top of page

Hasil pencarian

9580 hasil ditemukan dengan pencarian kosong

  • Turki Tidak Mengakui Negara Islam Bentukan Uighur

    DALAM bab 2 bukunya yang diterbitkan The Chinese University of Hong Kong pada 2013, Gerakan Kemerdekaan Turkestan Timur: 1930an–1940an ( Dong Tujuesitan Duli Yundong: 1930 Niandai zhi 1940 Niandai ), Wang Ke menyimpulkan bubarnya Republik Islam Turkestan Timur (RITT) yang berpusat di Khotan dan Kashgar “lebih tepat bila dikatakan disebabkan oleh perseteruan elite internalnya ketimbang dibilang dipicu oleh gempuran dari pihak musuh.”

  • Europa League Tempo Doeloe

    Pentas pertama UEFA Europa League sejatinya sudah dimulai pada 1955. Namun, pentas kejuaraan itu baru berjalan di bawah naungan UEFA pada 1971-1972. Titik nol kompetisi di bawah Champions League yang baru di- rebranding menjadi Europa League baru dimulai pada 2009. Format baru ini merupakan fusi dengan Intertoto Cup dan Winners Cup. Mengutip majalah Shoot! edisi 4 April 1970, Europa League “tempo doeloe” masih sebatas kompetisi antarkota bernama lengkap International Industries Fairs Inter-Cities Cup atau sohor disebut Inter-Cities Fairs Cup. Kompetisi ini dicetuskan trio Stanley Rous (Inggris), Ottorino Barassi (Italia), dan Ernst Thommen (Swiss). Ketiganya merupakan anggota komite eksekutif FIFA. “Kompetisinya awalnya didesain untuk tim-tim yang mewakili kota-kota di Eropa yang rutin menggelar pekan raya perdagangan dan industri. Kompetisi pertamanya dimulai Juni 1955 namun baru selesai pada Mei 1958,” tulis Matthew Taylor dalam The Association Game: A History of British Football . Turnamennya digelar dalam kurun waktu panjang. Selain berbarengan dengan pekan raya perdagangan, kompetisinya tidak ingin tabrakan dengan jadwal liga di masing-masing negara peserta. Para pemainnya pun cabutan dari klub-klub yang berbasis di masing-masing kota. Di musim pertama, 1955-1958, 12 tim mengikuti turnamen tersebut. Selain  Barcelona XI, ada København XI, Wien XI (kemudian mundur), Birmingham City, London XI, Internazionale, Zagreb XI, Lausanne-Sport, Basel XI, Leipzig XI, Köln XI, dan Frankfurt XI. Barcelona XI jadi jawara perdananya. Di laga kandang-tandang partai puncak, Barcelona XI membungkam London XI dengan agregat 8-2. Hadiahnya berupa trofi “langsing” berbahan perak yang dikenal sebagai Trofi Noël Béard. Namanya diambil dari seorang industrialis Swiss, di mana trofi ini pun dibuat di salah satu pabrik miliknya. Setelah dibanjiri apresiasi dari sana-sini, penyelenggara pun membolehkan tim berbasis klub untuk ikut serta di musim berikutnya, 1958-1960. Itupun dengan syarat bahwa klub itu mesti berasal dari kota penyelenggara pekan raya industri dan perdagangan Eropa. Sayang, umur Inter-Cities Fairs Cup hanya sampai 1971. Barcelona langganan juara Inter-Cities Fairs Cup. (fcbarcelona.com) Era Baru Barcelona selain jadi pemenang pertama juga jadi pemenang terakhirnya setelah di final menang tipis 2-1 atas Leeds United. “Dengan begitu trofinya secara permanen dimiliki Barcelona. Pada 1971 kompetisinya diambil alih UEFA dan di- rebranded menjadi UEFA Cup,” sebut Heinz Duthel dalam FC Barcelona-Barça . Selain perubahan nama dan format, turnamen turut menghadirkan trofi baru nan cantik karya seniman Swiss Alex Walter Diggelmann. Berbahan perak dan beralaskan marmer kuning, trofi itu berdimensi tinggi 67 cm, lebar 33 cm, dan berbobot 15 kg. Pembuatnya, pabrikan trofi GDE Bertoni. Trofi ini diperebutkan secara bergilir oleh 64 peserta yang diambil dari sejumlah liga di Eropa, khususnya yang tak lolos European Cup (kini Champions League). Sistem kompetisinya berupa knock-out kandang-tandang di lima fase sebelum partai puncak. Finalnya pun digelar dua kali. Tottenham Hotspur menjadi klub pertama yang menjuarainya setelah menjungkalkan sesama klub Inggris, Wolverhampton Wanderers, dengan agregat 3-2. Perbaruan format terjadi pada musim 1997-1998 di mana finalnya digelar sekali. Seiring ditambahnya jumlah peserta jadi 145 tim di musim 2004-2005, format turnamen kembali dirombak. Kali ini menyamai Champions League, yakni bermula dari penyisihan grup dan baru beralih ke sistem gugur di babak 32 besar. Michel Platini menyerahkan trofi Europa League di musim pertama rebranding kompetisi pada Mei 2009. (ReproCompetition Book Europa League 2009-2012) Meski sudah rebranding , kompetisi UEFA Cup tetap dicap sebagai turnamen Eropa kasta rendahan. Terlebih ia juga menerima “buangan” peserta peringkat tiga fase grup Champions League yang tak lolos ke babak knock - out . Stigma itulah yang membuat Presiden UEFA Michel Platini kembali merombaknya pada 2009. Selain mengganti namanya menjadi UEFA Europa League, UEFA juga menambah delapan tim peserta. Tujuannya untuk lebih meluaskan hegemoni sepakbola Eropa ke segala penjuru benua, termasuk negara-negara yang selama ini hanya jadi penonton seperti Estonia, Azerbaijan, Makedonia Utara, Malta, atau San Marino. “UEFA percaya bahwa sepakbola Eropa butuh kompetisi klub kedua. Kami percaya upaya ini bukan untuk mendikte pihak manapun. Jadi dengan memberikan dorongan dan memastikan warisan kebanggaan terus hidup, kami merekomendasikan format, organisasi dan nama baru. UEFA Cup tidaklah mati namun terlahir kembali dengan UEFA Europa League, kompetisi yang merangkul perbedaan di Eropa,” ungkap Platini dalam buklet Competition Book 2009-2012: Challengers on a European Adventure yang dirilis UEFA pada 2009. Tetap saja, banyak pihak mengkritik kebijakan UEFA yang dianggap sebagai rebranding tak relevan itu. Turnamennya tetap dianggap kompetisi kasta kedua atau dicap dengan julukan yang lebih konyol: “Liga Malam Jumat”, mengingat tayangannya di Indonesia hadir tiap Jumat dini hari selepas jadwal Champions League di tengah pekan (Rabu dan Kamis dini hari).*

  • Perempuan di Balik Kejayaan Majapahit

    PADA suatu pagi, sang prabu tengah berada di balairung sari menerima para menteri, arya, dan pemuka negara yang datang menghadap.  “Sri Paduka yang mulia! Ada suatu kewajiban kenegaraan yang tidak boleh diabaikan sehingga harus dibicarakan sekarang,” ujar Gajah Mada tiba-tiba.  Berdasarkan perhitungan, lanjut Gajah Mada, hari peringatan dua belas tahun meninggalnya Rajapatni jatuh pada bulan Badra tahun itu. Ibu suri Tribhuwana Tunggadewi berkeinginan supaya putranya, Raja Hayam Wuruk melaksanakan perayaannya di istana.  “Seluruh keturunan Rajapatni dan segenap pembesar Majapahit diharapkan ikut serta menyumbangkan sesajian persembahan untuk keperluan upacara agung tadi,” kata Gajah Mada. Gagasan patih disambut baik sang prabu. Perayaan terselenggara besar-besaran. Semua pemimpin agama dan pemerintahan Kerajaan Majapahit datang untuk memberikan penghormatan dan mengenang Rajapatni.  Jalannya pesta peringatan dan beragam sesajian persembahan bagi nenek Hayam Wuruk itu pun bisa terbayang kini. Sebabnya, ia tercatat panjang lebar dalam Kakawin Nagarakretagama . Rajapatni, begitu Putri Gayatri dijuluki, menurut kakawin yang ditulis Prapanca itu, adalah satu dari empat putri Raja Kertanagara, raja terakhir Singhasari. “Putri Kertanagara cantik-cantik bagai bidadari. Sang Prameswari Tribuwana yang sulung, luput dari cela. Lalu Prameswari Mahadewi, rupawan tidak bertara. Prajnyaparamita Jayendradewi, cantik manis menawan hati. Gayatri, yang bungsu, paling terkasih, digelari Rajapatni,” catat Prapanca.  Agaknya, gambaran yang diberikan Prapanca dalam karyanya memperlihatkan Gayatri tak cuma sekadar nenek raja. Dia punya tempat yang spesial bagi Majapahit.  Prapanca tak cuma sekali menyebut nama sang Rajapatni. Dia memuji kecakapan nenek baginda itu. Terutama soal bagaimana dia bertindak sebagai penasihat utama dalam pemerintahan. Kemudian ketika dia mangkat pada 1350 M, segenap rakyat kerajaan berkabung. “Rakyat merasa sedih kehilangannya. Kesedihan rakyat itu musnah setelah penobatan baginda sebagai raja,” tulis sang pujangga.  Nagarakretagama juga menyinggung perkawinan Gayatri, dan ketiga kakaknya dengan Wijaya atau Raja Kertarajasa Jayawardhana, pendiri Majapahit. Pemberitaan itu mendapat dukungan Prasasti Penanggungan dari 1296 dan pada prasasti lain yang dikeluarkan Wijaya bertarikh 1305.  Pada prasasti yang terakhir disebutkan bahwa Tribhuwana sangat ulung dalam permainan kata. Sri Paduka Mahadewi menjadi landasan percintaan paduka. Jayendradewi yang juga biasa disebut Prajnyaparamita, sangat setia dan bersifat luhur. Gayatri, si bungsu, sangat cantik dan paling dikasihi baginda. “Hubungan Kertarajasa dan putri Gayatri disamakan dengan hubungan Dewa Siwa dan Dewi Uma,” sebut prasasti itu.  Menurut Nagarakretagama pula, Gayatri menurunkan dua putri pewaris takhta. Yang sulung menjadi rani di Jiwana, yang bungsu menjadi rani Daha. Yang sulung Tribhuwana Tunggadewi kemudian bertakhta menggantikan kakak tirinya, Jayanagara.  Kali itu, lagi-lagi, Prapanca mengenang Gayatri dengan pujian. “Atas perintah ibunda Rajapatni, sumber bahagia dan pangkal kuasa, beliau (Tribhuwana Tunggadewi, red .) menjadi pengemban dan pengawas raja muda, Sri Baginda Wilwatikta (Hayam Wuruk, red. ),” katanya.   Terdapat pula bukti visual dalam bentuk arca Prajnaparamita. Perwujudannya sebagai dewi kebijaksanaan tertinggi dalam ajaran Buddha itu dipahat indah luar biasa.  Karenanya menurut Earl Drake, sejarawan yang pernah menjadi duta besar Kanada di Indonesia, sungguh beralasan untuk menempatkan Gayatri begitu terhormat. “Begitu banyak penghormatan baginya oleh orang-orang yang hidup pada masanya,” catatnya dalam Gayatri Rajapatni . Sepanjang hidupnya, Gayatri ditempa oleh kejadian-kejadian buruk yang menimpa keluarganya. Kerajaan asalnya, Singhasari, diserbu tentara Mongol. Dia pun tertangkap ketika pasukan Jayakatwang menyerang dan membunuh orang tuanya. Lalu dia terlibat hubungan asmara dengan iparnya, Wijaya, yang telah beristri kakak sulungnya.   “Intrik-intrik dan pembunuhan dalam istana menunjukkan keberanian dan kesetiaan kepada prinsip-prinsip yang dijunjungnya, kecerdasan luar biasa, dan kepribadian penuh kasih sayang,” tulis Drake. Gayatri dinilainya telah bertindak dalam lingkaran keraton yang didominasi laki-laki. Dialah yang mendorong para lelaki yang berkuasa itu agar melaksanakan visi religius dan politik ayahnya, mendiang suaminya, dan dirinya sendiri. Itu terutama angan untuk menyatukan Nusantara.  Salah satunya, ketika dia terpikir untuk mengangkat Gajah Mada sebagai mahapatih.  Tak berhenti di situ, menurut Drake, Gayatri adalah sosok di istana yang mengenal dan membimbing nyaris seluruh tokoh besar laki-laki pada masanya, termasuk Mahapatih Gajah Mada. Dengan Gayatri dan putrinya Tribhuwana Tunggadewi, Gajah Mada bekerja sama membuat keputusan-keputusan kenegaraan. Dia terhitung tak pernah salah langkah, hingga akhirnya terjadi pembantaian utusan dari Sunda. “Ini terjadi setelah Gayatri wafat dan tak mampu membimbingnya lagi,” tulis Drake.  Drake menyadari pemikirannya tentang Gayatri itu bisa dinilai kontroversial. Namun, dia yakin itu tetap sesuai dengan keterbatasan informasi yang dimiliki hingga hari ini.  “Lebih masuk akal dibanding pandangan tradisional,” tulis Drake.  Drake pun menyesali sosok Gayatri tak banyak dikenali hari ini. Sebabnya, Gayatri tak pernah secara resmi dinobatkan menjadi seorang ratu yang memerintah. Dia pun memilih masuk biara dan menjadi biksuni ketika berada di puncak kekuasaan.  Belum lagi, syair epik kerajaan yang menjadi bukti atas jasa dan ketenarannya hilang selama lima ratus tahun. Baru belakangan ini naskah itu diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris.  Ditambah lagi dia adalah seorang penganut Buddha di sebuah negeri yang wataknya semakin Islami. “Baru-baru ini saja dia dikenali sebagai subjek arca Prajnaparamita yang mahsyur itu dan bahkan sekarang oleh segelintir sarjana saja,” tulis Drake. Akhirnya, pesta Srada yang diselenggarakan serba meriah dan khidmat. Segenap rakyat Majapahit, menurut Prapanca, berharap semoga Gayatri melimpahkan berkat kepada raja sehingga jaya terhadap musuh. Sang Rajapatni didharmakan di Kamal Pandak dan di Bayalangu pada 1362. Di Kamal Pandak, kata Slamet Muljana dalam Tafsir Sejarah Nagarakretagama , candi Gayatri dijadikan tugu pemersatu. Candinya diharapkan menjadi penawar kutukan pendeta Bharada yang melakukan pembelahan kerajaan atas permintaan Raja Airlangga. “Uraian Prapanca tentang pembelahan kerajaan Airlangga kiranya tepat disebut asal mula nama Desa Kamal Pandak. Desa itu penting untuk diberitakan karena di situ dicandikan ibu suri Rajapatni,” catat Slamet Muljana.   Candi Makam Sri Rajapatni selanjutnya tersohor sebagai tempat keramat. Kata Prapanca, setiap bulan Badrapada ia disekar oleh para menteri dan pendeta. Di tiap daerah, rakyat serentak membuat peringatan dan pemujaan. “Itulah surganya, berkat berputra, bercucu narendra utama,” tulis Prapanca.*

  • Cerita Tercecer dari Masjid al-Makmur Tanah Abang

    Kerusuhan di kawasan Tanah Abang pada 21-22 Mei menyisakan sejumlah cerita sumir. Misalnya tentang Masjid al-Makmur Tanah Abang. Dua tokoh nasional sempat berbicara di masjid ini. Mereka adalah Sjafrie Sjamsoeddin dan Amien Rais. Pilihan politik mereka jatuh pada pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Kedatangan dua tokoh tersebut ke masjid al-Makmur mengarahkan orang pada dugaan bahwa masjid ini mempunyai hubungan dengan pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Tapi Habib Hasan bin Zainal Abidin al-Habsyi, sekretaris masjid, lekas meluruskan dugaan itu. “Masjid ini sebenarnya masjid yang netral. Jadi masjid ini menjadi tempat singgah siapa pun orang muslim. Termasuk kepada laskar Hizbullah yang berjuang pada tahun 1945 itu. Masjid al-Makmur memang berdiri di atas dasar ahlussunnah wal jama’ah . Itu sudah jadi ketetapan dari awal pendirian masjid ini,” kata Habib Hasan kepada Historia . Habib Hasan menambahkan keterangan bahwa sejarah masjid al-Makmur kental dengan nilai-nilai persatuan. Masjid ini merangkul siapa saja dari kelompok mana pun. “Masjid ini sebenarnya welcome . Tidak ada warna khusus. Asal ahlussunnah wal jama’ah . Di sini para pengurusnya ada yang dari al-Irsyad, dari Rabithah Alawiyah, dari masyarakat Melayu, dan sebagainya. Jadi campur-campur ,” ungkap Habib Hasan. Citra Masjid al-Makmur bersesuaian dengan identitas kawasan Tanah Abang itu sendiri, tempat di mana masjid berdiri. “Tanah Abang ini memang daerah multietnis. Ada Melayu, Arab, Cina, dan Belanda, bisa hidup berdampingan di sini,” kata Habib Hasan. Dari musala kecil Pendirian Masjid al-Makmur tak lepas dari keberadaan pasukan Mataram di sekitar Batavia. Kehadiran mereka bermula dari rencana serangan Kesultanan Mataram terhadap VOC di Batavia pada 1628 dan 1629. “Pasukan Mataram mendirikan pos pantau di Tanah Abang untuk melihat aktivitas pasukan VOC. Dulu wilayah ini tinggi. Maka ada wilayah bernama Tanah Abang Bukit. Dari sini laut (Kota Tua, red. ) dapat terlihat,” kata Anang, penduduk sekitar sekaligus staf masjid. Selain mendirikan pos pantau, pasukan Mataram membangun musala berukuran 8x12 meter. Inilah musala cikal bakal Masjid al-Makmur. Anang memperoleh cerita turun temurun bahwa musala mempunyai rubanah (ruang bawah tanah). “Tapi seluas mana, kami tidak tahu,” kata Anang. Rubanah berfungsi untuk mendiskusikan serangan terhadap VOC. Habib Hasan mempunyai keterangan berbeda terkait awal mula Masjid al-Makmur. Menurutnya, orang-orang dari Mataram atau Demak memang berperan dalam pendirian awal musala. Tetapi tahun pendiriannya bukan 1628-1629, melainkan 1704. Dia juga tidak menemukan rubanah seperti cerita Anang. Habib Hasan bin Zainal Abidin al-Habsyi, sekretaris Masjid al-Makmur, Tanah Abang, Jakarta Pusat. (Hendaru Tri Hanggoro/Historia). Abdul Chaer dalam “Mesjid-Mesjid Lama di Jakarta Sampai Abad ke-18” termuat di Sunda Kelapa Sebagai Bandar Jalur Sutra: Kumpulan Makalah Diskusi menyebut pendiri musala tersebut bernama KH. Abdul Somad Asyura dan KH. Abdul Murad Asyura. Mereka keturunan Pangeran Kadilangu, pendakwah Islam asal Demak. Keturunan Pangeran Kadilangu menjadikan Tanah Abang sebagai basis dakwah Islam di Batavia. Mereka mendirikan musala sebagai sarana penunjang dakwah Islam. Musala tersebut berkembang memasuki 1800-an. Ketika itu orang-orang dari Hadramaut mulai bermukim di kawasan Tanah Abang. Dua saudagar dari komunitas Arab, Abubakar bin Muhammad bin Abdurrahman al-Habsyi dan Alwi bin Abdurrahman al-Habsyi mengembangkan musala menjadi masjid pada 1886. Kemudian dua saudagar itu juga membeli tanah-tanah di sekitar masjid untuk perluasan masjid. Luas tanah tambahan sekira 3000 meter persegi. Masjid ini menjadi bangunan permanen dan indah pada 1915 berkat bantuan keluarga-keluarga keturunan Arab lainnya seperti keluarga bin Sunkar dan bin Thalib. Mereka mendesain ulang masjid, menyerahkan pengerjaannya pada arsitek berkebangsaan Belanda, dan membiayai pengerjaannya. “Bentuk masjid ini, seperti sekarang ini, bermula dari desain tahun 1915 itu,” kata Habib Hasan. Sampai sekarang bentuk asli masjid masih terjaga. Utamanya di bagian depan. Peran Kebangsaan Masjid al-Makmur mengambil perannya dalam pergerakan nasional. Peran ini berawal dari keterlibatan pengurus masjid dalam Jami’at Khair, lembaga pendidikan modern berbasis Islam dan berdiri di Tanah Abang pada 1901. Para pengajar dan anggota Jami'at Khair juga menjadi pengurus di Masjid Al-Makmur. Letak kedua bangunan juga sangat berdekatan sehingga ikut mempengaruhi peran masjid. Jami’at Khair memadukan keilmuan Islam dengan sains modern. Pendiri Jami’at Khair memperoleh inspirasi pemikirannya dari Jamaludin al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha, tiga tokoh pembawa gagasan pembaruan di dunia Islam pada awal abad ke-20. Jami’at Khair sebermula hanya membuka kesempatan pendidikan untuk keturunan Arab. Tetapi kemudian kesempatan pendidikan itu terbuka juga untuk kelompok anak negeri. Jami’at Khair menjadi magnet kaum intelektual muslim di Hindia Belanda. Beberapa tokoh pergerakan Islam di Indonesia menjadi anggotanya. Misalnya KH. Ahmad Dahlan, Haji Oemar Said Tjokroaminoto, dan Haji Agus Salim. Melalui masjid ini, pengajar di Jami’at Khair menyebarkan gagasan Islam dan kebangsaannya secara lebih luas kepada penduduk. Penggunaan khotbah dalam bahasa Melayu turut mendorong persebaran gagasan tersebut. Garis kebangsaan Masjid al-Makmur kian tegas pada masa Revolusi Fisik (1945-1949). Masjid Jami’ Al-Makmur menjadi tempat singgah para pejuang kemerdekaan. Kebanyakan mereka anggota laskar Hizbullah. Tetapi di luar itu, masjid juga menerima pejuang kemerdekaan dari kelompok lain seperti para pendekar silat dari berbagai aliran. Berbagai kelompok di Masjid al-Makmur bersatu menghadapi serangan tentara NICA dan Belanda di Tanah Abang. Pertempuran itu tercatat dengan baik dalam beberapa literatur. Antara lain dalam Kampung Tua di Jakarta terbitan Dinas Museum dan Sejarah Provinsi Jakartadan Sekitar Perang Kemerdekaan Jilid 10 karya Abdul Harris Nasution. Tetapi dua literatur tersebut tidak mencatat peran Masjid al-Makmur. Peran Masjid al-Makmur selama Revolusi Fisik termaktub dalam KH. Hasan Basri 70 Tahun: Fungsi Ulama dan Peranan Masjid karya Ramlan Mardjoned. “Masjid al-Makmur di Tanah Abang yang dibangun tahun 1932 M, dijadikan markas menghimpun pemuda-pemuda Betawi dalam menghadapi tentara Belanda dan NICA. Di Masjid al-Makmur itu menjadi pusat mengatur strategi dan taktik penyerangan menghadapi pasukan Sekutu dan Belanda di Jakarta,” tulis Ramlan. Memasuki masa kemerdekaan, peranan Masjid al-Makmur lebih dekat pada urusan pendidikan dan perdagangan. Sejumlah ulama dari Timur Tengah berdatangan ke masjid ini pada 1950-an. Sementara itu, para pedagang dan pembeli dari Tangerang, Depok, dan Bekasi di pasar Tanah Abang memanfaatkan masjid sebagai tempat ngadem . “Hal ini mungkin saja karena masjid ini mempunyai serambi depan yang luas dan nyaman sehingga memungkinkan orang bisa duduk-duduk, bahkan tidur-tiduran,” tulis Abdul Chaerdalam Tenabang Tempo Doeloe . Pemandangan orang ngadem di Masjid al-Makmur masih terlihat hingga sekarang. Meskipun jalanan dan kawasan sekitar masjid kian padat.

  • Jejak Islam di Sarang Mafia

    PADA November 2015, Giovanni Gambino (putra mahkota mafia Italia) mengancam ISIS (Negara Islam Syiria dan Irak) untuk tidak mengacau di beberapa tempat yang ada di bawah kekuasaan keluarga Gambino. Tokoh kejahatan yang saat itu tengah diburu oleh polisi tersebut menyatakan dia menjamin bahwa para teroris ISIS tak akan berani mengacau Italia terlebih Sisilia. Giovani sesumbar bahwa selama ini para teroris ISIS hanya berani beroperasi di negara Eropa seperti Prancis dan Belgia tidak lain disebabkan dua negara itu bukan termasuk kawasan yang ada dalam lindungan mafia. "Berbeda dengan kawasan Sisilia (pusat mafia di Italia ) yang bebas dari jaringan teroris," ujarnya seperti dilansir Russian Times , 24 November 2015. Saat ini, tak banyak orang tahu (sekalipun orang Islam), bahwa Sisilia pernah menjadi koloni dari para penguasa Arab Islam ratusan tahun yang lalu. Padahal, bangunan-bangunan megah yang sekarang menjadi ikon pulau tersebut merupakan sisa-sisa peninggalan peradaban Islam. Katakanlah sebagai contoh Palazzo dei Normann (dulu merupakan istana lama para emir Arab), Gereja San Giovanni degli Eremiti (dulu merupakan masjid), Katederal Lucera (juga dahulunya masjid), dan gedung-gedung tua lainnya. Sebelum jatuh ke tangan orang-orang Arab Islam, Palermo (ibu kota Sisilia) pernah dikuasai oleh orang-orang Phoenix dan Byzantium (nama lain untuk Kekaisaran Romawi Timur). Saat dikuasai orang-orang Byzantium itulah, pada 652 Palermo pernah diserang oleh pasukan Muawiyah bin Abu Sofyan (602-680) yang merupakan khalifah pertama Dinasti Umayyah. “Kerajaan Siracuse (yang menginduk kepada Byzantium) sempat tenggelam dalam serangan pertama ini. Rampasan perang muslim, termasuk para perempuan, kekayaan gereja, dan benda-benda berharga lainnya mengundang para pengembara muslim untuk kembali ke daerah itu di kemudian hari,” tulis Philip K. Hitti dalam  History of The Arabs . Pada 827 terjadi pemberontakan orang-orang Sicilia terhadap Gubernur Byzantium. Karena merasa tidak berdaya menghadapi kekuatan militer Kekaisaran Romawi Timur, para pemberontak pimpinan Euphemius itu memohon bantuan militer kepada Ziyadatullah I (817-838), yang merupakan pimpinan orang-orang Aglabiyah (nama lain Tunisia yang saat itu menjadi bagian dari kekuasaan Dinasti Abbasiyah ) . Gayung bersambut. Tak lama setelah Euphemius mengirimkan surat permohonan bantuan militer itu, penguasa Aglabiyah memerintah seorang panglima seniornya bernama Qadhi-Wazir (konon usianya saat itu sudah 70 tahun) untuk  memimpin 70 armada kapal (mengangkut 10.000 prajurit dan 700 kuda perang) ke Pulau Sicilia. Singkat cerita, takluklah Palermo kepada pasukan Arab Islam tersebut pada  831. Di bawah gubernur baru yang merupakan boneka orang-orang Aglabiyah, Sicilia menjadi wilayah yang sejahtera. Alih-alih diperlakukan diskriminatif, para penduduk asli diberikan kebebasan memeluk agama. Syaratnya: mereka harus membayar jizyah (pajak kepala). Di era itu, orang-orang Aglabiyah memang tidak menjadikan Palermo sebagai kota utama. Mereka lebih memilih Syracuse sebagai ibu kota Sicilia. Namun demikian Palermo tetap dibangun dan diperindah, hingga konon keindahannya disebut-sebut hanya bisa ditandingi oleh Cordoba di Spanyol dan Kairo di Mesir. Selain kotanya yang indah, para penduduk Palermo juga dikenal sangat mengutamakan mode. Menurut Uskup Agung Sophronius, dalam sebuah catatannya yang dibuat pada 883 M, Palermo adalah kota internasional yang berisi manusia-manusia dari berbagai bangsa. Selain orang-orang Arab dan lokal Sisilia, Palermo juga dihuni oleh orang-orang Yunani, Yahudi, dan Lombardia Pada 972-973, Ibnu Hauqal berkenan mengunjungi kota tersebut. Menurut saudagar Baghdad tersebut, Palermo merupakan kota yang sangat cantik dengan istana dan masjid-majid megahnya yang berdiri di tiap sudut kota. ”Ketika mendengarkan mereka, saya yakin mereka orang yang saleh. Tidak ada yang meragukan kapasitas mereka,” tulis Hauqal seperti dikutip Hitti . Bidang pendidikan pun tak kalah maju dengan Baghdad dan Cordoba. Di Palermo ada Universitas Balerm, salah satu universitas tertua di dunia. Pamornya hanya kalah bersaing oleh Universitas Cordoba di Spanyol, yang juga dikuasai oleh para ilmuwan muslim. Dalam percakapan sehari-hari, orang-orang Palermo menggunakan tiga bahasa: Yunani, Arab, dan Latin. Tak aneh jika saat itu, upaya-upaya penerjemahan buku-buku khazanah Yunani ke bahasa Arab dan Latin berlangsung gencar. Tahun 1071 Palermo diserang oleh orang-orang Normandia dan takluk. Kendati berhasil menghancurkan kekuasaan orang-orang Arab Islam, namun orang-orang Normandia mengadopsi kepintaran orang-orang Arab. Alih-alih menghancurkan dan mengusir orang-orang Arab, salah satu raja mereka yang bernama Roger I malah meniru mentah-mentah pembangunan militernya dari orang-orang Arab. Roger I pun membebaskan orang-orang non-Kristen untuk memeluk keyakinannya dan melindungi para cendekiawan Arab, filosof, para dokter dari Timur, astrolog dan para sastrawan. Bahkan upaya penerjemahan referensi-referensi Arab berlangsung gencar. Salah satunya penerjemahan buku berharga yang berjudul Almagest oleh seorang lokal bernama Eugene (dia bergelar amr ) pada 1160. Sisilia khususnya  Palermo tetap menjadi primadona pengetahuan selama ratusan tahun . Hingga pada sekira 1800-an, kota cantik itu jatuh ke tangan para mafioso. Sejak itulah, pusat ilmu pengetahuan di Eropa tersebut berubah menjadi sentra bisnis hitam (seperti narkoba dan penjualan orang) yang terkenal di dunia.

  • Ketika Aparat Bertindak di Luar Batas

    POLITISI gaek Amien Rais buka suara menyikapi kerusuhan yang terjadi baru-baru ini pasca kapitulasi pemilihan umum di Jakarta (22/05/19). Bermula dari unjuk rasa di depan kantor Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), aksi ini berakhir dengan bentrokan yang menelan delapan korban meninggal. Sebelumnya, Kepolisian Republik Indpnesia melalui Kepala Divisi Humas Polri Irjen Muhammad Iqbal mengatakan tidak akan mengenakan peluru tajam dalam tindakan pengamanan. “Saudaraku saya menangis, saya betul-betul sedih, tapi juga marah bahwa polisi-polisi berbau PKI telah menembak umat Islam secara ugal-ugalan," kata Amien dalam unggahan akun   instagramnya . “Saya atas nama umat Islam meminta pertanggungjawabanmu. Jangan buat marah umat Islam.” Pernyataan Amin segera diikuti dengan seruan takbir oleh orang-orang di sekelilingnya. Aksi kerusuhan itu juga disambut oleh Titiek Soeharto dengan pernyataan yang menyudutkan aparat keamanan dan pemerintah. Menurut Mbak Titiek – sapaan akrab Titiek Soeharto -  tindakan polisi untuk meredam kerusuhan berujung dengan penganiayaan dan penghilangan nyawa. “Hentikan penganiayaan dan penghilangan nyawa rakyat pada aksi unjuk rasa pascapemilu,” kata Mbak Titiek dalam deklarasi Litura (Lima Tuntutan Rakyat) Emak-emak Indonesia.    Cerita tentang aparat keamanan yang menembaki umat Islam juga pernah terjadi pada masa Orde Baru ketika Presiden Soeharto – ayah Titiek Soeharto – berkuasa. Mengingatkan kembali, Orde Baru adalah rezim yang dilawan habis-habisan oleh Amien Rais sewaktu menegakan reformasi pada 1998. Pada 12 September 1984, Jusuf Wanandi mencatat dalam Menyibak Tabir Orde Baru: Memoar Politik Indonesia , tentara menembaki sekelompok Muslim yang sedang melakukan protes di kawasan pelabuhan Tanjung Priok. Akibatnya, ratusan nyawa melayang di ujung bedil tentara. “Sampai sekarang pun masih belum diketahui (tepatnya) berapa korban yang tewas,” tulis Wanandi. Tragedi berdarah ini kelak disebut dengan nama Peristiwa Tanjung Priok. Insiden Tanjung Priok disulut oleh laporan yang menyatakan bahwa ada anggota polisi yang memasuki masjid di Tanjung Priok tanpa menanggalkan sepatunya. Si polisi memerintahkan agar poster yang bernada antipemerintah diturunkan. Ketika penjaga masjid menolak, anggota polisi menggeledah masjid dan mencabut poster-poster propaganda sambil tetap mengenakan sepatunya. Tindakan polisi yang dianggap semena-mena menyinggung warga masjid. Akibatnya, mereka menyerbu kantor polisi setempat. Mulai dari warga biasa, pengusaha bongkar muat, hingga preman turun menyerbu. Polisi yang kewalahan meminta bantuan tentara. Karena polisi mundur, Panglima Kodam Jaya Mayjen Try Sutrisno memenuhi permintaan bantuan polisi. Sejumlah tentara dikerahkan ke Tanjung Priok. Menurut Jusuf Wanandi, mereka diperlengkapi dengan senapan AK47 dan M16 untuk pengamanan. Ketika segerombolan orang datang menyatroni kantor polisi, ada sekira 20 tentara yang berjaga di sana. Alih-alih menenangkan massa yang marah, aparat melakukan tindakan di luar batas: menembaki para demonstran secara membabibuta.    Sumber pemerintah mengumumkan kemungkinan 90 orang yang tewas. Namun beberapa sumber lain menyebutkan ada banyak jenazah yang langung dikubur atau dibuang ke laut, sehingga tidak diketahui berapa angka persis mengenai jumlah korban. Panglima ABRI saat itu, Jenderal Benny Moerdani disebut-sebut sebagai pihak yang paling bertanggung jawab. “Atas perintah Presiden Soeharto, Benny mengambil alih penanganan kerusuhan itu,” tulis Wanandi. Bagaimana tanggapan Presiden Soeharto atas jatuhnya korban sipil di Tanjung Priok? Dalam otobiografinya Soeharto: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya , Soeharto mengatakan, “Sesungguhnya, peristiwa itu benar-benar hasil hasutan orang yang menempatkan diri sebagai pemimpin.” Menurut Soeharto melaksanakan keyakinan dan syariat agama yang dianutnya, tentu boleh-boleh saja. Tetapi jangan menghasut rakyat untuk memberontak. Apalagi coba-coba memprovokasi mengganti Pancasila, sekali-kali jangan.   “Terhadap yang melanggar hukum, ya, tentunya harus diambil tindakan,” kata Soeharto membenarkan tindakan aparatnya.

  • Hikayat Gedung Para Kapiten

    GEDUNG bergaya multi kultural (Tiongkok, Melayu dan Eropa) itu nampak terlihat tua. Di beberapa bagiannya, dinding tembok mengelupas, memamerkan batu bata merah tua yang terlihat masih kokoh. Kesan kuno semakin kuat, melihat letaknya yang ada di pinggiran Sungai Musi, tepatnya di Dermaga Tujuh Ulu, Palembang. Sisa-sisa kejayaan bangunan itu juga tercermin dari pilar-pilar kayu jati yang masih nampak kekar, dan lantai gedung yang terbuat dari kayu onglen. “Kami mengenalnya sebagai Gedung Kapiten,” ungkap Syukri (43), salah seorang warga kota Palembang. Masuk ke gedung itu lewat sebuah tangga kayu berundak 12, pemandangan bercorak Tiongkok terhampar: altar-altar tua, sebuah foto usang lelaki Hokian lengkap dengan seragam pejabat Hindia Belanda-nya. Ketika bertemu dengan salah seorang penghuninya bernama Tjoa Hok Lim pada sekira 2008, saya sempat mendapatkan semua informasi mengenai gedung tersebut. Termasuk jawaban siapa lelaki Hokian yang ada di foto itu. “Ini mendiang kakek buyut saya. Namanya Kapiten Tjoa Ham Ling,”ujar lelaki yang pada 2008 tepat berusia 82 tahun. Gedung milik keluarga besar Tjoa itu memang merupakan salah satu dari tiga bangunan bersejarah sisa-sisa kejayaan para Hokian perantau di pinggiran Sungai Musi. Ceritanya, pasca Kesultanan Palembang Darussalam dihapus oleh Pemerintah Hindia Belanda pada 7 Oktober 1823, diberlakukanlah sebuah undang-undang yang mewajibkan setiap etnis memiliki struktur komunitas masing-masing. Komunitas itu biasanya dipimpin oleh seorang kuat yang diangkat langsung oleh pemerintah Hindia Belanda.Mereka dianugerahi pangkat mayor atau kapiten. Pada 1830, di Palembang, komunitas Hokian dipimpin oleh seorang Mayor. Namanya Tjoa Kie Tjuan,yang pada 1855 digantikan oleh putranya yang bernama Kapiten Tjoa Ham Hin. Kapiten Ham Hin-lah yang kemudian menempati dan merenovasi gedung yang letaknya tepat di bawah lindungan Jembatan Ampera itu. Jauh sebelumnya gedung tersebut ditempati oleh seorang putri dari Keraton Kesultanan Palembang dan sudah ada sejak 1600-an. “Terakhir keturunan Mayor Tjoa Kie Tjuan yang menjadi kapiten dan bertempat tinggal di sini adalah Kapiten Tjoa Ham Ling sampai sekitar tahun 1920-an,” ujar lelaki yang akrab di sapa warga Dermaga Tujuh Ulu sebagai Pak Kohar. Sejak dicanangkan sebagai cagar budaya oleh pemerintah daerah setempat pada 2017, Gedung Kapiten praktis diurus oleh Mulyadi alias Tjoa Tiong Gie, generasi ke-13 dari Mayor Tjoa Kie Tjuan. Dia juga tak lain putra dari  Tjoa Hok Lim. Mulyadi berkisah bahwa begitu pentingnya posisi para kapiten itu di masa lalu sehingga pemerintah Hindia Belanda memperlakukan mereka secara istimewa. Itu wajar jika melihat tugas mereka sebagai pemunggut pajak dari para pengusaha Tionghoa di Palembang. “Semua perizinan usaha dan kegiatan yang terkait dengan etnis Tionghoa di Palembang diurus oleh para leluhur saya,” ungkap Mulyadi. Keturunan she (marga) Tjoa sendiri hingga kini sudah sampai pada 14 generasi. Mereka menyebar ke berbagai tempat di Indonesia, dan sebagian besar bermukim di Pulau Jawa. “Di sini, yang tersisa hanya kami inilah,”ujar Tjoa Hok Lim. Apa yang membuat mereka bertahan di gedung lawas itu? Menurut Mulyadi, secara emosional  mereka merasa terikat dan berkewajiban untuk mengurus peninggalan moyangnya tersebut. Selain sudah diamanahkan oleh keluarga besarnya, Mulyadi juga sangat sadar jika gedung itu memiliki sejarah yang tidak ternilai. “Pernah ada yang menawar dengan harga lumayan mahal, tapi kami tidak kasih. Ayah saya bilang berapa pun harganya yang mereka tawarkan, rumah ini tak akan pernah dijual,”ujar Mulyadi. Kalaupun rumah itu sekarang sudah menjadi cagar budaya, namun status tersebut belumlah cukup untuk menjadikannya tidak terlupakan oleh sejarah. Diperlukan aksi nyata oleh pemerintah setempat (seperti renovasi dan revitalisasi) supaya generasi hari ini dan mendatang bisa menjadikan Gedung Kapiten sebagai obyek pembelajaran sejarah dan kepentingan wisata yang menarik para turis untuk mengunjunginya.

  • Bergulat dengan Sejarah Sumo

    PANDANGAN Donald Trump fokus tertuju pada tengah arena. Sesekali Presiden Amerika Serikat (AS) itu menangkap penjelasan koleganya Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe tentang apa yang ditatapnya dari kursi kehormatan Stadion Ryogoku Kokugikan, Tokyo, Minggu (26/5/2019). Trump begitu antusias memelototi laga sumo, olahraga nasional negeri sakura, di hari terakhir turnamen akbar sumo itu. Eksisnya “orang bule” di arena sumo terbilang langka. Apalagi di akhir pertandingan ia diberi kehormatan menyerahkan trofi pemenang kepada Asanoyama yang memenangi laga tadi. “Malam yang hebat dalam turnamen sumo. Kami membawakan trofi yang indah dan semoga bisa Anda miliki selama ratusan tahun. Untuk menghormati pencapaian luar biasa Anda, saya anugerahkan Trofi Presiden Amerika Serikat ini,” kata Trump kepada Asanoyama, dikutip The New York Times , Minggu (26/5/2019). Trump memang bukan pembesar dari negeri Paman Sam pertama yang berkenalan dengan sumo. Di akhir masa Sakoku atau kebijakan isolasi Jepang pada 1853, Komodor Matthew Calbraith Perry selaku utusan AS mendapat suguhan pertandingan sumo. Olahraga itu dianggapnya sekadar permainan bangsa yang belum beradab alias barbar. “Olahraga adu banteng ketimbang olahraga kontak fisik manusia. Dan tampaknya permainan yang sangat bodoh,” kata Perry mendeskripsikan sumo yang ditontonnya dalam The Japan Expedition 1852-1854: The Personal Journal of Commodore Matthew C. Perry. Asal-Usul Sumo Sampai detik ini, belum ada arkeolog maupun sejarawan yang mampu menetapkan kapan sumo pertamakali dipraktikkan di Jepang. Penjelasan yang paling dipercaya masih sekadar legenda atau cerita dari mulut ke mulut secara turun-temurun. Sumo diyakini pertamakali eksis dua ribu tahun yang telah lewat, persisnya di masa Kaisar Suinin memerintah Jepang pada tahun ke-23 sebelum Masehi (SM). Harold Bolitho dalam catatannya, “Sumo and Populer Culture: The Tokugawa Period” yang terangkum dalam Sport: The Development of Sport, menguraikan pertandingan sumo kali pertama dilakoni seorang jago beladiri Nomi No Sukune. Disebutkan ia merupakan salah satu titisan Dewa Amaterasu. Ia lantas diminta Kaisar Suinin untuk meladeni Taima No Kehaya, jago beladiri lain yang mengklaim sebagai manusia terkuat di kolong langit. “Keduanya berhadapan di Izumo, pesisir Pulau Honshu. Kedua petarung saling mengangkat kakinya dan saling menendang. Dalam pertarungan itu Nomi No Sukune mematahkan tulang rusuk dan tulang pinggang Taima No Kehaya hingga tewas,” sebut Bolitho mengutip serat Nihon Shoki. Nomi No Sukune pun tidak hanya dihadiahi tanah kekuasaan mendiang Taima No Kehaya di Desa Koshioreda namun ia juga dijuluki “dewa” sumo. Seiring zaman, sumo lantas dikaitkan dengan sejumlah ritual agama Shinto, seperti di Periode Nara (tahun 710-794 M) di mana pertandingan sumo acap digelar dalam rangka perayaan pesta panen. Penggambaran olahraga tradisi sumo di abad ke-18 oleh pelukis Katsukawa Sunsho Dalam setiap pertandingan, sumo selalu diawali ritual menyebar garam dan menepuk kedua tangan sebelum masuk dohyo atau arena berbentuk bulat. Sebelum terlibat kontak, para rikishi (pesumo) menghentakkan kaki beberapa kali. Ritual itu berasal dari mitos agama Shinto bahwa Dewa Amaterasu melakoninya sebelum menghadapi adiknya sendiri, Susanoo. Para pesumo pun diharuskan tanpa pakaian dan hanya menggunakan mawashi yang menutupi kemaluan. Wasitnya seringkali merupakan pendeta kuil Shinto setempat. Pertandingannya dilakukan dengan tangan kosong dan hanya bisa menang dengan mengenyahkan lawan ke luar garis batas dohyo baik dengan bantingan, lemparan maupun dorongan. Pada periode Morumachi, abad ke-14, sumo dijadikan olahraga yang lebih bersifat profesional meski tetap butuh dua abad ke depan untuk menyebarluaskan sumo sebagai olahraga di segala penjuru Jepang. Pada Periode Edo, abad ke-19, sumo makin marak lantaran selain menawarkan kehormatan, juga mulai melibatkan uang dan memberi penghasilan besar. Di periode Edo pula turnamen akbar sumo se-Jepang mulai digelar. Sumo pun perlahan jadi olahraga nasional. Di awal abad ke-20 bahkan sampai muncul dua asosiasi sumo, yakni di Tokyo dan Osaka. Pada 28 Desember 1925, keduanya dilebur menjadi Dai-Nihon Sumo Kyokai alias Asosiasi Sumo Jepang, yang bernaung di bawah Kementerian Pendidikan, Budaya, Olahraga, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Di era itulah di Jepang mulai kebanjiran pesumo lantaran sumo merupakan satu-satunya wadah “pengungsian” para samurai . Pada era Meiji, akhir abad 19, status samurai dihapuskan. Sejumlah tradisinya pun dilenyapkan. Salah satunya terkait kehormatan jambul khas samurai. Hanya dalam olahraga sumo-lah para bekas samurai itu bisa mempertahankan kehormatan jambul mereka. Wanita di Arena Sumo Bergulirnya zaman membuat sumo mulai dikenal dunia luar. Tapi bagaimana dengan wanita? Pasalnya, kehadiran wanita sempat ditabukan karena dianggap akan menodai kesucian dohyo . Pun begitu, serat Nihon Shoki pernah menyebutkan adanya pesumo wanita. Serat yang berasal dari tahun 720 M itu menguraikan bahwa pertamakali wanita berlaga dalam sumo tahun 469 di masa Kaisar Yuryaku. Kala itu kaisar memerintahkan dua wanita bertarung sumo tanpa sehelai pun pakaian. Perintah itu bertujuan untuk membungkam kearoganan seorang tukang kayu yang mengklaim tak pernah melakukan kesalahan. Laga sumo wanita bugil dilakoni untuk mengalihkan konsentrasi si tukang kayu. Ketika akhirnya si tukang kayu bikin kesalahan lantaran fokusnya terganggu, ia pun dieksekusi sang kaisar. Namun seiring waktu, disebutkan wanita dilarang terlibat dalam sumo. Larangan itu baru dicabut pada 1873 (periode Edo). Para pesumo wanita Jepang di era 1900. (Miyapedia) Setelah Restorasi Meiji (1868-1889), wanita kembali dilarang ikut sumo lantaran dianggap tidak pantas untuk budaya baru Jepang. “Tapi sumo wanita profesional berkembang di Jepang pada 1948 dan meluas lagi pada 1955,” sebut Joseph Svinth dalam Martial Arts of the World: An Encyclopedia of History and Innovation volume I.  Meski sumo wanita tetap eksis hingga kini, diskriminasi tetap bergulir. Contoh kontroversialnya adalah saat Gubernur Osaka Fusae Ohta acap dilarang masuk ke arena untuk menyerahkan trofi pada pemenang dalam turnamen sumo tahunan di Osaka. Pada April 2018, seorang paramedis wanita yang hendak menolong salah satu pesumo yang cedera juga diusir ke luar arena meski pada akhirnya petinggi asosiasi sumo meminta maaf.

  • Muasal Fiber Optik, “Biang Kerok” Komunikasi Kilat

    Mengirim email, menelepon, atau mencari informasi di internet kini bisa dilakukan dengan begitu mudah dan cepat. Lalu lintas informasi yang padat dan berkapasitas tak sedikit ini bisa berjalan lancar berkat penemuan fiber optik (FO). FO mampu menjadi media pengirim data dengan kapasitas dan kecepatan tinggi. Sebelum teknologi FO ditemukan, arus informasi dikirim melalui kabel tembaga. Kendati cost production -nya lebih murah, kapasitas kabel tembaga lebih rendah. Penggunaan kabel tembaga mulanya dipakai untuk saluran televisi dan pesawat telepon. Karena tembaga punya nilai untuk dijual kembali, pencurian kabel telepon banyak terjadi. Dirut Telkomsel pertama Koesmarihati, yang pernah menangani jaringan telepon, mengaku pernah menemukan pencurian kabel telepon di depan Hotel Borobudur dan Rumah Sakit Jakarta. Pencurinya benar-benar niat, mereka sampai masuk ke bak bawah tanah tempat sambungan kabel ( manhole ). Kabel, kertas peyambung, dan selongsong timah pun jadi sasaran pencurian. “Kabelnya dikupas, tembaganya diambil,” kata Koesmarihati pada Historia. Di tengah maraknya pencurian itu, teknologi FO mulai digunakan di Amerika pada 1977. Prinsip kerja kabel FO ialah pengiriman data menggunakan cahaya yang disalurkan lewat medium transparan. Sistemnya sederhana, mengikuti penemuan fisikawan Inggris John Tyndall pada 1854 bahwa cahaya dapat dibelokkan. Tyndall melakukan eksperimennya dengan meneliti gerakan cahaya pada air melengkung. Model ini diterapkan pada FO. Data ditransmisikan lewat cahaya, lalu ditembakkan dari pangkal kabel. Secepat kilat cahaya ini tersalur ke ujung kabel. Itulah sebabnya informasi terkirim dengan cepat dan padat. Ide pengiriman informasi melalui sistem optik pertamakali dicetukasn John Logie Baird dan Clarence W. Hansell pada 1920-an. Ide ini terus dilengkapi oleh para ilmuwan telekomunikasi di Eropa dan Amerika, seperti Abraham Van Heel dan Harold H. Hopkins. Hopkins melaporkan pencitraan pada material serat yang tidak berkarat, sedangkan Van Heel membuat laporan tentang selubung berlapis dengan material transparan agar gelombang cahayanya jauh lebih stabil. Pada 1964, Charles K. Kao menghitung kemungkinan pengiriman informasi jarak jauh melalui cahaya. Masalahnya, pada beberapa material jumlah cahaya yang ditembakkan memudar. Padahal, untuk kebutuhan komunikasi, kekuatan cahaya tidak boleh berkurang lebih dari 10 desibel per kilometer. Ia pun mengusulkan penggunaan kaca murni untuk mengurangi kehilangan cahaya. Teori Kao diuji di laboratorium pada 1970 menggunakan silika murni yang dilebur dengan titik leleh tinggi. Eksperimen ini berhasil. Robert Maurer, Donald Keck, dan Peter Schultz mematenkan penemuan serat optik silica yang diperkuat dengan sedikit campuran titanium ini. Serat optik buatan Maurer dkk. ini mampu membawa informasi 65.000 kali lebih banyak daripada kawat tembaga. Dua tahun berselang, mereka memperbarui temuannya dengan memperkenalkan serat multimode germanium-doped yang lebih kuat dibanding serat yang didoping titanium. Bahasan tentang FO sedang jadi topik menarik bagi dunia telekomunikasi pada dekade 1970-an. Olsontech.com menyebut pada 1973, John MacChesney memodifikasi proses pengendapan uap kimia untuk pembuatan serat di Bell Labs, Amerika. Proses ini kemudian digunakan dalam pembuatan serat optik untuk komersil. Serangkaian ujicoba oleh para ahli itu berbuah manis. Serat optik akhirnya diujicoba pertama kali di Long Beach, California oleh perusahaan General Telephone and Electronics pada April 1977. Kualitas pengiriman datanya jauh lebih baik dari kabel tembaga, mencapai 6 Mbps. Perusahaan Bells kemudian mengikutinya pada bulan Mei dengan memasang sistem komunikasi telepon optik di Chicago sepanjang 2,4 kilometer.  Setiap FO membawa sekira 672 saluran suara. Di Indonesia, penanaman kabel FO mulai dilakukan pada 1985. Sebelumnya, sebuah tim dikirim ke Belanda untuk mempelajari teknik penanaman dan perawatan kabel teknologi baru itu. Buah dari pembelajaran tim yang dikepalai Koesmarihati itu adalah pemasangan kabel FO pertama yang ditanam di sepanjang Jetinegara-Gambir. Kendati awalnya penggunaan FO untuk menggantikan kabel tembaga ditentang lantaran dikhawatirkan bakal mematikan industri kabel dalam negeri, kekhawatiran itu hilang karena industri serat optik justru bertumbuh. “Tahun 1993 sebagain masih pakai tembaga, pelan-pelan diganti FO. Kalau kabel tembaga, satu kabel cuma menyambungkan satu saluran. Sedangkan FO lewat cahaya dengan gelombang tinggi, jadi bisa membawa informasi lebih banyak,” kata Koesmarihati.

  • (R)evolusi ATM

    Automated Teller Machine atau ATM akan punah. Apa yang membuat kita yakin mesin ATM tak mengalami nasib yang sama seperti dinosaurus? Jawabannya: inovasi. Sejak kali pertama diperkenalkan hingga sekarang, fungsi ATM mengalami evolusi, mengikuti kebutuhan konsumen dan perkembangan teknologi informasi. Penemu ATM Siapa penemu ATM masih jadi perdebatan. Umumnya orang menyebut ATM pertama dibuat Luther George Simjian, ilmuwan kelahiran Turki dan besar di Amerika Serikat. Mesin itu, bernama Bankograph, dapat menerima uang tunai atau memeriksa setoran kapan saja. Mulanya banyak orang meragukan temuannya. Tapi, pada 1960, dia berhasil membujuk City Bank of New York –kini Citibank– untuk mencoba mesin pintarnya selama enam bulan. “Orang yang berminat menggunakan mesin ini adalah segelintir pelacur dan penjudi yang tidak mau berurusan langsung dengan teller bank,” ujar Simjian, dikutip History.com . Gagasan membuat mesin ATM lalu datang dari John Shepherd-Barron, direktur percetakan dokumen-dokumen keuangan De La Rue di Inggris. Gagasan ini muncul karena pengalaman buruknya dengan bank tahun 1965. Seperti dikutip telegraph.co.uk , Shepherd-Barron mendapatkan ide brilian: jika mesin penjual otomatis dapat mengeluarkan cokelat, mengapa ia tak bisa mengeluarkan uang tunai? Barclays Bank suka dengan gagasan Shepherd-Barron. Mesin ATM pertama bikinan Shepherd-Barron kemudian dipasang di Enfield, sebuah kawasan di utara London, Inggris. Setelah itu, tahun 1968, seorang ahli dari Docutel Corp Texas, Don Wetzel, mengembangkan ATM berjaringan pertama, yang dikenal sebagai Docuteller. Karyanya dipakai Chemical Bank of New York pada 1969. Bentuk dan cara kerja ATM yang masih sederhana itu kemudian terus dikembangkan. Yang diakui sebagai ATM modern pertama adalah IBM 2984. ATM meraih popularitas ketika pada 1977 Citibank meluncurkan ATM pertama di Queens, New York. Slogan “Citi Never Sleep” mengiringi peluncuran itu. Menyusul kemudian cabang-cabang Citibank di sejumlah negara, termasuk Indonesia. Di Indonesia, bank-bank terkemuka masih berpikir seribu kali untuk memasang ATM. Investasi untuk ATM dianggap sebagai pemborosan. Menariknya, yang memperkenalkan ATM bukan bank-bank besar di ibukota tapi justru bank kecil di Denpasar, yakni Bank Dagang Bali (BDB), pada 1984/1985. BDB menjalin kerjasama dengan Chase Manhattan Bank. Untuk bisa mendapatkan layanan ATM ini, nasabah BDB harus memiliki kartu khusus yang disebut cash point card . I Gusti Made Oka, pendiri sekaligus direktur utama BDB, mengatakan tak sekadar ingin pamer melainkan demi meningkatkan pelayanan. Selain karyawannya belum mampu memberikan pelayanan cepat, dtulis majalah Tempo , 1986, Made merasa kasihan dengan nasabahnya yang harus antre lama di depan kasir. Setelah BDB, Citibank Indonesia mulai memasang ATM dan disusul Bank Niaga pada 1986. Bank Central Asia (BCA) baru memberikan layanan ATM pada 1988. Meski bukan bank pertama di Indonesia yang menggunakan ATM, sejarah kemudian mencatat BCA sebagai bank paling inovatif dalam mengembangkan layanan produk perbankan melalui mesin ATM. Pertama Kali BCA Menyediakan Layanan ATM BCA didirikan pada 21 Februari 1957. Dari bank perdagangan, yang lebih banyak melayani nasabah pedagang, BCA menyasar consumer banking . Setelah sukses dengan Tahapan BCA, tahun 1988 BCA meluncurkan layanan mesin ATM. Bagi BCA perlu waktu sangat lama untuk mengubah pikiran konsumen untuk beralih dari cara tradisional (mengantri di loket) ke cara modern (menggunakan ATM). Untuk itulah BCA melakukan edukasi terus-menerus. Menurut pakar marketing Hermawan Kartajaya dalam  Kompas 100 Corporate Marketing Cases , meski bukan yang pertama menawarkan layanan ATM di Indonesia, BCA adalah bank pertama yang melakukan proses edukasi sistematis. Proses edukasi tersebut diimbangi dengan penambahan keberadaan ATM dan fasilitas layanan ATM. Pada mulanya jumlah ATM BCA setidaknya baru 50 unit ATM terpasang di penjuru Jakarta pada 1991. Dengan pertumbuhan nasabah yang pesat, ATM pun terus ditambah dari waktu ke waktu. Dari sisi kenyamanan bertransaksi juga menjadi perhatian. Pada 1995, BCA melakukan pembenahan  ATM, baik dari sisi sistem dan aplikasi, infrastruktur, serta menerapkan perangkat penunjang lainnya untuk menjaga kenyamanan dan keamanan bertransaksi di mesin ATM. Software aplikasi di Server untuk memproses transaksi dari semua mesin ATM diganti. Lalu di setiap lokasi ATM dipasang antena very small aperture terminal (VSAT) fasilitas telekomunikasi menggunakan teknologi satelit, lengkap dengan kamera pengawas (CCTV). Investasi besar ini dirasakan dampaknya di kemudian hari. Terbentuk persepsi publik bahwa ATM BCA ada di mana-mana dengan layanan transaksi yang on line 24 jam, 7 hari seminggu. Citra ini mendongkrak jumlah nasabah. BCA juga mengedukasi masyarakat untuk kebutuhan uang tunai tidak harus lagi antri di cabang dan tidak perlu banyak memegang uang tunai karena tersedianya kemudahan tarik tunai di mesin ATM. BCA Memperkenalkan Layanan “Pembayaran” di ATM Pada masanya BCA menjadi bank yang memiliki mesin ATM terbanyak. Ketika bank lain mulai mengikuti untuk menerapkan strategi memperbanyak memasang mesin ATM, BCA sudah melangkah lebih maju lagi. Pengembangan jaringan dan fitur ATM dilakukan secara intensif.  Pada 1996, ketika nasabah telah terbiasa melakukan transaksi penarikan tunai dan cek saldo melalui ATM, mulailah BCA mengembangkan layanan-layanan yang lebih inovatif. “ BCA  adalah bank pertama yang memperkenalkan layanan pembayaran tagihan lewat ATM,” tulis majalah Swa , 2005. Setelah sukses menjalin kerjasama dengan PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom), menyusul kemudian Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan perusahaan-perusahaan lainnya. Gebrakan lainnya, BCA menawarkan kerja sama dengan Citibank berupa pembayaran tagihan kartu kredit Citibank melalui ATM BCA. Seiring waktu makin banyak layanan perbankan yang dapat dilakukan lewat ATM BCA. Mulai dari pembayaran tagihan telepon, listrik, PAM, ponsel, isi ulang pulsa, kartu kredit, cicilan kredit, pajak PBB, uang sekolah, beli tiket pesawat sampai beli saham. Payment system yang dikembangkan BCA menjadi obyek studi karena di luar negeri ATM adalah cash withdrawl dan balancing inquiry . Bahkan menurut Kristin Samah dalam Game Changing: Transformasi BCA 1990-2007 , “BCA menjadi bank pertama di dunia yang menyediakan jasa pelayanan pembayaran melalui mesin ATM.” Perkembangan ATM di Era “Paspor BCA” Pada akhir 1998, dalam situasi ekonomi krisis moneter dan ketersediaan uang tunai yang terbatas, BCA mengeluarkan fitur inovasi yaitu kartu ATM yang ditambahkan dengan fitur Debet, dikenal dengan kartu Paspor BCA. Paspor BCA merupakan cara baru dalam bertransaksi atau belanja di merchant-merchant tanpa harus terlebih dahulu menyiapkan uang tunai. Fitur Debet pertama kali dapat digunakan di Hero Supermarket. Setiap kasir dilengkapi dengan mesin electronic data capture (EDC). Tak berhenti di situ. Fitur Debet pada kartu Paspor BCA kemudian dilengkapi lagi dengan fitur penarikan uang tunai melalui merchant-merchant , serta pada 2002 untuk memudahkan transaksi tarik tunai BCA di merchant BCA menambahkan Electronic Cash Register (ECR) yang menghubungkan EDC ke cash register di toko-toko. Pada 2004, menurut hasil riset AC Nielsen, mayoritas pemegang kartu ATM memiliki kartu ATM BCA/Paspor BCA di dalam dompetnya. Praktis ATM BCA merupakan ATM yang memiliki banyak fasilitas. “Mau tidak mau ATM BCA sudah menjadi gaya hidup bagi sebagian masyarakat yang sudah banking minded ,” tulis Swa . Tidak berhenti disitu saja, periode 2003 dan 2004 BCA mengeluarkan mesin ATM khusus digunakan untuk transaksi-transaksi non cash yang disebut ATM Non Tunai dan mesin ATM yang khusus digunakan untuk penyetoran uang tunai yang disebut ATM Setoran Tunai. Dengan demikian untuk kebutuhan penarikan uang tunai, penyetoran uang tunai atau menabung tidak perlu lagi harus datang ke cabang, semua sudah dapat dilayani oleh mesin ATM. ATM Setor Tarik Untuk semakin melengkapi ketersedian fasilitas transaksi perbankan kepada nasabah , pada 2014, BCA memperkenalkan ATM berbasis cash recycling machine yang dapat melayani beberapa transaksi dalam satu mesin ATM, yaitu ATM Setor Tarik . Dengan ATM Setor Tarik nasabah tidak perlu lagi repot-repot pindah mesin ATM untuk melakukan beberapa transaksi yang berbeda, penarikan tunai, penyetoran tunai, transaksi pembayaran dan transaksi pembelian dapat dilakukan di mesin ATM Setor Tarik.   ATM memang hanya satu dari sekian banyak saluran transaksi yang dimiliki BCA. Masih ada saluran lainnya; dari BCA Mobile hingga uang elektronik ( e-money ). Namun, ATM masih menjadi saluran transaksi favorit masyarakat untuk bertransaksi. Bahkan kehadiran saluran-saluran lain memperkaya layanan yang diberikan ATM BCA. Misalnya, registrasi dan aktivasi BCA Mobile, baik KlikBCA (versi smarphone ) maupun m-BCA bisa dilakukan melalui ATM. Masing-masing saluran transaksi yang tersedia saling melengkapi, saling bersinergi sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh dalam memberikan layanan dan manfaat kepada nasabah. Contoh sinergi yang saat ini sudah dirasakan manfaatnya oleh nasabah adalah dengan saluran BCA Mobile dapat melakukan penarikan tunai dan penyetoran tunai di ATM. Nasabah tidak perlu lagi kawatir ketika ketinggalan kartu Paspor BCA dirumah karena dengan   fitur transaksi cardless (tanpa kartu) di BCA Mobile sekarang dapat melakukan transaksi penarikan tunai atau penyetoran tunai di ATM BCA. Era Cardless Transaction, di ATM BCA Bisa “Setor/Tarik Tunai Tanpa Kartu” Hanya dalam 15 hari setelah diluncurkan pada 12 Oktober 2011, aplikasi BCA mobile telah diunduh sekitar 17 ribu pengguna. Melalui layanan BCA mobile, nasabah bisa melakukan transaksi perbankan, baik finansial maupun nonfinansial, lewat smartphone. Dan saat ini BCA mobile sudah digunakan oleh 9,4 juta pengguna. Sejak diluncurkan sekira 8 tahun silam, aplikasi BCA mobile terus memperkaya fitur-fiturnya. Fitur paling gres dari aplikasi BCA mobile adalah fitur Buka Rekening di BCA mobile, fitur Setor / Tarik Tunai Tanpa Kartu, fitur BCA Keyboard, dan fitur QRku. Sejalan dengan perkembangan BCA mobile tersebut, ATM BCA pun mengikuti perkembangan zaman. Memasuki era cardless transaction , dimana BCA mobile memperkenalkan fitur layanan setor/tarik tunai tanpa kartu di ATM, maka ATM BCA pun menyediakan mesin dengan pilihan menu “Transaksi tanpa Kartu”. Per bulan April 2019, BCA telah memiliki 5.925 buah “ATM Setor Tarik”, yaitu ATM yang bisa melakukan setoran atau tarikan tunai. Fitur Setor/Tarik Tunai Tanpa Kartu ini merupakan inovasi dari BCA, dalam memanjakan nasabah yang kesehariannya sangat sering berinteraksi menggunakan smartphone. Langkah-langkah setor/tarik tunai tanpa kartu dapat dilihat di sini: bca.co.id . Fitur tersebut berguna sekali untuk nasabah yang jarang membawa dompet saat bepergian, terlebih lagi untuk nasabah yang baru saja melakukan buka rekening secara online via BCA mobile.Nasabah dapat dengan mudah membuka rekening baru tanpa harus datang ke cabang. Namun perlu diingat, ketika membuka rekening baru, nomor handphone-nya harus nomor yang belum terdaftar mobile-BCA.  Fitur buka tabungan di BCA mobile memiliki tiga keuntungan yaitu: Nasabah tak perlu datang ke kantor cabang BCA; Nasabah mendapat fasilitas BCA mobile (m-BCA) dan Internet Banking (KlikBCA); Nasabah bisa lebih mudah melakukan setoran awal melalui menu Transaksi Tanpa Kartu di ATM. Bagi para nasabah, buka tabungan di BCA mobile caranya mudah sekali, cek di sini: bca.co.id . Dunia bergerak cepat. Teknologi dan inovasi berkembang seturut dengan kompleksnya kebutuhan. Pada titik ini, BCA sudah menjawabnya.

  • Hikayat Pelabuhan di Selatan Jawa

    WILAYAH pantai utara telah sejak lama digunakan sebagai gerbang kegiatan dagang kerajaan-kerajaan di Jawa. Hampir sebagian besar jalur perdagangan laut di Nusantara melewati wilayah utara Jawa. Misal Cirebon, Pekalongan, Tegal, Batavia, Semarang, dan Surabaya. Maka tidak heran jika terjadi perkembangan yang amat pesat di wilayah tersebut. Keadaan itu sangat terbalik dengan wilayah pantai selatan Jawa. Di wilayah tersebut cukup kesulitan membangun sebuah kota pelabuhan. Salah satu faktor penghambatnya adalah ombak ganas Samudera Hindia yang membuat kapal-kapal sulit untuk berlabuh. Namun hambatan itu tidak berlaku bagi CIlacap. Kota pelabuhan yang masuk dalam wilayah Karesidenan Banyumas itu dilindungi oleh pulau Nusakambangan. Dengan lebar 6 kilometer dan panjang 40 kilometer, pulau tersebut melindungi pelabuhan dari terjangan ombak Samudera Hindia. “Ditambah dengan kedalamannya perairan di sekitar dermaga, Cilacap dikenal sebagai pelabuhan alam yang baik bagi perahu dan kapal besar berlabuh,” tulis Susanto Zuhdi dalam Cilacap 1830-1942: Bangkit dan Runtuhnya Suatu Pelabuhan di Jawa. Selain Cilacap, aktivitas dagang di selatan Jawa dilakukan di pelabuhan Prigi, Panggul, Pacitan, Cilaut Eureun dan Pelabuhan Ratu ( Wijnkoopsbaai ). Tetapi kegiatan pelayaran di sana tidak seramai di pantai utara. Bahkan jenis komoditas yang diperjualbelikan pun tidak dalam jumlah besar. Kegiatan yang umum dilakukan di pelabuhan pantai selatan adalah perdagangan ikan asin, garam, dan terasi. Para pedagang yang datang pun berasal dari pulau-pulau sekitar. Sehingga sangat jarang ditemukan kapal-kapal besar bersandar di dermaga. Menurut Susanto, di antara pelabuhan-pelabuhan di selatan, Cilacap menjadi satu-satunya yang mendapat perhatian paling besar dari pemerintah kolonial. Posisinya yang dianggap paling strategis, membuat pemerintah melakukan pembangunan besar-besaran di sana. Membangun Potensi Setelah  berhasil menancapkan pengaruhnya di Banyumas pada 1831, pemerintah Hindia Belanda segera mengalihkan perhatiannya pada pembangunan pantai selatan Jawa. Mereka melihat potensi yang besar di pelabuhan Cilacap untuk kegiatan pelayaran. Pemerintah Hindia Belanda lebih memilih membangun selatan Jawa dibandingkan utara Jawa karena persoalan waktu. Banyak produk dari pedalaman yang lebih cepat didistribusikan melalui pantai selatan. Dan Cilacap dianggap memiliki kondisi alam yang paling sesuai. Dalam tesisnya Transportasi dan Ekonomi di Karesidenan Banyumas tahun 1830-1940 , Purnawan Basundoro menjelaskan bahwa kekuatan terbesar Cilacap sebagai pelabuhan dagang berada pada transportasi sungainya. Dengan memanfaatkan aliran sungai Serayu dan Kaliyasa, pemerintah mendistribusikan langsung komoditi dagangnya ke pelabuhan Cilacap. “Serayu merupakan sungai terpanjang yang dapat dilayari ke pedalaman. Dari ibukota Banyumas ke utara sungai dapat dilayari sepanjang 24 kilometer, sedangkan ke selatan sepanjang 40 kilometer sampai ke laut,” tulis Susanto. Walau belum resmi, kegiatan ekspor di pelabuhan Cilacap telah terlihat sejak 1832, menyusul diberlakukannya c ultuurstelsel (sistem tanam paksa) oleh pemerintah Hindia Belanda. Kopi dan tembakau menjadi komoditi utama ekspor di pelabuhan Cilacap. Sementara kegiatan bongkar muat dari Eropa masih terbatas pada barang-barang tekstil, seperti kain beludru, dan wol. Bukti perhatian pemerintah Hindia Belanda terhadap kemajuan pelabuhan Cilacap adalah dengan dibangunnya kanal. Hal itu dilakukan untuk memperlancar pendistribusian barang dari sungai Serayu ke pelabuhan akibat jalurnya yang terlalu kecil. Namun pembangunan kanal itu mengalami banyak kendala. Teknologi yang masih sederhana, ditambah tidak adanya keterlibatan arsitek Eropa membuat mereka kesulitan membangunnya. Kendala yang sering terjadi adalah air tidak mengalir dan permukaan air yang tiba-tiba turun. Menjadi Kuat Melalui besluit (Surat Keputusan) No.1 tahun 1847, pemerintah secara resmi membuka pelabuhan Cilacap. Namun komoditi perdagangan di sana masih terbatas pada barang-barang yang dibutuhkan oleh pemerintah saja. Aktivitasnya pun belum terlalu banyak berubah dari sebelum diresmikan, yakni lebih banyak pada kegiatan ekspor. Pemerintah Hindia Belanda terus meningkatkan pembangunan wilayah pantai selatan Jawa. Mereka bertekad untuk membuka gerbang perdagangan yang besar di sana. “Pemerintah Hindia Belanda memutuskan untuk meningkatkan status Cilacap menjadi onder afdeling   bersamaan dengan ditingkatkannya pembangunan pelabuhan Cilacap” kata Sukarto Kartoatmojo dalam Hari Jadi Kabupaten Daerah Tingkat II Cilacap. Selama kurun waktu 12 tahun, terhitung sejak pembukaan resminya, pemerintah berkomitmen untuk membuka pelabuhan Cilacap sebagai jalur perdagangan besar dan pelayaran bebas. Artinya, jenis barang dan aktivitas ekonomi tidak hanya dilakukan oleh pemerintah saja, tetapi juga pihak swasta. Keinginan kuat pemerintah itu diperlihatkan dalam Staatsblad van Nederlandsch-Indie no.56 tahun 1858 dan Staatsblad van Nederlandsch-Indie no.7 tahun 1859. Di sana mereka menulis rencana pembangunan 16 pelabuhan di sepanjang Jawa dan pantai barat Sumatera. Tetapi bukan perkara mudah mewujudkannya. Susanto menyebut rencana itu mendapat banyak pertentangan dari dewan pusat di Belanda. Akhirnya melalui sidang afdeling ketiga di Eerste Kamer, pemerintah pusat memutuskan hanya membuka 3 pelabuhan (Cilacap, Cirebon, dan Pasuruan) sebagai pelabuhan besar untuk kegiatan ekspor-impor. Sedangkan 13 pelabuhan lainnya hanya menerima aktivitas ekspor saja. Peningkatan aktivitas ekonomi di pelabuhan Cilacap nyatanya telah membawa kemakmuran bagi daerah sekitarnya. Pembangunan berkelanjutan terus dilakukan oleh pemerintah. Banyak sarana dan prasarana di sekitar pelabuhan yang dibuat. “Bagi penduduk sendiri hal itu mendorong kegiatan pembukaan areal tanah subur yang belum digarap,” kata Susanto.*

  • Asal Usul Nama Kampung Bali

    Sebuah video viral memperlihatkan sejumlah anggota Brigadir Mobil (Brimob) mengeroyok seorang lelaki di samping Masjid Al-Huda, Kampung Bali, Tanah Abang, Jakarta Pusat, pada 22 Mei 2019. Judul video menyebut lelaki itu berusia belasan tahun dan kemudian tewas. Tetapi kepolisian menyatakan lelaki tersebut pria dewasa dan masih hidup. Lelaki itu salah satu tersangka kerusuhan 21-22 Mei di kawasan Tanah Abang. Dia lari masuk ke Kampung Bali ketika polisi berusaha membubarkan perusuh. Kampung Bali termasuk salah satu kelurahan di Tanah Abang. Kelurahan ini memiliki banyak nama gang serupa: Kampung Bali. Pembedanya berdasarkan nomor. Dari nomor satu sampai tiga puluhan. Asal usul nama Kampung Bali di kawasan Tanah Abang mempunyai dua versi. Versi pertama menyebut nama Kampung Bali berasal dari identitas penduduk sebermula di wilayah itu. “Adapun nama Kampung Bali disebut demikian karena dahulunya banyak orang-orang Bali yang tinggal di sana,” catat buku Kampung Tua di Jakarta  terbitan Dinas Museum dan Sejarah Provinsi DKI Jakarta. Terdapat di Tiga Tempat Keberadaan orang Bali di sini bermula dari kebijakan Jan Pieterszoon Coen, Gubernur Jenderal VOC (Kongsi Dagang Hindia Timur), mendatangkan orang-orang baru ke kota Batavia pada paruh pertama abad ke-17. Coen melakukannya setelah menghancurkan Jayakarta, nama lama Batavia. “Penghuninya melarikan diri meninggalkan wilayah ini,” tulis Mona Lohanda dalam Sejarah Para Pembesar Mengatur Batavia. Orang-orang baru di Batavia berasal dari Bali, Ambon, Banda, Ternate, Jawa, Makassar, Mandar, Sumbawa, dan Tionghoa dari Banten. Coen menempatkan mereka di luar tembok kota atau kastil Batavia. Sebab wilayah di dalam tembok kota hanya untuk penduduk Eropa. Di luar tembok kota, Coen menempatkan kelompok anak negeri berdasarkan asal wilayahnya. “Sebab itu hingga kini bisa ditemukan sejumlah kawasan tempat tinggal yang mengacu pada nama kelompok-kelompok etnis seperti Kampung Ambon, Makassar, Bandan, Bali, Pekojan, Manggarai, dan Melayu,” tulis Siswantari dalam Kedudukan dan Peran Bek dalam Pemerintahan Serta Masyarakat Jakarta , tesis pada Program Studi Ilmu Sejarah Universitas Indonesia. Adolf Heuken dalam Historical Sites of Jakarta mengungkap status sosial orang Bali di Batavia. “Sebagian mereka dijual sebagai budak oleh raja-raja di sana, sebilangan lainnya merupakan serdadu bayaran yang memiliki tombak dan ditakuti di India dan Persia,” tulis Heuken. Jumlah orang Bali di Batavia cukup banyak. “Dari sebab itu nama Kampung Bali terdapat di pelbagai tempat,” tulis Soekanto dalam Dari Djakarta ke Djakarta: Sedjarah Ibu-kota Kita . Mereka mendiami tiga wilayah berbeda di Batavia. Sekarang wilayah itu berada di Angke (Jakarta Barat), Jatinegara (Jakarta Timur), dan Tanah Abang (Jakarta Pusat). Tapi versi pertama asal usul nama Kampung Bali dari identitas penduduknya dibantah oleh Mathar Kamal, penggiat sejarah dan budaya Tanah Abang. “Tidak ada kaitannya sama sekali,” kata Mathar. Menurutnya, toponim suatu tempat harus dicari lebih dulu dalam alam flora. “Jika ini tak ditemui, kita bisa melihat unsur geometri dan kontur tanah. Jika tak ada juga, maka harus lebih dulu mencari makna tempat tersebut dalam bahasa Kawi, Melayu, Polinesia Purba, Mesir, dan Ibrani,” kata Mathar. Dia meyakini bahasa-bahasa tersebut mempunyai alas dalam peradaban Jakarta dan pada gilirannya membentuk pula bahasa Betawi. Geometri Kampung Berdasarkan rumus tersebut, Mathar mengajukan versi kedua asal usul nama Kampung Bali. Dia mengikuti pendapat Ridwan Saidi tentang asal usul nama Kampung Bali. Menurut mereka, nama Kampung Bali muncul dari geometri wilayah tersebut. “Pandanglah Kampung Bali dari titik Tenabang Bukit, akan terlihat geometri kampung itu yang melingkar-lingkar,” tulis Ridwan Saidi dalam Jakarta dari Majakatera hingga VOC . Ridwan juga menambahkan bahwa kata Bali berasal dari bahasa Mesir, artinya memutar atau melingkar. Terlepas dari dua versi berbeda tersebut, Kampung Bali di tiga tempat berbeda di Jakarta nyaris tidak meninggalkan sama sekali keturunan orang Bali. Mereka juga berkembang nyaris serupa. Mereka tidak lagi berbentuk kampung, melainkan telah menjadi wilayah kota. Kampung itu berdempetan dengan pusat bisnis, jasa, perkantoran, pasar, dan keramaian lalu lintas. Tapi sebuah cap khusus pernah menimpa Kampung Bali di Tanah Abang. Kampung ini sempat terkenal sebagai wilayah peredaran narkoba selama hampir satu dekade pada 1995-2005. Melalui beragam kampanye dan aksi melawan narkoba, Kampung Bali di Tanah Abang mulai lepas dari cap lembah hitam narkoba. Sekarang Kampung Bali menjadi salah satu wilayah padat dan beragam penduduk di Tanah Abang.

bottom of page