainnya. Dialah parfum, atau biasa kita sebut minyak wangi. “Sejarah parfum setua sejarah manusia,” tulis CJS Thompson dalam The Mystery and Lure of Perfume.
- Mencari Indonesia Babak Ketiga
ADALAH sebuah fakta di dalam sejarah bahwa sejarah selalu dimanfaatkan oleh semua pelaku politik di dalam masyarakat untuk membenarkan tingkah lakunya pada saat itu dan apa yang direncanakannya kemudian. Pada umumnya kelas sosial yang berkuasa juga menguasai bagaimana cara pengetahuan dan pengertian tentang sejarah diperkenalkan pada masyarakat, baik kepada kelasnya sendiri maupun bagi kelas-kelas lain di dalam masyarakat. Ada banyak sekali contoh, tetap buat saya contoh yang paling dahsyat ialah larangan kekuasaan Roma terhadap siapa pun untuk menulis sejarah pemberontakan budak yang dipimpin Spartacus, kecuali oleh “sejarawan” yang ditunjuk oleh penguasa sendiri. Dan itu memang terjadi, meskipun penelitian paling baru berhasil menemukan versi lain yang disimpan rakyat Italia dalam berbagai jenis bahasa etnisnya. Versi-versi terpendam semenjak berabad lalu dan harus menunggu hampir 2,000 tahun untuk ditemukan kembali.





















