top of page

Sejarah Indonesia

Belanda Kembalikan Ribuan Benda Bersejarah

Belanda Kembalikan Ribuan Benda Bersejarah

Ribuan benda seni bersejarah dipulangkan dari Belanda ke Indonesia. Jumlah terbesar sepanjang sejarah.

3 Januari 2020

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Melalui repatriasi, 1.500 koleksi Museum Nusantara Belanda dikembalikan ke Indonesia. (Fernando Randy/Historia).

Pada 20 November 2019 yang lalu sebanyak 1.499 benda seni dan bersejarah koleksi Museum Nusantara, Delft, Belanda diangkut menggunakan kapal laut dari pelabuhan Rotterdam, Belanda menuju pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.  Pemulangan tersebut merupakan hasil kesepakatan pemerintah Belanda dengan pemerintah Indonesia yang prosesnya telah dimulai sejak 2015.


Sebulan kemudian, pada 24 Desember, benda-benda hasil repatriasi Belanda ke Indonesia tersebut tiba di Museum Nasional Indonesia, Jakarta. Sebelum 1499 benda tersebut tiba di tanah air, sebilah keris Bugis telah diserahkan terlebih dahulu oleh Perdana Menteri Belanda Mark Rutte kepada Presiden Joko Widodo dalam kunjungan resminya ke Indonesia 23 November 2016 yang lalu. Keris tersebut menggenapi jumlah benda-benda seni dan bersejarah yang dikembalikan menjadi 1500.


Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Hilmar Farid dalam konferensi pers di Museum Nasional, Kamis, 2 Januari 2020, menyebut repatriasi kali ini merupakan yang terbesar dan bersejarah.


1499 benda koleksi Museum Nusantara, Belanda telah sampai di Museum Nasional 24 Desember 2019 lalu. (Fernando Randy/Historia).
1499 benda koleksi Museum Nusantara, Belanda telah sampai di Museum Nasional 24 Desember 2019 lalu. (Fernando Randy/Historia).

“Sebanyak itu, sejumlah 1500 ini untuk pertama kalinya dalam sejarah kita. Jadi ini momen yang sangat bersejarah dan kita ingin membagi kepada publik momen bersejarah ini,” ungkapnya.


Hilmar berharap repatriasi kali ini juga bisa membuka jalan bagi pengembalian sejumlah benda di museum-museum lain di Eropa. Pasalnya, di Eropa juga sedang ramai dengan wacana pengembalian koleksi-koleksi museum yang diperoleh secara tidak sah.


Hilmar juga menegaskan bahwa repatriasi ini, "bukan semata-mata mengembalikan (benda koleksi). Persoalan kita (untuk) memperluas akses publik."


Museum Nusantara di Delft sendiri merupakan tempat penyimpanan benda-benda seni dan bersejarah yang berasal dari kepulauan Nusantara. Benda-benda tersebut menjadi bahan pembelajaran bagi para calon birokrat Belanda yang akan dikirim ke Hindia Belanda pada masa kolonial.


Pada masa itu, orang-orang yang kembali dari Hindia Belanda membawa benda-benda tersebut dan diberikan kepada museum. Namun, sebagian juga ada yang menjadi koleksi pribadi.


Sebagian koleksi belum lengkap datanya sehingga memerlukan kajian lebih lanjut. (Fernando Randy/Historia).
Sebagian koleksi belum lengkap datanya sehingga memerlukan kajian lebih lanjut. (Fernando Randy/Historia).

Tidak semua koleksi dari Museum Nusantara adalah rampasan perang maupun hasil jarahan. Sebagian koleksi merupakan hasil pemberian secara sukarela maupun dibeli atas kesepakatan yang sah.


Pada 2013 ketika Eropa dilanda krisis ekonomi, sebagai langkah penghematan, museum yang telah berdiri sejak 1911 itu terpaksa tutup.


“(Untuk) koleksinya, pilihanya kemudian apakah dijual, atau dikasih ke museum lain, atau dikembalikan ke Indonesia. Nah kita adalah salah satu opsi tersebut. Dan kita yang secara aktif menyambut tawaran itu,“ ujar Hilmar Farid.


Namun, tidak semua koleksi dari Museum Nusantara dikembalikan ke Indonesia. Banyak pula koleksi yang sudah rusak dan tidak sesuai dengan kebutuhan Museum Nasional.


“Banyak yang rusak, banyak yang tidak lengkap, itu memang tidak kita pilih. Berdasarkan pertimbangan konservasi, kemudian storyline, kita butuhkan itu. Dari semula 11.000 yang ditargetkan akhirnya sepakat dengan 1500 tadi dengan kondisi yang baik,” jelas Gunawan, Kepala Seksi Registrasi Museum Nasional.


Kepala Bidang Pengkajian dan Pengumpulan, Nusi Lisabila Estudiantin, menyebut nantinya benda-benda tersebut akan diklasifikasikan dalam tujuh kelompok yakni prasejarah, etnografi, arkeologi, numismatik dan heraldik, geografi, keramik dan sejarah.


Koleksi-koleksi yang dikembalikan telah dipilih sesuai kebutuhan Museum Nasional. (Fernando Randy/Historia).
Koleksi-koleksi yang dikembalikan telah dipilih sesuai kebutuhan Museum Nasional. (Fernando Randy/Historia).

Koleksi tekstil menjadi yang paling banyak jumlahnya. Disusul wayang kulit dan wayang golek, mata uang, litografi, foto, perhiasan, dan senjata. Terdapat pula beberapa model perahu, model rumah adat hingga figurine abad 13 hingga 14 dari Kerajaaan Majapahit.


Dari semua koleksi, sebuah kapak berusia sekitar 5000-1000 sebelum masehi (SM) yang berasal dari Kalimantan menjadi koleksi tertua. Sementara koleksi paling muda berasal dari tahun 1940-an.


Sebagian koleksi belum memiliki data asal usulnya secara rinci. “Banyak koleksi yang belum jelas provenance-nya (asal usulnya). Perlu kajian khusus untuk memperdalam informasi koleksi itu sendiri,” jelas Nusi.


Seluruh koleksi baru ini ditaksir bernilai 1,1 juta Euro atau sekitar 17 milyar Rupiah. Namun nilai ini bukan dalam konteks kepentingan jual beli melainkan untuk memastikan nilai dari asuransi yang harus dikenakan.


Untuk menyambut koleksi-koleksi baru ini, Museum Nasional telah menyiapkan gedung baru yang akan menjadi storage Museum Nasional di belakang Taman Mini Indonesia Indah (TMII).


Beberapa koleksi memerlukan perawatan khusus agar tidak rusak karena perbedaan iklim. (Fernando Randy/Historia).
Beberapa koleksi memerlukan perawatan khusus agar tidak rusak karena perbedaan iklim. (Fernando Randy/Historia).

“Nanti akan ada untuk pelatihan konservasi, sekolah konservasi, untuk museum-museum di Indonesia dari sana. Semacam workshop,” ujar Siswanto, Kepala Museum Nasional.


Museum Nasional juga mengupayakan agar koleksi-koleksi baru ini bisa beradaptasi dengan perbedaan suhu di Eropa dan Indonesia dengan mengatur iklim mikro tempat penyimpanan.


“Benda-benda yang selama ini berada di iklim Eropa (supaya) bisa kembali beradaptasi dengan iklim tropis meskipun sebenarnya awalnya dari sini,” sebut Ita Yulita, Kepala Bidang Perawatan dan Pengawetan.


Setelah dilakukan kajian konten dan kajian konservasi, Museum Nasional akan menggelar pameran untuk koleksi-koleksi baru ini pada Juni mendatang.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
bottom of page