top of page

Hasil pencarian

9597 hasil ditemukan dengan pencarian kosong

  • Biang Kerok di Balik Wabah Pes

    PENYAKIT pes tidak begitu dikenal hari ini. Teknologi kedokteran berhasil memberantas penyakit mematikan inisejak lama. Tak ada pes yang mengerikan seperti di abad pertengahan. Namun, pes masih tetap eksis kendati sedikit. WHO mencatat, sepanjang 2010-2015 ada 3248 kasus pes di dunia dengan 584 kematian. Epidemi paling parah terjadi di Kongo, Madagaskar, dan Peru. Di Indonesia, pes sudah hampir dilupakan. Padahal, penyakit ini pernah amat menakutkan kala mewabah di Malang dan menyebar ke seantero Jawa pada paruh pertama abad ke-20. Keadaan itu membuat pemerintah kolonial Belanda serius menanganinya lantaran ada pengalaman pahit wabah pes di Eropa yang membunuh 60 persen populasi. Peristiwa mengerikan yang terjadi pada abad ke-14 itu dikenal dengan nama Black Death. Penderita Black Death akan mengalami kematian jaringan pada ujung jari tangan, kaki, atau hidung hingga warnanya menghitam. Dunia medis menamakan pes jenis ini septicemic plague, yang menyerang aliran darah. Jenis ini paling berbahaya karena penderitanya bisa mati bahkan sebelum gejala muncul. Penyakit ini ditandai dengan pendarahan, bagian tubuh yang menghitam, nyeri perut, diare, muntah, demam, dan lemas. Namun, sejatinya ada tiga jenis serangan penyakit pes. WJ Simpson dalam A Treatise On Plague menyebut, jenis pes lainnya ialah bubonic plague, yang menyerang sistem limfatik (sistem imun). Gejala pes limfatik muncul setelah penderita tiga hari terjangkit. Penderita pes jenis ini akan mengalami pembengkakan pada kelenjar getah bening yang terdapat di lipatan paha, ketiak, atau leher. Benjolan ini terasa lunak dan hangat ketika dipegang. Gejala lain umumnya berupa demam, menggigil, pusing, lemas, nyeri otot, serta kejang. Pes juga bisa menyerang paru-paru ( pneumonic plague ). Pes jenis ini, yang disebabkan bakteri yersinia pestis, paling cepat mengakibatkan kematian. Gejalanya bisa terlihat dalam beberapa jam setelah seseorang digigit kutu tikus. Begitu terinfeksi, penderita akan sesak nafas hingga batuk-batuk. Gejala lain yang ditermui bila terinfeksi ialah batuk darah, muntah, demam tinggi, pusing, serta lemas. “Setelah mewabah di Eropa dan mematikan banyak orang, ahli medis belum tahu persis penyebabnya. Lalu dilakukan banyak penelitian sampai akhirnya ditemukan bakteri yang terdapat di kutu tikus tahun 1800-an,” kata Martina Safitry, dosen sejarah IAIN Surakarta yang pernah meneliti sejarah wabah pes di Jawa untuk tesisnya, kepada Historia . Penemuan bakteri yersiniapestis sendiri terjadi ketika wabah pes mencapai Hong Kong pada 1894. Ahli bakteriologi Jepang Shibasaburo Kitasato berangkat untuk meneliti penyakit itu pada Juni 1894. Di saat bersamaan, Alexandre Yersin dari Institute Pasteur juga berangkat ke Hongkong atas perintah menteri kolonial Prancis. Keduanya menemukan jenis bakteri baru dalam tubuh pasien pes dan organ tikus mati di daerah wabah. Kitasato menjadi orang pertama yang mempublikasikan temuan mikroorganisme baru, di jurnal kesehatan The Lancet pada 25 Agustus 1894. Namun, identifikasi bakteri baru yang dilakukan Kisato diragukan karena keterbatasan teknis. Maka, deskripsi Yersin yang dipublikasikan setelahnya yang dianggap lebih akurat. Pada 1970, nama Yersin kemudian dipakai untuk menyebut bakteri penyebab pes, yersinia pestis . Menurut Hartmut Dunkelberg dalam “The History of The Plague and The Research on The Causative Agent Yersinia Pestis”, sebelum nama Yersin dipakai untuk menyebut penyebab penyakit, nomenklatur yang digunakan antara lain bakteri pestis hingga 1900, bacilluspestis hingga 1923, dan pasteurellapestis , merujuk lembaga yang menaungi Yersin. Temuan Kitasato dan Yersin menggiatkan penelitian tentang penyakit pes. Pada akhir abad ke-19, beberapa peneliti mencari pola-pola penyebaran wabah dan cara-cara penularan pes. Masanori Ogata, misalnya, meneliti penyebaran pes di Taiwan pada 1896. Ia menemukan bahwa cairan tubuh kutu yang masuk ke dalam tubuh tikus bisa menyebabkan binatang pengerat itu terkena pes. Dari sini anggapan bahwa tikus sebagai penyebab pes tidak sepenuhnya benar. Kutu-kutu tikuslah yang jadi biang kerok. Hasil riset Ogata serupa dengan temuan Paul-Louis Simond yang meneliti pes di India. Simond menemukan peran besar kutu tikus dalam penyebaran pes. Pada 1902 di Marseille, J.C. Gauthier dan A. Raybaud meneliti dengan menempatkan dua tikus pada kandang yang disekat jala. Kandang ini memungkinkan kutu berpindah tempat tanpa ada kontak antartikus. Mereka menggunakan dua spesies kutu yang berbeda dalam percobaan ini. Hasilnya, mereka menemukan pes dapat ditularkan antardua tikus tanpa kontak tubuh langsung. Kutu-kutu tikuslah yang bekerja dengan melompat dari satu inang ke inang lain. “Ketika pes melanda Jawa, penelitian yang telah dilakukan sebelumnya jadi bekal ahli medis Belanda memberantas pes di negeri jajahan. Tikus-tikus yang mati langsung diperiksa,” kata Martina.

  • Penjelajahan Antariksa dari JFK hingga Trump

    Tinggalkanlah bulan. Tataplah planet Mars sebagai tujuan berikutnya dalam penjelajahan angkasa! Setidaknya begitu inti pesan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kepada NASA (Badan Antariksa AS). Ia ingin bendera AS jadi yang pertama tertancap di permukaan Mars sebagaimana bendera yang sama pernah terpasang di permukaan bulan pada 1969. Tepat hari ini, 20 Juli, lima dasawarsa lewat, misi Apollo 11 mendarat di bulan. Dua astronotnya, Neil Alden Armstrong dan Edwin Eugene ‘Buzz’ Aldrin Jr., jadi manusia pertama menjejakkan kaki di bulan sehari setelahnya dan melakukan eksplorasi selama enam jam 39 menit. “Bagi Amerika tiada yang mustahil. Tepat 50 tahun lalu di bulan ini, dunia menyaksikan astronot-astronot Apollo 11 menancapkan bendera Amerika di permukaan bulan. Gene (Kranz, direktur Program Apollo), saya ingin Anda tahu bahwa suatu hari nanti kita harus menancapkan bendera di Mars,” seru Trump dalam pidato peringatan kemerdekaannya di Lincoln Memorial, Washington DC, 4 Juli, dikutip space.com . Kepala NASA Jim Bridenstine menyanggupi ambisi Trump itu. Pun begitu, dunia mesti bersabar. Ambisi mengeksplorasi “Planet Merah” itu tak bisa diwujudkan dalam waktu dekat. Dengan Misi Artemis, mengutip situs yang sama, 16 Juli 2019, ia juga memperkirakan NASA butuh dana sedikitnya 20 miliar dolar AS. “Presiden bilang kita harus mencapai Mars. Kita harus menancapkan bendera Amerika di Mars, itu misinya. Saya pikir itu tak lepas dari pencapaian hebat yang menginspirasi generasi baru, seperti Apollo yang telah menginspirasi generasi kami. Soal waktu, saya rasa misinya akan bisa diwujudkan pada 2033,” terang Bridenstine. Presiden John F. Kennedy berpidato soal pentingnya Amerika Serikat memasuki Space Race. (nasa.gov). Perang Dingin di Antariksa Misi Apollo 11 yang membawa astronot Neil Armstrong, Aldrin Jr., dan Michael Collins merupakan klimaks dari program Project Apollo (1961-1972). Apollo jadi program ketiga NASA setelah dua misi luar angkasa Program Mercury (1958-1963) dan Project Gemini (1961-1966). Program-program itu tak lepas dari imbas Perang Dingin AS-Uni Soviet. Jika di bumi mereka saling berlomba soal senjata, di antariksa mereka berlomba mengirim manusia ke luar angkasa. Di masa kepresidenan JF Kennedy, AS tertampar reputasinya setelah dunia melihat Uni Soviet jadi yang pertama mengirim manusia ke luar angkasa (kosmonot Yuri Gagarin) lewat lewat Misi Vostok 1 pada 12 April 1961. JFK merespon pencapaian Negeri Tirai Besi dengan ambisi yang lebih dahsyat. John Logdson, pendiri Institut Kebijakan Antariksa di George Washington University, dalam bukunya John F. Kennedy and the Race to the Moon mengungkapkan JFK segera membicarakan mimpinya itu ke hadapan publik dan Kongres AS pada 25 Mei 1961. Direktur Wernher von Braun (kiri) menjelaskan roket Saturn I kepada Presiden John F. Kennedy dan Wakil Presiden Lyndon B. Johnson di NASA Marshall Space Fight Center di Huntsville, Alabama. ( Nasa.Gov ) Dalam pidatonya, JFK mendorong persetujuan kongres agar tak mau kalah dari Uni Soviet, di mana misi yang lebih hebat dalam sains harus tertuju ke bulan. “Misinya harus mendarat di bulan pada akhir dekade ini dan membawa mereka (kru) kembali ke bumi dengan selamat,” kata JFK dikutip Logsdon. Di sisi lain, muncul pula pemikiran JFK untuk melancarkan misi bersama ke bulan dengan Uni Soviet, yang proposalnya dilayangkannya pada 31 Oktober 1961. Pemimpin Uni Soviet Nikita Khrushchev mulanya ingin menyetujui, namun akhirnya menolak. Mengutip pernyataan putra sang pemimpin, Sergey Khrushchev, Logsdon menyatakan, kerjasama itu dikhawatirkan malah membuka banyak rahasia persenjataan Uni Soviet. “Kami saat itu punya sejumlah misil (Intercontinental Ballistic Missile/ICBM, red ) R-16. Jika kerjasama itu terjadi, Amerika bisa mempelajari kekuatan dan kelemahan kami, juga sumber daya dan perekonomian kami,” tutur Sergey Khrushchev. Meski ditolak, justru JFK kian ‘ ngotot ’ membuktikan diri. Pada pidatonya di Rice University, 12 September 1962, JFK memberi alasan kenapa misi antariksa kebanggaan AS harus bisa mencapai bulan. Profesor Sejarah Rice University Douglas Brinkley dalam American Moonshot: John F. Kennedy and the Great Space Race , “menangkap” pidato JFK bahwa bulan jadi semacam trofi tertinggi dalam Perang Dingin. “Kenapa Bulan jadi target kita? Kita memilih pergi ke bulan dekade ini bukan karena misinya mudah tapi karena misinya sulit. Karena tujuannya akan jadi ukuran dan sampai di mana energi dan kemampuan kita, karena tantangan ini bisa kita jalani dan bisa kita menangkan,” demikian penggalan pidato JFK, dikutip Brinkley. Neil Armstrong manusia pertama yang menginjakkan kaki di Bulan. (Foto: nasa.gov) Setelah lampu hijau Kongres menyala, dana besar pun digelontorkan. Catatan The Planetary Society yang dilansir CBS News , 16 Juli 2019, misi Apollo 11 yang menggunakan roket Saturn V dan pesawat ulang-alik Apollo CSM-107 “ Eagle ” menelan dana sekira USD25 miliar (kini setara USD100 miliar) untuk desain, tes, dan peluncurannya. Proyek itu resmi berangkat dari Launch Operations Center (kini Kennedy Space Center) NASA di Florida pada 16 Juli 1969 pukul 13.32 waktu setempat. Pesawat Eagle lantas tiba di permukaan bulan pada 20 Juli 1969 pukul 20.17 waktu Florida. Pun begitu, Armstrong dkk. baru memulai persiapan operasi di permukaan menjelang tengah malam. Pintu Eagle tercatat dibuka pada pukul 02.39 dini hari dan 12 menit kemudian, keluarlah Armstrong dari pesawat dan jadi yang pertama memijak permukaan bulan, disusul Aldrin. “Satu langkah kecil dari seorang manusia, satu lompatan besar bagi umat manusia,” ujar Armstrong dalam potongan rekaman suara yang ditangkap NASA lewat arsipnya, “Apollo 11 Lunar Surface Journal: One Small Step” di situs resmi NASA. Ironisnya, salah satu pencapaian sains tertinggi umat manusia itu tak bisa disaksikan JFK. Sang presiden lebih dulu terenggut nyawanya pada 22 November 1963 di Dallas, Texas.

  • Benarkah Samudera Pasai Kerajaan Islam Pertama di Nusantara?

    Desa Lamreh terletak di Kecamatan Mesjid Raya, Kabupatan Aceh Besar, Provinsi Nanggroe AcehDarussalam. Di sana terdapat tinggalan Kerajaan Lamuri berupa bangunan seperti benteng, kompleks pemakaman, dan bekas hunian yang ditandai sebaran fragmen keramik. Di pemakaman itu ditemukan beberapa nisan unik. Berbentuktugu persegi yang meruncing ke atas seperti piramida. Penduduk setempat menyebutnya plakpling. Menurut Repelita Wahyu Oetomo, peneliti dari Balai Arkeologi Medan, nisan itu mungkin bentuk peralihan dari masa pra-Islam ke Islam. Pasalnya , bentuk nisan itu menyerupai lingga dan menhir. Salah satu nisan ditemukan di dalam Benteng Kuta Lubuk. Cirinya menunjukkan masa yang jauh lebih tua daripada benteng itu. Di nisan itu tertulis: “...assulthan Sulaiman bin Abdullah bin al Basyir Tsamaniata wa sita mi’ah 680 H (1281 M).”   Bila Sultan Sulaiman bin Abdullah bin Al Basyir wafat pada 680 H (1281 M), artinya masyarakat Lamreh telah lama mengenal Islam. Hal ini diketahui dari nama ayah dan kakek Sultan Sulaiman Abdullah bin Basyir yang berbau Islam. Pertanggalan itu pun menunjukkan umur yang lebih tua dibandingkan nisan milik Sultan Malik as-Shaleh dari Kerajaan Samudera Pasai yang bertarikh 696 H (1297). Banyak sejarawan menjadikan nisan itu sebagai tanda masuknya Islam di Nusantara sekaligus bukti keberadaan Kerajaan Samudera Pasai. Dengan demikian, menurut Repelita, Samudera Pasai dengan rajanya Malik as-Shaleh bukan merupakan kerajaan Islam tertua di Nusantara. “ Lamuri berkembang menjadi Kerajaan Islam yang cukup besar sebelum Samudera Pasai berdiri. Namanya sudah dikenal sejak masa Hindu-Buddha,” tulis Repelita dalam “Lamuri Telah Islam Sebelum Pasai” termuat di Jurnal Berkala Arkeologi Sangkhakala. Lebih lanjut Repelita menjelaskan keberadaan Lamuri lama diperhitungkan berkat hasil alamnya. Letak nya cukup penting yaitu di wilayah perairan Selat Malaka. K epopuleran Lamuri paling tidak sudah bertahan sejak abad ke-10 karena pada 916 penjelajah Arab, Abu Zaid Hasan , telah mencatat Lambri sebagai Rami/Ramni. Catatan tertua lainnya tentang Kerajaan Lamuri muncul dalam Prasasti Tanjore yang berbahasa Tamil dari tahun 1030. Prasasti ini dibuat Raja Rajendra Cola I dari Kerajaan Cola di India Selatan. Ilamuridesam dalam prasasti itu diterjemahkan oleh George Coedes dalam Asia Tenggara Masa Hindu-Buddha, sebagai Lamuri yang berada di ujung utara Sumatra. Ilamuridesam adalah salah satu negara yang ditaklukkan ketika Kerajaan Cola menyerbu Sriwijaya. “ Lambri kemudian berubah menjadi mandala kerajaan Tamil itu,” tulis O.W . Wolters dalam Kebangkitan dan Kejayaan Sriwijaya Abad III-VII . Kendati demikian, pada 1225, Zhao Rugua, orang Tiongkok yang sering mengunjungi pelabuhan di Sumatra, menyebut bahwa Nanwuli atau Lambri membayar upetinya kepada Sanfoqi (Sriwijaya). Sementara pada masa berikutnya, Mpu Prapanca dalam Negarakrtagama , menggambarkan Lamuri sebagai negeri yang mendapat pengaruh Majapahit. Lamuri terus disebut dengan berbagai nama. Orang-orang Arab, Marco Polo, Biarawan Oderic, dan penjelajah abad pertengahan lainnya, menyebut Lamuri sebagai Lamori atau Lambri. Marco Polo, penjelajah Italia, pada 1292 menyebut Lambry sebagai salah satu tempat di utara Sumatra. Dia mencatat, kerajaan itu telah mengaku tunduk pada Kaisar Mongol, Kubilai Khan. Menurut W.P. Groenevledt, Lan-bu-ri yang diterjemahkan menjadi Lambri muncul dalam catatan salah seorang jend e ral utusan Kubilai Khan, Ike Mese. Catatan i tu termuat dalam Sejarah Dinasti Yuan dari abad ke-13 . Disebutkan ketika pasukannya tiba di Champa dalam perjalanannya ke Jawa, mereka mengirimkan sejumlah utusan ke beberapa negara untuk meminta pernyataan tunduk kepada Tiongkok. Lambri dan Sumatra ada di antara negara-negara itu. Lambri masih disebut kemudian dalam catatan Cheng Ho, yang termuat dalam Sejarah Dinasti Ming dari abad ke-15. Lambri termasuk di antara 30 negara yang dia singgahi dalam ekspedisinya. Groeneveldt juga mengidentifikasi Lam-bo-li sebagai Lambri dalam catatan Ma Huan, penerjemah resmi Cheng Ho. Lewat Yingya Shenglan, Ma Huan cukup panjang lebar menjabarkan Lambri. Menurutnya negeri itu terletak di sebelah barat Sumatra dan berjarak tiga hari pelayaran. Waktu itu, dari 1.000 keluarga yang mendiaminya, seluruhnya sudah memeluk Islam. Begitu pula rajanya. “Ketika kapal Tiongkok merapat di Lambri, raja menggunakan kesempatan ini untuk mengirim upeti ke Tiongkok,” catat Ma Huan. Adapun penjelajah Portugis, Tome Pires dalam Suma Oriental , menceritakan bahwa Aceh merupakan negeri pertama yang dia temukan setelah menelusuri Pulau Sumatra. Sementara Lamuri terletak tepat setelahnya. Wilayah ini membentang hingga ke pedalaman. "Laporan Portugis masih menyebut Lambri pada 1511,"  tulis Wolters. "Tetapi pusat perdagangan kerajaan baru yang disebut Aceh, beberapa kilometer lebih ke timur, segera menggantikannya."

  • Melihat Budapest Lewat Kanvas

    KEDUTAAN Besar Indonesia untuk Hungaria hendak mengadakan pameran bersama antara seniman Indonesia dan Hungaria. Para pelukis Indonesia akan diberangkatkan ke Budapest, Hungaria untuk observasi dan penggalian ide lukisan. Sebaliknya, perupa Hungaria akan berkunjung ke Indonesia guna mencari ide. “Ini bisa sekalian jadi promosi pariwisata kita,” kata Duta Besar Indonesia untuk Hungaria Dimas Wahab. Pameran bersama ini diprakarsai Dimas Wahab. Dua orang kurator dipilih untuk menanganinya, yakni budayawan Toeti Heraty dan Ari Kupsus, pemilik gallery di Budapest. “Budapest, Hongaria sering disebut Parisnya Eropa Tengah. Di sana penuh peninggalan budaya karena pernah dikuasai Romawi, Mongolia, Turki, Austria, dan pernah jadi bagian dari Uni Soviet,” kata Toeti Heraty dalam konferensi pers di Roosseno Plaza, Rabu (17/07/2019). Budapest merupakan gabungan dua kota yang dipisahkan Sungai Danube, yakni Kota Buda (Obuda) dan Pest di sebelah kiri sungai. Setelah jembatan rantai Széchenyi dibangun pada 1839 di bagian anak sungai Danube yang menyempit, kedua kota pun terhubung. Pada 17 November 1873, gabungan dua kota itu diresmikan menjadi Budapest. Penemuan arkeologis membuktikan adanya permukiman besar suku Celtic di Budapest selama ribuan tahun. Mereka menetap di kedua tepi Sungai Danube sejak abad ke-3 SM. Bangsa seperti Romawi, Turki, Jerman, Latin dan pedagang muslim dari Bulgaria juga pernah bermukim di sini. Periode besar pertama pembangunanan Buda (sebelah kanan Sungai Danube) terjadi pada paruh kedua abad ke-13. Beberapa gereja dan biara didirikan, di antaranya Gereja Bunda Maria (sekarang Gereja Matthias) dan Gereja St. Mary Magdalene. Pembangunan skala besar antara abad ke-14 dan ke-16 membentuk pola jalan dan tata letak kota Buda yang tidak berubah hingga hari ini. Sementara, Kota Pest berada di posisi penting rute perdagangan ke Eropa Barat, dikenal sebagai Jalan Kiev. Pada abad ke-11, tembok yang jadi cikal-bakal Gereja Dalam Kota Parish dibangun di atas tembok bekas kamp Romawi. Populasi kota Pest tumbuh pesat pada paruh pertama abad ke-13, mayoritas orang Jerman. Perkembangan Kota Buda dan Pest kemudian terhenti lantaran kalah perang dari Turki pada 1526. Sebagian penduduk kaya melarikan diri keluar kota Buda, sementara seluruh Hungaria berada di bawah kekuasaan Turki dari 1541 hingga 145 tahun kemudian. Institute Riset Metropolitan Urbanisztika menyebut pada abad ke-19 Budapest dikuasai Kekaisaran Austro-Hungaria sampai Perang Dunia I. Hingga empat dekade terakhir abad ke-19, gaya romantis dominan dalam rancang-bangunan di Budapest. Gaya Art Nouveau ini jadi upaya sadar menciptakan gaya nasional, seperti terdapat pada bangunan Museum Seni Terapan (Museum of Applied Arts, Budapest) karya Odon Lechner. Ketika Hungaria dikuasai Jerman-Nazi pada Perang Dunia II, pembangunan dihentikan. Kondisi Hungaria kacau-balau selama delapan bulan. Budapest sendiri jadi medan pertempuran selama dua bulan. Pengeboman dan baku tembak merusak 75 persen bangunan di Budapest. Hanya sekira 10 ribu bangunan yang tersisa tanpa cacat. Suasana gawat itu baru berhenti ketika Hungaria dibebaskan tentara Soviet yang berhasil memukul mundur pasukan Jerman. Sejak itu, Hungaria menjadi bagian blok Timur. “Setelah Perang Dunia II, Budapest masuk Uni Soviet dan jadi komunis,” kata Toeti. Runtuhnya Uni Soviet mengakhiri pula komunisme di Hungaria. “Pada 1989 (Hungaria, red .) bertransformasi jadi negara demokrasi. Sejarahnya sudah dimulai dari dari dua ribu tahun lalu. Jadi, akan ada banyak jejak-jejak kebudayaan yang bisa digali untuk jadi sasaran seni di sana,” sambung anak mendiang Ir. Roosseno itu. Beberapa seniman Indonesia yang akan diberangkatkan antara lain Afriani, Hardi, Baron Basuning, Tatang Ramadhan Bouqie, dan Hannyoto Roosseno. Mereka akan mengunjungi Budapest pada September 2019 dan menginap di kastil milik Ari Kupsus. Hardi merupakan pelukis yang menjadi salah satu pencetus Gerakan Seni Rupa Baru. Karya-karyanya kebanyakan mengambil tema realisme sosial. Semasa Orde Baru, Hardi yang menampilkan diri sebagai presiden tahun 2001 lewat pamerannya di Taman Ismail Marzuki, dicap melakukan tindakan subeversif. Sementara, Hannyoto merupakan seorang arsitek sekaligus perupa. Dia mempopulerkan gaya gedung berpilar ke Jakarta pada 1970-1980-an. Pada 2006, Hannyoto memenangkan penghargaan arsitektur terbaik Skala +02. “Lukisan jadi penghubung kerjasama dua negara ini karena Hungaria dikenal sebagai kota seni,” kata Dimas Wahab. Pameran akan diselenggarakan pada Oktober mendatang di Indonesia dan Hungaria. Pameran di Hungaria berbarengan dengan Indonesian Food Festival di Budapest sehingga akan ada satu rangkaian pemeran tentang budaya Indonesia, baik makanan maupun lukisan.

  • Melacak Jejak Kerajaan Panai di Tanah Batak

    Sekira menjelang akhir milenium pertama masehi, muncul Kerajaan Panaidi Sumatra bagian utara. Sepertinya ia kerajaan penting karena Kerajaan Cola di India dan beberapa kerajaan lain di Nusantara menyebut namanya dalam dokumen resmi mereka. Panai pertama kali diketahui lewat Prasasti Tanjore yang berbahasa Tamil dari tahun 1030. Prasasti ini dibuat Raja Rajendra Cola I dari Colamandala di India Selatan. Di dalamnya disebut bahwa Panai yang dialiri sungai merupakan salah satu yang digempur sang rajaselain Sriwijaya. Penyerbuan Cola telah menaklukkan juga Malaiyur, Ilangasogam, Madamalingam, Ilamuri-Desam, dan Kadaram. Tiga abad kemudian nama Panai kembali muncul dalam Nagarakertagama , kakawin dari Kerajaan Majapahit karya Mpu Prapanca . Sebutannya sedikit berubah menjadi Pane . Ia disebut sebagai bagian dari negeri di Sumatra yang berada di bawah pengaruh Majapahit. Menurut Keram Kevonian, pengajar di EHESS (Ecole des Hautes Etudes en Sciences Sociales), Paris, Panai menjadi salah satu dari dua kerajaan yang tak dicatat Marco Polo. Padahal, penjelajah asal Venesia itu sempat menyusuri pesisir Sumatra pada 1292. "Mungkin karena Panai letaknya di daerah yang tak dikunjunginya," tulis Keram dalam "Suatu Catatan Perjalanan di Laut Cina dalam Bahasa Armenia", termuat di  Lobu Tua Sejarah Awal Barus . Sumber-sumber Tionghoa pun tak memuat informasi keberadaan kerajaan Panai. Bahkan tak ada dalam catatan Ma Huan, penerjemah resmi yang mendampingi Laksamana Cheng Ho ke Nusantara pada abad ke-15. “Bukan berarti Kerajaan Panai ketika itu telah hilang,” jelas Keram. Pasalnya, pada era Sultan Iskandar Muda (1607-1636) dari Kesultanan Aceh, Kerajaan Panai kembali disebut-sebut. Dalam suratnya kepada Jacques I, sultan mencatat Pani sebagai jajahan Aceh di Pantai Timur Sumatra. Nampaknya, menurut arkeolog Rumbi Mulia,  Panai telah berhasil melepaskan kewajibannya, mungkin berupa upeti kepada Kerajaan Cola setelah digempur pada awal abad ke-11. Pada masa berikutnya kerajaan itu justru menampakan perkembangan nya secara mandiri. Panai melakukan pembangunan besar -besaran di negaranya . Kini diyakini kompleks percandian di Padang Lawas adalah salah satu peninggalannya. Sayangnya,di antara peninggalan itu belum ada yang menyebutkan nama raja atau yang mendukung kerajaan itu sebagai sebuah struktur politik mandiri. Baru kemudian ditemukan prasasti yang menyebut nama Paṇai. Prasasti Panai tak memiliki angka tahun yang absolut. Ia menggunakan aksara Kawi akhir dan berbahasa Melayu Kuno. Pada dua baris terakhirnya, dikisahkan seorang tokoh mendirikan suatu daerah ( bhumi ). Daerah yang dimaksud kemungkinan adalah Pannai. Ada kabar dari prasasti itu, seorang pejabat desa bergelar kabayan diberi tugas yang berkaitan dengan bangunan suci agama Buddha. Bangunan suci itu diduga sebagai pendarmaan tokoh hinan dan haji . Sementara tokoh kabayan, sebagai seorang pesuruh, disebutkan membawa sesuatuyang tak jelas dalam prasasti, kepada semua orang yang tinggal di Paṇai. "Adanya gelar haji menunjukkan kalau Pannai adalah kerajaan kecil," tulis Rumbi dalam  The Ancient Kingdom of Panai and the Ruins of Padang Lawas (North Sumatera). Meski namanya masih disebut hingga masa berikutnya, kemerosotan Kerajaan Sriwijaya sejak abad ke-13 serta hilangnya kekuasaan atas kawasan selat, pasti ikut melemahkan Padang Lawas-Panai. Pasalnya, menurut Rumbi, dengan disebutkannya Kerajaan Pannai sebagai salah satu yang ditaklukan Raja Rajendra Cola Idalam penyerbuannya ke Sriwijaya memunculkan dugaan kerajaan ini adalah salah satu anggota mandala Sriwijaya. Penghasil Kamper Menurut Lisda Meyanti, peneliti Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, kemungkinan pada masa lampau Padang Lawas lebih subur dibandingkan sekarang. Karenanya Kerajaan Panai sangat kaya akan hasil hutan, khususnya kapur barus dan ternak. Belum lagi hasil perut buminya seperti emas. "Hanya masyarakat yang kaya dan makmurlah yang mampu membangun candi," tulis Lisda dalam "Prasasti Panai: Kajian Ulang Tentang Lokasi Kerajaan Paṇai" termuat di Jurnal AMERTA . Dalam catatan perjalanan berbahasa Armenia,  Nama Kota-Kota India dan Kawasan Pinggiran Persia,  Pane disebut sebagai nama pelabuhan di mana banyak kamper bermutu. Keram menjelaskan kamper bersumber dari dua pelabuhan, yaitu Barus yang ditulis Pant’chour  di pantai barat, dan P’anes atau P’anis  yaitu Pa n ai di pantai timur. Kedua pelabuhan itu saling membelakangi. Letaknya satugaris, memisahkan sumbu Sumatra secara tegak lurus. Daerah yang paling kaya dengan kamper terletak di antara keduanya, di Bukit Barisan. Menurut Keram untuk mengekspor kamper dalam jumlah besar pada abad ke-12, Panai mesti berhubungan dengan daerah-daerah yang terletak di perbatasan bagian hulu Sungai Barumun, di Padang Lawas. Sungai ini mengalir ke utara hingga ke pantai timur Sumatra dan bermuara di Selat Malaka. Namun, sewaktu Melaka dan Aceh berkembang pada abad ke-16, navigator Arab Sulayman al-Mahrimengenal sebuah pelabuhan saja untuk kamper di seluruh Pulau Sumatra, yaitu Fansur. Ia tidak mencatat Panai atau apapun yang bernama mirip. Sementara Tome Pires , pejelajah asal Portugis, malah meletakkan Kerajaan Arcat sebagai bawahan Aru di daerah yang diduga bernama Pa n ai pada zaman sebelumnya. Dalam Suma Oriental, dia menulis Aru sebagai penyedia sejen i s kamper yang kualitasnya lumayan. Sebagian dari barang dagangan itu beredar di Minangkabau sedangkan sebagian lainnya dibawa ke Panchur seperti zaman dahulu. Kerajaan di tanah Batak itu pun seakan sepenuhnya terlupakan. Catatan mengenainya belum lagi ditemukan. Namun nama Panai masih tersisa dalam berbagai bentuk. Ia menjadi sungai, distrik, dewa kuno orang Batak, dan nama marga di Batak. Sungai Batang Pane ada di utara sebagai anak Sungai Barumun, dan bermuara di Selat Malaka. Sepanjang sungai inilah berdiri kompleks percandian Padang Lawas.  Lalu ada Kecamatan Pane di Simalungun, timur Danau Toba. Rumbi mencatat bahwa menurut legenda, raja di wilayah itu bersatu dengan roh suci yang disebut parpanean. Setiap akan membuat keputusan penting sang raja selalu berkonsultasi dengan si roh. Dia pun menjadi raja yang sukses dan menamai daerahnya “Pane” untuk menghormati sekutu rohnya. Mitologi Batak juga mengenal Pane na Bolon  sebagaidewa yang menguasai dunia tengah, tempat manusia tinggal.Adapun marga Pane termasuk kelompok Suku Batak Angkola di Tapanuli Selatan. Namun, Keram masih ragu: "tidak tentu apakah semua tempat ini berkaitan dengan sebuah kerajaan yang dulu bernama Panai ."

  • Budak Hindia di Negeri Belanda

    ORANG Belanda yang tinggal dan bekerja di Hindia memiliki cara tersendiri untuk memamerkan kekayaannya. Selain dari besarnya tanah dan megahnya rumah, jumlah budak juga menjadi parameter kekuatan ekonomi mereka. Semakin banyak budak, maka status yang dimilikinya pun dianggap tinggi. Hal itulah yang membuat perdagangan budak di kota-kota besar masih sering dijumpai hingga abad ke-18. Sebagian dari orang-orang Belanda itu ternyata sudah begitu tergantung dengan keberadaan para budak. Ketika mereka kembali ke negeri Belanda kebiasaan tersebut tidak begitu saja bisa dihilangkan. Sehingga banyak dari mereka yang membawa serta budak peliharaannya. Ada yang hanya membawa satu, namun tidak sedikit yang membawa lebih. Namun kehadiran para budak dari Hindia itu tidak diterima oleh pemerintah dan masyarakat Belanda. Dalam tulisannya, “Utusan, Budak, Seorang Pelukis, dan Beberapa Siswa” dimuat Di Negeri Para Penjajah: Orang Indonesia di Negeri Belanda 1600-1950 , C. van Dijk menyebut banyak budak yang ditinggalkan begitu saja oleh majikannya setelah tinggal sebentar di Belanda. “Dalam banyak hal, Belanda telah terpengaruh oleh kebiasaan-kebiasaan yang ada, yang dulunya telah dilakukan oleh kaum bangsawan dan orang Portugis. Tidak hanya dalam penggunaan budak dalam kehidupan kota, tetapi juga dalam hal perdagangan budak,” tulis Anwar Thosibo dalam Historiografi Perbudakan: Sejarah Perbudakan di Sulawesi Selatan abad XIX . Kelakuan para pedagang itulah yang membuat pemerintah Belanda jengkel. Mereka pun akhirnya enggan memberi izin para pedagang dari Hindia untuk membawa dan memelihara budak di negerinya. Peraturan Pada Budak Pada September 1636, pejabat VOC mengeluarkan peraturan yang melarang para pedagang membawa budak dari Hindia. Jika melanggar, budak-budak itu akan disita untuk kemudian dipulangkan ke tanah airnya. “Jumlah budak itu agaknya tidak banyak, tapi cukup menimbulkan kesulitan bagi VOC di Negeri Belanda, terutama ketika VOC terancam harus menanggung perawatan budak-budak yang ditinggalkan oleh pemiliknya,” terang van Dijk. Peraturan itu ternyata tidak mampu mengikat orang-orang Belanda untuk tidak membawa budak dari Hindia. Mereka bahkan melayangkan protes. Akhirnya VOC mengganti peraturannya menjadi pembatasan jumlah budak yang bisa dibawa. Para pelanggarnya pun tidak hanya dihukum penyitaan tetapi pemotongan gaji selama tiga bulan. Meski peraturan telah diubah dan hukumannya diperberat, pelanggaran terus saja terjadi. Agaknya para pedagang itu lebih melihat keuntungan dari penyelundupan budak-budak ini ketimbang beratnya hukuman yang akan mereka terima. “Orang yang mengetahui terjadinya pelanggaran, tetapi tidak melaporkannya juga diancam hukuman,” ucap van Dijk. Pemerintah pun terus berusaha menghentikan gelombang kedatangan para budak ini. Sejak 1644 sampai 1657 peraturan demi peraturan silih berganti diterapkan, dengan hukuman yang terus diperberat. Tahun 1657, hukuman yang diterima para penyelundup adalah denda uang sebanyak 1.000 gulden. Sementara jika yang melakukan pelanggaran itu pegawai VOC maka mereka tidak akan mendapatkan kompensasi uang perjalanan ke Hindia, yang saat itu bisa menghabiskan ribuan gulden. Disertasi berjudul The Personnel of the Dutch East India Company in Asia in the Eighteenth Century karya Frank Lequin, menyebut jika kegiatan membawa budak ke Negeri Belanda bukanlah sebuah hal baru, tetapi telah menjadi kebiasaan yang aneh. Lebih lanjut Lequin menerangkan, dari sekian banyak budak Hindia yang tinggal di Belanda, umumnya meminta untuk dikembalikan ke tanah airnya. “Setiap hari pejabat VOC menerima banyak kunjungan. Mereka sangat direpotkan dengan permintaan budak laki-laki dan perempuan yang minta dipulangkan”. Tetapi tidak banyak permintaan yang dikabulkan, namun bukan berarti ditolak. Pejabat VOC memperhitungkan kemungkinan terburuk jika para budak terus tinggal di Belanda, namun mereka juga enggan kalau harus mengeluarkan uang untuk para budak yang mereka pandang rendah itu. Akhirnya dibuatlah sebuah peraturan yang tidak membebankan pemerintah pada 1657. Jika orang Belanda di Hindia ingin membawa budak, mereka harus mengeluarkan sejumlah uang ketika masih berada di Batavia. Uang itu nantinya akan disimpan oleh pemerintah Belanda, dan digunakan saat para budak meminta pulang atau dipulangkan oleh majikannya. Pada 1700, VOC menetapkan jumlah budak yang boleh dibawa, yakni 2 orang. Sementara untuk uang perjalanan pulang masih dalam aturan sama, harus dibayar sebelum sampai di Negeri Belanda. Pada 1743, peraturannya sedikit diubah. Jumlah maksimal budak yang boleh dibawa disesuaikan dengan kedudukannya. Misal pejabat tinggi VOC boleh membawa maksimal 5 orang. Sedangkan pejabat rendah hanya boleh 2 orang saja. Kondisi Para Budak Tidak banyak yang mengetahui bagaimana para budak diperlakukan oleh majikannya. Namun dari begitu banyaknya budak yang meminta pulang, pejabat VOC menduga mereka tidak mendapat penghidupan yang layak dari tuannya. Walau begitu tidak semua budak mengalami pengalaman yang sama. Seperti Eva misalnya, budak perempuan yang dahulu dibeli oleh pejabat Belanda, Catharina Vonck. Sebelum sang majikan meninggal dunia, Eva diberi warisan berupa uang sebesar 600 gulden untuk biaya hidup dan pulang ke negaranya. Bahkan tidak hanya Eva, putranya pun mendapat 300 gulden dari Catharina. “Sesudah dibebaskan, kadang-kadang budak terabaikan. Tapi kadang-kadang pula bekas pemilik budak mengambil langkah-langkah agar budak yang sudah dibebaskan itu tetap terjamin secara material,” tulis van Dijk. Para budak yang sudah dibeli akan diberi nama baru oleh majikannya. Karena tidak ingin bersusah-susah, biasanya mereka dinamai sesuai dengan tempat kelahiran atau tempat mereka dibeli. Seperti “Eva van de Coromandel”, berarti seorang budak bernama Eva yang dibeli di Koromandel. Namun ada juga yang hanya terdiri dari satu kata, misal “Coridon”, “Claes”, dan “Aaltje”. “Dalam perdagangan tampaknya budak Hindia dianggap sebagai benda mati yang disamakan dengan barang seperti mebel dan rumah,” kata van Dijk.

  • Teuku Hasan Yang Terpaksa Jadi Gubernur

    BILAMANA musim pemilihan kepala daerah (Pilkada) bersemi, para politisi berbondong mencalonkan diri. Entah itu jadi gubernur atau bupati. Cara yang ditempuh guna menarik pemilih pun beragam. Mulai dari kampanye obral janji hingga menggelontorkan uang untuk meraup suara. Praktik demikian berbeda halnya pada masa awal kemerdekaan. Gubernur pertama Sumatera terpilih secara musyawarah. Bermula dari pembicaraan antara dr. Mohammad Amir dan Mr. Mohammad Hasan. Keduanya adalah anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang sama-sama mewakili Sumatera. Amir berasal dari Minangkabau sedangkan Hasan berasal dari Aceh. Namun keduanya lebih dikenal sebagai orang terkemuka dari kota Medan. Amir dikenal sebagai dokter pribadi Sultan Langkat. Sementara Hasan merupakan pegawai pemerintahan di masa kolonial Belanda dan pendudukan Jepang. Pada 18 Agustus 1945, sidang PPKI menetapkan dasar negara serta memilih Sukarno-Hatta sebagai presiden dan wakilnya. Malam harinya, Amir dan Hasan berbincang di kamar Hasan di Hotel des Indes, Jakarta. Amir mengatakan bahwa dia duduk sebagai anggota panitia kecil yang akan memberikan pertimbangan kepada Presiden Sukarno tentang beberapa hal. Salah satu bahasan yang akan diajukan kepada Sukarno adalah siapa yang akan menjadi Gubernur Sumatera. Hasan menyambutnya dengan menyebut Amir sebagai calon yang pantas sebagai gubernur. Alasannya, Amir adalah seorang intelektual yang pernah membukukan pemikirannya dalam karangan bertajuk Bunga Rampai (1940). Amir menolak karena merasa  dirinya hanya seorang psikiater dan tidak memahami apa-apa soal pemerintahan. “Lalu saya menyebut Saudara Mr. Abdul Abbas, anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia dari Sumatera sebagai calon Gubernur Sumatera,” kata Hasan dalam memoarnya Mr. Teuku Hasan dari Aceh ke Pemersatu Bangsa . Amir tidak setuju dengan Abbas. Menurutnya Abbas yang seorang advokat itu kurang mengetahui soal pemerintahan. Hasan kembali mengusulkan agar dipilih dari kalangan demang (kepala distrik) Sumatera yang berpengalaman. Dia menyebutkan nama Mangaradja Soangkupon yang pernah menjadi anggota Volksraad dan juga beberapa nama demang lainnya. Amir masih belum setuju. “Demang baru itu berpendidikan menengah, belum berpendidikan tinggi, bukan sarjana,” kata Amir. Menurut Amir calon Gubernur Sumatera harusnya berpendidikan tinggi, sarjana, dan berpengalaman dalam pemerintahan. Amir lantas menjatuhkan pilihannya kepada Hasan. Pertimbangannya, Hasan pernah telah bekerja pada kantor “Gouvernor van Sumatera (Kegubernuran Sumatera)” pada masa Hindia Belanda. Pengalaman itu seyogianya dapat membantu dalam menjalankan pemerintahan di Sumatera. Akhirnya, Amir menanyakan kesediaan Hasan menjalankan tugas sebagai pejabat sipil tertinggi di Sumatera. “Jika sekiranya saya diangkat menjadi Gubernur, terpaksa menerima jabatan ini untuk melaksanakan urusan kemerdekaan tanah air, meskipun belum pernah memegang jabatan itu,” ujar Hasan menjawab panggilan tugas. Selesai pembicaraan, Amir kembali ke kamarnya. Keesokan harinya, setelah wilayah Indonesia ditetapkan, penunjukkan Hasan sebagai Gubernur Sumatera disetujui Presiden Sukarno. Hasan menjadi satu dari delapan gubernur pertama Indonesia yang memimpin di daerah-daerah. Mereka antara lain: Soetardjo (Jawa Barat), Soeroso (Jawa Tengah), Soerjo (Jawa Timur), Pangeran M. Noor (Kalimantan), Samuel Ratulangi (Sulawesi), I Gusti Ktut Pudja (Sunda Kecil), dan Johannes Latuharhary (Maluku). “Hasan menerima ajuan itu semata-mata karena cita-citanya demi mengabdi kepada Indonesia merdeka,” tulis Raisa Kamila dalam Gubernur Pertama di Indonesia . Ketika diangkat pada 22 Agustus 1945, sebutan untuk jabatan Hasan adalah pemimpin besar untuk seluruh Sumatera. Dengan adanya pengakuan pemerintah, Dwi Purwoko dalam biografi Dr. Mr. T.H. Moehammad Hasan: Salah Seorang Pendiri Republik Indonesia dan Pemimpin Bangsa menyebut Hasan berkuasa penuh untuk melaksanakan segala keputusan PPKI di wilayah yang dipimpinnya. Setelah itu, Hasan leluasa bergerak ke seluruh penjuru Sumatera menyatakan kemerdekaan dan seruan untuk berpihak kepada Republik. Beberapa kota yang dikunjunginya antara lain: Jambi, Bukit Tinggi, Tarutung, Medan, dan Pematang Siantar. Baru pada 29 September 1945, Hasan resmi menjadi Gubernur Sumatera setelah mendapat persetujuan Komite Nasional Indonesia (KNI) Sumatera. Amir sendiri, yang mengajukan Hasan sebagai Gubernur Sumatera, pada Desember 1945 ditunjuk mendampingi Hasan sebagai wakil gubernur. Inilah awal dua sekawan tersebut bergerak secara resmi mempersatukan rakyat Sumatera untuk mempertahankan proklamasi kemerdekaan RI.

  • Sirkuit Jalanan Lintas Zaman

    EUFORIA bercampur rasa penasaran begitu terasa di hati begitu satu per satu mobil Formula One (F1) menampakkan diri di depan mata saya, yang duduk di tribun Nicoll Highway, menjelang start Grand Prix Singapura 2014. Itu kali pertama saya menyaksikan langsung balapan F1, 21 September 2014. Perasaan itu masih bertahan di lap - lap awal. Para pembalap masih sengit saling beradu skill di balik kemudi mobil masing-masing. Tapi beberapa lap kemudian, utamanya saat jarak masing-masing mobil melebar, kantuk mulai menyerang mata. Rasa kantuk itu baru buyar kala pembalap tim Sauber Adrian Sutil bertabrakan dengan pembalap tim Force India Sergio Pérez, tepat di depan mata. Para penonton lain di tribun tak kalah kaget. Selain jadi debut menyaksikan balapan F1 secara langsung, itu juga jadi momen pertama saya merasakan atmosfer balapan malam di Marina Bay Circuit. Arena balap ini merupakan sirkuit jalanan yang disediakan pemerintah Singapura untuk masuk kalender F1 sejak 2008. “Anda harus punya dukungan penuh dari pemerintah. Kalau pemerintah tidak aktif bergerak, akan sulit bisa membawa F1 ke Indonesia,” kata Fiona Smith, asisten Direktur Media dan Komunikasi GP Singapore PTE. Ltd,kala berbincang di executive box Sirkuit Marina Bay pada malam sebelum race. Kendati mesti bermodal besar, kata Fiona, ajang F1 jadi investasi menguntungkan buat perekonomian negerinya. “GP Singapura sangat berperan besar secara signifikan untuk meningkatkan pelancong (mancanegara, red ) datang ke sini. Begitupun dengan perekonomian negara. Contoh singkat, hotel-hotel di sini hampir semua pasti penuh ketika F1 dan mereka tentu pasang harga dua atau tiga kali lipat dari biasanya,” sambungnya. Indonesia sedianya pernah ingin menggelar F1 dengan mem bangun Sirkuit Sentul pa da 1990-an , namun batal. B elakangan , upaya mengikuti jejak Singapura mencuat. Mengutip Kumparan , 14 Juli 2019, Pemprov DKI Jakarta siap membawa ajang balap mobil Formula ke ibukota. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kanan) saat mengunjungi race Formula E di New York (Foto: Twitter @aniesbaswedan) Bukan F1 memang yang akan dibawa ke ibukota, melainkan Formula E aliasajang balapan mobilbertenaga listrik internasional. Gubernur DKI Anies Baswedan menyatakan, pihaknya sudah bernegosiasi dengan FIA selaku badan yang menaungi ajang-ajang balapan dunia. Perwakilan Formula E juga sudah datang untuk mengecek area-area yang akan disiapkan untuk jadi sirkuit jalanan pada 8-9 Juli 2019. Dua rute yang disiapkan yakni di seputaran tenggara Silang Monas dan Jalan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat. Kendati begitu, dilansir Motorsport edisi 14 Juli 2019, FIA Formula E menyatakan bahwa pihaknya masih dalam tahap pembicaraan serius. Pun begitu mereka belum bisa menyampaikan pengumuman resminya. Sirkuit Jalanan Tertua Jika Formula E jadi dihelat, Indonesia bakal mengikuti atau bahkan menyaingi Singapura sebagai satu-satunya pemilik sirkuit jalanan dan balapan malam di Asia. Sirkuit jalanan merupakan pengalihfungsian sementara waktu jalur lalu lintas untuk arena balapan. Lazimnya, sirkuit jalanan berada di kota-kota metropolitan. Alasannya, untuk mendongkrak turisme. S irkuit jalanan tertua yang masih digunakan untuk balapan jet darat adalah Circuit de Monaco yang berad a di Monako, negeri seluas 202 hektar di selatan Prancis yang benderanya sama dengan Indonesia . Esksistensi balap jalanan sendiri dimulai pada akhir abad ke-20. Umumnya, trek balap jalanan itu antarkota. Paris-Amsterdam-Paris Race yang diadakan Automobile Club de France (ACF) pada 1898, contohnya. Ada pula Eifelrennen, yang dihelat sejak 1922,dengan treknya membentang dari kota Nideggen-Wollersheim-Vlatten-Heimbach-Hasenfeld di Pegunungan Eifel, Jerman. Namun, balapan di jalanan itu belum tergolong balap di sirkuit jalanan. Jika menyebut sirkuit jalanan resmi pertama, Circuit de Monaco-lah tempatnya. Arenanya yang membentang sepanjang 3,145 kilometerdi areal metropolitan Monte Carlo, menurut Malcolm Folley dalam bukunya Monaco: Inside F1’s Greatest Race , memang dipersiapkan oleh Automobile Club de Monaco (ACM). “Gagasannya muncul dari Antony Noghès yang ingin mengadakan balapan di jalanan Monaco, di mana jalannya masih berupa jalanan batu. Di beberapa seksi jalannya juga masih beriringan dengan rel trem. Ide itu dimunculkannya saat rapat umum luar biasa, seiring pergantian nama dari Sport Automobile Vélocipédique de Monaco (SAVM) menjadi Automobile Club de Monaco, 29 Maret 1925.” Antony Noghès merupakan putra dari bos rokok Alexandre Noghès. Antony sejak 1925 menggantikan ayahnya sebagai presiden ACM. Disokong bantuan Pangeran Monaco, Louis II, Noghès memprakarsa Grand Prix Monaco pertama pada 14 April 1929. Hanya 16 pembalap undangan yang berkompetisi di balapan untuk memperebutkan hadiah 100 ribu franc itu. Dari 100 lap , pembalap tim Bugatti T35B asal Inggris William Grover-Williams jadi pemenangnya. Gelaran balap di Circuit de Monaco pada 1929 (Foto: Repro Monaco: Inside F1's Greatest Race) Dari penggunaan awalnya tahun 1929 sampai 2019, treknya hanya mengalami perubahan panjang trek sekira 200 meter. Kendati begitu, Sirkuit Monako begitu ikonik lantaran punya ketinggian berbeda-beda dan treknya sempit dengan sejumlah belokan tajam dan berbahaya. “Ibarat naik sepeda di ruang keluarga,” ujar eks pembalap F1 Nelson Piquet kepada Motorsport , 24 Mei 2011. Jika tak benar-benar mahir , siap-siap didatangi insiden. Dari sejumlah kecelakaan,  ada empat pembalap yang mesti tutup karier dan usia di sirkuit itu. Se telah y a ng pertama Norman Linnecar pada 1948, ada Luigi Fagioli pada 1952, Dennis Taylor pada 1962 , dan Lorenzo Bandini pada 1967. Kendati disebut sirkuit yang menakutkan, Monaco tetap dianggap sebagai sirkuit terbaik oleh pembalap F1 Lewis Hamilton. “Seperti naik rollercoaster yang paling menakutkan. Memang menakutkan tapi karakter treknya keren dan membuat Anda merasakan semua emosi menjadi satu,” ujarnya, dikutip The Telegraph , 23 Mei 2014.

  • Kala Black Death Hampir Memusnahkan Eropa

    BAGI anak muda kini, penyakit pes terdengar asing. Padahal, penyakit itu pernah mematikan di awal abad ke-20, terutama di Jawa. Jauh sebelum pes menyerang Jawa, penyakit ini jadi ancaman di Eropa. Orang-orang menyebutnya dengan The Black Death. Nama yang merupakan terjemahan dari bahasa Latin atra mortem ini muncul dari gejala yang dialami penderita. Kulit mereka menghitam, biasanya di bagian jari tangan, jari kaki, atau ujung hidung. Kehitaman itu muncul akibat adanya jaringan yang mati. Ketika mewabah pada abad ke-14, Black Death membunuh 50 juta orang. Dengan kata lain, mengurangi 60 persen populasi Eropa. Pes disebabkan oleh bakteri yersinia pestis yang terdapat dalam kutu tikus, khususnya tikus hitam yang suka tinggal di dekat manusia. Sebagian kalangan berpendapat bahwa pes di Eropa terbawa masuk lewat perdagangan di jalur sutra. Pendapat ini dibantah sejarawan Norwegia Ole Jorgen Benedictow dalam bukunya The Black Death, 1346-1353. Menurutnya, pes tidak masuk lewat Tiongkok namun muncul dari dekat Laut Kaspia, selatan Rusia (kini masuk wilayah Ukraina), pada musim semi 1346. Pes kemudian menyebar ke barat lewat migrasi tikus-tikus coklat Rusia yang punya daya tahan tubuh lebih kuat dibanding tikus hitam. Namun, kutu-kutu di tikus kemudian juga menghinggapi tikus hitam di tempat migrasinya. Tikus yang terkena pes umumnya bertahan sepuluh sampai empat belas hari, lalu mati. Kematian massal tikus membuat gerombolan kutu bingung mencari tempat hinggap. Setelah tiga hari puasa, kutu-kutu kelaparan itu pun bersarang di tubuh manusia sebagai pengganti tikus. Persebaran pes juga terjadi lewat kapal dagang Italia. Tikus-tikus berkutu ikut naik kapal, menyusup di antara karung dan keranjang barang. Dalam perjalanan laut itu, banyak tikus terinfeksi pes yang mati. Namun, kutu-kutu tetap bertahan hidup. Para kutu lalu mencari tikus baru begitu mendarat. Kutu tikus punya daya tahan hidup lebih tinggi dibanding kutu rambut. Mereka mampu beradaptasi di sarang barunya. Mulanya, kutu tikus akan menempel di baju, lalu menular dari satu orang ke orang lain. Kapal-kapal dagang Italia itu mengangkut banyak muatan dari beberapa kota, seperti Venice, Genoa, London, dan Bruges. Di London dan Bruges, perdagangan Italia terhubung dengan Jerman dan Norwegia. Dari jalur perdagangan inilah pes menyebar ke segala penjuru Eropa. Di Inggris, wabah pes meluas sampai ke daerah selatan London, kemudian berlanjut hingga ke Eropa Utara. Pes sampai di Oslo pada musim gugur 1348 lewat kapal dagang Inggris yang berlayar ke arah  timur dan tenggara. Black Death di Norwegia masuk lebih cepat dibanding ke Jerman dan Belanda. Namun, lantaran tersebar melalui kutu tikus, pes di Eropa hanya muncul ketika suhu menghangat  dan menghilang ketika musim salju. Di Norwegia misalnya, sepanjang 1349 hingga 1654 tidak pernah ada wabah pes ketika musim dingin. Biasanya, epidemi merebak lagi begitu musim semi. Tingginya angka kematian akibat pes amat mengagetkan di Eropa. Mereka menganggap Black Death adalah kutukan Tuhan yang menimpa para pendosa. “Tapi ketika ada seorang beriman yang mati terkena black death, orang-orang jadi yakin kalau penyakit ini bukan dari kutukan Tuhan tapi dari udara busuk,” kata Dosen IAIN Surakarta Martina Safitry, yang pernah meneliti penyakit pes untuk tesisnya, kepada Historia . Kendati memakan banyak korban jiwa, banyak orang berhasil bertahan dari wabah pes. Mereka yang bertahan ini membentuk imun tubuh yang kuat sehingga lebih sulit terjangkiti. Kondisi ini bertahan cukup lama. Profesor WJ Simpson dalam A Treatise On Plague menjelaskan bahwa di Eropa Barat selama abad ke-18 dan 19 wabah pes sudah menurun, bahkan jarang.   Epidemi ini tercatat baik dalam sejarah kesehatan Eropa dan menigggalkan trauma mendalam. Alhasil, ketika pes masuk ke Jawa pada 1910, orang-orang Belanda panik. Kebijakan yang sangat intensif pun dibuat untuk menanganinya. “Walaupun kita sebelumnya pernah terserang penyakit cacar, tapi cara-cara penanganannya tidak segencar penyakit pes yang tidak hanya lewat pemberian vaksin tapi juga isolasi dan bumi hangus desa,” kata Martina.

  • Balada Meriam Hasan

    MEMASUKI tahun 1947, serbuan tentara Belanda makin menggila di Medan Area. Hampir setiap hari pesawat pemburu mereka mondar-mandir keliling kota Medan. Tembakan dari udara menghujani kubu-kubu pasukan Republik, khususnya yang berada di front barat. Di sini, banyak orang-orang Aceh yang tergabung dalam Resimen Istimewa Medan Area (RIMA) . “Pada tanggal 5 Januari 1947, mereka membom serta menghujani Sungai Semayam dengan tembakan dan serangan-serangan dari udara. Serangan udara Belanda datang secara bertubi-tubi tanpa mengenal ampun,” ujar Nukum Sanany kepada penulis B. Wiwoho dalam Pasukan Meriam Nukum Sanany . Serangan udara Belanda mengakibatkan korban berjatuhan. Dua orang luka-luka berlumuran darah dan seorang lainnya tewas. Prajurit yang gugur itu bernama Kopral Suparman yang berasal dari Batalion IX. Kapten Nukum Sanany, komandan pasukan meriam RIMA memutuskan memindahkan basis pertahanan dari Sungai Semayam ke Kampung Lalang. Untuk menghindari serangan udara musuh, kubu pertahanan diperkuat dengan membuat parit-parit dan benteng. Pada saat-saat demikian, terjadilah suatu lelucon di tengah perang. Seorang prajurit bernama Hasan Cumbok bikin ulah. Pangkatnya sersan satu dan bertugas sebagai komandan meriam ukuran pucuk 13 ponder. Sebagaimana dicatat Amran Zamzami dalam Jihad Akbar di Medan Area , sebelum bergabung dengan pasukan meriam, Hasan pernah menjadi pasukan Heiho di zaman Jepang.  Prajurit Aceh asal Pidie ini berpendidikan rendah namun wataknya keras nan berani. Sekali waktu Hasan Cumbok nekat membawa meriam ukuran 18 ponder kaliber 7,5 ke Sungai Sikambing.  Tanpa instruksi komandannya, Hasan langsung melepaskan sebanyak dua kali dengan jarak maksimal. Hasan menargetkan markas tentara Belanda akan hancur lebur kena hantam meriamnya. Menurut Nukum Sanany, Hasan belum begitu lama mengikuti latihan menembak meriam sehingga kurang menguasai sepenuhnya teknik pengoperasiannya. Dalam aksi solonya itu, Hasan mengabaikan berbagai hal, mulai dari cara bidik, mengukur jarak tembak, elevasi, dan koordinat tembakan. Tidak ayal, tembakannya melampaui sasaran. Alih-alih mengenai tentara Belanda, tembakan Hasan malah nyasar ke kawan sendiri. Peluru-peluru meriam jatuh di kota Matsum dan Tembung. Dua kawasan ini merupakan kubu pertahanan Republik yang berada di front Medan Timur. “Sebagai Komandan, bukan alang kepalang marah saya menyaksikan kelancangannya. Namun demikian saya berusaha menahan sabar seraya memaklumi kegelisahan anak-anak anggota pasukan yang belum terlatih betul,” kenang Nukum Sanany. Laporan dari komandan seksi Hasan menyebutkan bahwa Hasan ingin membalas dendam karena menyaksikan rekan-rekannya diterjang peluru pesawat pemburu Belanda. Dia tidak peduli perintah komandan, tidak peduli koordinasi, tak peduli strategi dan taktik. Emosinya yang meluap menyingkirkan akal sehat.  “Yang penting hutang nyawa dibayar nyawa, hutang darah dibayar darah. Kalau lawan bertolak pinggang kita pun harus melakukan hal yang sama,” kata Amran Zamzami sang komandan seksi. Pada 8 Januari 1947, persiapan parit-parit dan kubu pertahanan pasukan meriam di Kampung Lalang rampung. Namun kisah Hasan dan meriamnya tetap menjadi pembicaraan yang menggelikan di kalangan pasukan meriam.  Di kemudian hari, apa yang dilakukan Hasan Cumbok ini menjadi bahan tertawaan dan ejekan terhadap Pasukan Artileri RIMA.

  • Frank Lampard Legenda Bermental Baja

    TRIBUN Stadion Stamford Bridge lengang. Tiada keriuhan fans seperti biasa ketika Chelsea menjamu lawan-lawannya. Hanya beberapawartawan foto dan staf klub yang terlihat pada Sabtu, 6 Juli 2019, itu. Begitulah suasana kemunculan kembali Fran Frank Lampard ke markas klub yang pernah dibelanya selama 13 tahun itu.Lampard kembali muncul ke publik untuk diperkenalkan sebagai pelatih anyar Chelsea FC dengan durasi kontrak tiga tahun ke depan. Dia menggantikan Maurizio Sarri yang di depak di akhir musim lalu. Sepanjang kariernya sebagai pemain (2001-2014),Lampardmenjadi anak emas kesayangan fans dan tim, mengungguli pemain senior lainsemisal John Terry. Lampard juga jadi orang Inggris pertama yang menukangi The Blues , julukan Chelsea, sejak dua dekade silam. Tapi, apakah penunjukannya tepat?Fans Chelsea sendiri terbelah. Sebagian sangat suportif, lainnya pesimis bahwa penunjukannya hanya akan jadi “euforia” sementarasebagaimana comeback Ole Gunnar Solskjær ke Manchester United dari pemain menjadi pelatih, musim lalu. Biar waktu yang menjawab nanti. “Pemilihan Lampard menurut saya pilihan menarik. Sebagai pelatih dia masih muda. Memiliki history yang kental dengan Chelsea. Tapi Lampard harus lebih kerja keras untuk Chelsea, khususnya pada pemain karena tim ini berbeda situasinya. Tugasnya lebih sulit untuk menemukan pola permainan yang kini tanpa (eks-bintang yang dibeli Real Madrid, Eden) Hazard,” tutur Irfan Sudrajat, Wakil Pemred TopSkor , kepada Historia . Pengalaman Lampard sebagai pelatih profesional memang masih minim.Portfolionya baru terisi pengalaman melatih klub Derby County, yang tidak diselesaikan penuh dari kontraknya selama tiga tahun. Ia gagal membawa The Rams promosi dari kasta Champions League ke Premier League. “Saya masih ragu musim depan Chelsea bisa sukses. Untuk bisa ke posisi empat lagi pun mungkin butuh perjuangan keras. Manajemen Chelsea harus mendukung penuh. Setidaknya baru bisa dilihat dari dua musim ke depan. Bagi Lampard, ini peluang bagus dan soal tekanan, saya nilai dia sudah bisa mengatasinya dari pengalaman di Derby. Kiranya perlu dua musim juga untuk Lampard membangun Chelsea dengan situasi ini,” sambung Irfan. Tekanan bukan hal asing bagi Lampard.Kariernya yang berujung pada gelar “anak emas” dirintisnya sejak 1995 dengan modal kegigihan melewati tekanan demi tekanan. Mental yang Ditempa Sejak Belia Frank James Lampard dilahirkan di Romford, kota kecil di timur laut London, pada 20 Juni 1978 dari pasangan Frank Richard George Lampard dan Patricia Harris.Sejak bayi, ia sudah dikenalkan dengan bola oleh ayahnya yang juga eks pesepakbola West Ham United dan timnas Inggris seangkatan Bobby Moore. Lampard kecil tak pernah merasakan hidup susah sebagaimana pesepakbola legendaris lain. Hidupnya berkecukupan secara materi lantaran sang ayah sukses berbisnis properti usai pensiun dari sepakbola. Kendati amat menyukai sepakbola, olahraga itu bukan pilihan pertama Lampard ketika memutuskan merintis karier. Lampard lebih dulu menjajal kriket. Jurnalis senior Inggris Douglas Thompson dalam FrankLampard: The Biography mengungkap, saat Lampard sekolah di Brentwood School, banyak guru dan pelatihnya membicarakan potensinya jadi atlet kriket profesional. Lampard diprediksi mungkin bisa jadi pemain nasional Inggris. Ayah dan anak: Frank Lampard Jr. & Frank Lampard Sr. (Foto: Repro Frank Lampard: The Biography) Pada akhirnya, Lampard lebih memilih sepakbola karena “paksaan” ayahnya. Baginya sepakbola bukan lagi opsi, melainkan jalan hidup yang disiapkan sang ayah. Tiada yang lebih diinginkan Frank Sr. terhadap putranya selain mengikuti jejaknya. Maklum, Lampard merupakan anak laki-laki pertama.Kedua kakaknya perempuan. Lampard setengah terpaksa merintis nama sejalur dengan ayahnya , dengan bergabung ke dalam Youth Training Scheme (YTS), sekolah sepakbola di bawah naungan West Ham United , klub tempat ayahnya mengabdi sejak 1967-1985 , pada 1 Agustus 1992. “Saya hampir bergabung ke Spurs (Tottenham Hotspur, red . ) atau Arsenal. Tapi pada akhirnya saya memilih West Ham. Klub yang sejak kecil saya dukung,” u jar Frank Jr. Terus berkembangnya permainan Lampard membuatnya terpilih masuk tim muda West Ham dua tahun berselang. Pada 1995, Lampard teken kontrak profesional pertamanya kendati dirinya lantas dipinjamkan ke klub Swansea City selama semusim. Namun, memiliki ayah populer di dunia sepakbola justru menambah berat langkah Lampard dalam membangun karier profesionalnya. Tekanan psikis yang diterimanya tak ringan seiring bermunculannya nada-nada sumbang. Paling kentara adalah isu nepotisme bahwa ia pemain “titipan”. Maklum, pada 1992 itu pamannya, Harry Redknapp,menjadi asisten pelatih tim senior klub. Belum lagi ayahnya, Frank Sr., comeback ke klub sebagai pencari bakat dan pelatih tim akademi. Tekanan mental berat itu pada akhirnya membuat Lampard harus berlatih dan bekerja ekstra demi memberi bukti bahwa ia bukan pemain “titipan”. Hal itu pula yang dipesankan sang ayah kepadanya. “Jawablah dengan permainan sepakbola. Saya bilang padanya, semua pemain pernah menderita, bahkan Bobby Moore pun pernah. Yang terpenting bagaimana mengatasinya,” ujar Frank Sr. memberi nasihat. Rumor nepotisme sejatinya bukan barang baru bagi Lampad . Saat masih bermain untuk tim sekolah pun isu itu sudah m enghinggapinya lantaran Frank Sr. juga ikut melatih tim sekolahnya. Namun, tekanan psikis di level profesional tentu jauh berbeda.Utamanya, saat Lampard kembali dari masa pinjaman dan menjalani debutnya untuk tim senior The Hammers di laga resmi, 31 Januari 1996, pada usia 17 tahun. Kala itu West Ham menjamu Coventry City. Beberapa penonton di tribun Upton Park menyorakinya, yang masuk sebagai pemain pengganti John Moncur. “Saya masih belia saat menjalani laga pertama itu. Sulit di usia saat itu menerima sorakan itu karena belum punya pengalaman. Anda berupaya tak peduli tapi tetap sakit rasanya. Banyak sorakan dan cemoohan yang terdengar dan itu mengecewakan. Sambutan mereka membuat saya ingin pergi dari klub,” kenang Lampard. Namun, kegigihan membuat Lampard bertekad pantang mundur. Hal itu membuatnya jadi pribadi yang lebih kuat. Ia berlatih dua kali lebih keras dari rekan-rekannya. Rio Ferdinand, sahabat yang seangkatan sejak akademi, jadi salah satu sosok penting yang membuat Lampard bisa melalui masa-masa sulit itu. “Dengan Rio Ferdinand menjadi sahabat, sangat membantu putra saya dalam perkembangannya,” kata Frank Sr. Frank Lampard (tengah) semasa meniti karier di West Ham United (Foto: whufc.com) Soal isu nepotisme, sang ayah dan sang paman Harry Redknapp jelas membantah. Dalam bukunya, Harry Redknapp: My Autobiography, Harry mengatakan: “Saya kecewa pada beberapa fans di tribun tertentu yang memberinya kesempatan dan kepercayaan di awal-awal penampilan Frank Jr. Penonton juga mengarahkan cemoohannya pada saya dan Frank Sr. Situasinya juga sama dengan saya dan Jamie. Tapi saya percaya bahwa keputusan saya memainkan Frank Jr. adalah tepat secara profesional.” Butuh waktu hampir dua musim bagi Lampard untuk bisa melalui “siksaan” itu dan mengubahnya jadi pujaan fans. Hingga 2001, total ia tampil dalam 148 laga dengan 24 gol. Bintangnya kian benderang ketika ia kemudian bergabung ke klub elite Chelsea. “Sebelum saya bisa membuktikan diri, publik sangat skeptis. Ragu apakah saya ada di sini karena koneksi keluarga. Yang saya dapatkan hanya tuduhan bahwa saya bisa bermain hanya karena ayah dan paman saya. Sorakan itu hadir baik laga kandang maupun tandang. Sering terdengar komentar, ‘Anda tak sebagus ayah Anda.’‘Untuk mengikat tali sepatu saja Anda belum pantas.’Sakit rasanya dan menumpuk jadi tekanan,” sambung Lampard.

bottom of page