top of page

Sejarah Indonesia

Argentina Dan Trofi Yang

Argentina dan Trofi yang Dirindukan

Muasal Copa América beriringan dengan sejarah revolusi Argentina. Sudah tiga dekade gagal bersatu.

Oleh :
25 Juni 2019

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Lionel Andrés Messi Cuccittini (kiri) bersama Argentina sudah empat kali tampil di final Copa América dan acap gigit jari tanpa hasil (Foto: copaamerica.com)

SETELAH terseok-seok di dua laga awal, kini Lionel Messi dkk. bisa menarik nafas. Tiket perempatfinal Copa América 2019 sudah di tangan. Kemenangan Argentina atas Qatar di laga terakhir Grup B menghidupkan kembali asa meraih trofi yang sudah lama mereka rindukan.


Kemenangan itu juga jadi kado spesial buat Messi. Laga melawan Qatar, salah satu tim tamu Copa America 2019, yang dihelat pada Senin (24/6/2019) itu tepat di hari ulang tahunnya yang ke-32.


“Sekarang kami baru memulai perjuangan di kejuaraan ini. Sekarang waktunya (juara) atau tidak sama sekali!,” ujar Messi kala diwawancara TyC Sport usai laga, Senin (24/6/2019).


Masih ada tiga anak tangga lagi yang mesti dilalui Argentina untuk menggapai titel Raja Amerika Selatan. Bukan rahasia lagi bahwa Messi punya sejarah buruk di Copa América sebagaimana Diego Maradona, legenda sepakbola Argentina yang sering dipersamakan dengan Messi.


Messi pertamakali turun di Copa América pada 2007. Dia hanya bisa membawa Argentina jadi runner-up. Di edisi 2011, tim Tango bahkan hanya sampai perempatfinal. Messi kembali gigit jari di Copa América 2015 dan 2016 lantaran kalah di final. Nasib buruk Messi kian lengkap di edisi 2016 lantaran dia gagal bikin gol di drama adu penalti.


“Begitulah akhirnya. Sudah berakhir buat saya dan timnas. Sudah empat final. Memenangkan Copa adalah hal yang paling saya inginkan tapi tak pernah terwujud. Sakit rasanya tidak juara,” kata Messi, dikutip Rik Sharma dalam “The Curse Goes On” yang dimuat dalam The Blizzard: The Football Quarterly, Issue Twenty Two.


Nasib sial yang menimpa Messi seolah kutukan, sebagaimana yang juga dirasakan Maradona. Padahal, sejarah Copa América sangat erat kaitannya dengan Argentina sebagai pemrakarsa turnamen.


Turnamen Tertua


Dalam persepakbolaan internasional, Copa América diakui sebagai turnamen intra-benua tertua. CONMEBOL (Konfederasi Sepakbola Amerika Selatan) mengakui turnamen Campeonato Sudamericano de Fútbol pada 1916 sebagai pendahulu Copa América. Namun, sejatinya ada satu turnamen antarnegara di Amerika Selatan yang enam tahun lebih tua tetapi tak diakui CONMEBOL.


Andreas Campomar dalam ¡Golazo!: A History of Latin American Football menguraikan, turnamen antarnegara Amerika Latin sudah eksis sejak 1910 lewat Copa Centenario Revolución de Mayo. Turnamen yang berlangsung pada 29 Mei-12 Juni 1910 di Buenos Aires itu diadakan untuk memperingati 100 tahun Revolusi Mei, revolusi pertama dalam menentang kolonialis Spanyol yang berhasil dilakoni negeri-negeri terjajah macam Río de la Plata (nama lawas Argentina), Bolivia, Paraguay, Uruguay, dan sebagian wilayah Brasil.


Argentina mengundang Uruguay, Cile, dan Brasil. Namun Brasil mundur sebelum laga usai. Argentina jadi pemenang dalam gelaran dengan sistem mini-liga itu setelah dua kali menang dan memuncaki klasemen akhir.


Perhelatan itu jadi momen pertama kompetisi sepakbola yang dilakoni lebih dari dua tim, namun tak diakui CONMEBOL. Sebelumnya, laga-laga hanya sekadar dilakoni dua tim, seperti Copa Newton, Copa Lipton, dan Copa Premier Honor Argentino yang hanya menampilkan Argentina dan Uruguay.


Setelah CONMEBOL lahir, pada 1916 ide untuk membuat turnamen negara-negara “serumpun” di selatan Benua Amerika muncul dari Héctor Rivadavia Gómez, presiden pertama CONMEBOL. Argentina mendapat kehormatan jadi tuan rumahnya. Turnamen berbarengan dengan peringatan 100 tahun kemerdekaan Argentina (9 Juli 1816).


Baru pada 1921 di edisi kelima Campeonato Sudamericano de F&uacutetbol (kini Copa Am&eacuterica) Argentina mampu pertamakali juara (Foto: Caras y Caretas)
Baru pada 1921 di edisi kelima Campeonato Sudamericano de F&uacutetbol (kini Copa Am&eacuterica) Argentina mampu pertamakali juara (Foto: Caras y Caretas)

Turnamennya dinamai Campeonato Sudamericano de Fútbol. Digelar 2-17 Juli 1916 di Buenos Aires dan Avellaneda, partisipannya terdiri dari Argentina, Uruguay, Brasil, dan Cile.


Sistem turnamennya setali tiga uang dengan pendahulunya, yakni sistem mini-liga dengan pemuncak klasemen jadi juaranya. Menariknya, trofi yang diperebutkan sama trofi turnamen tahun 1910, piala berbahan perak dengan dimensi tinggi 77 centimeter dan bobot 9 kilogram. Trofi itu merupakan sumbangan Menteri Luar Negeri Argentina Ernesto Bosch.


Uruguay keluar sebagai pemenang turnamen edisi 1916 dengan total dua kali menang dan sekali imbang. Meski begitu, Cile sempat mengungkit isu rasisme kala memprotes komposisi skuad Uruguay di laga pembuka. Namun protes itu di-peti-es-kan CONMEBOL.


“Delegasi Cile protes bahwa Uruguay memainkan dua ‘budak Afrika’ ketimbang memakai pemain asli Uruguay. Juan Delgado dan Isabelino Gradín, keduanya pemain Afro-Uruguay, menjadi dua pemain pertama yang tampil di turnamen internasional. Gradín sendiri mencetak dua gol ke gawang Cile,” sambung Campomar.


Seiring perjalanan masa, partisipan turnamen Campeonato Sudamericano de Fútbol terus bertambah. Sistem dan formatnya pun diubah menjadi babak gugur. Dari era ini, Argentina bersama Uruguay langganan juara. Dalam kurun 1916-1967, Argentina 12 kali juara. Tiga di antaranya, dilakukan berturut-turut, dari 1945 sampai 1947.


Namun, peruntungan Albiceleste (julukan Argentina) berubah di era Copa América.  Dalam sistem baru ini, 10 tim Amerika Selatan mesti melayani juga tim-tim tamu dari benua lain. Sejak 1993, biasanya CONMEBOL mengundang dua tim tamu, seperti Kosta Rika, Honduras, Jamaika, Amerika Serikat, Meksiko, Jepang, dan Qatar. Rencananya Australia diundang pada edisi 2020. So far, Meksiko yang punya catatan terbaik dengan jadi runner-up pada 1993.


Sejak era baru, dimulai dari tahun 1975, inilah Argentina hanya mampu dua kali juara, yakni tahun 1991 dan 1993. Bila dihitung sejak keikutsertaan pertamanya pada 1916 hingga Copa América edisi ke-46 tahun ini, Argentina baru 14 kali juara. Mampukah Messi membimbing rekan-rekannya menggapai trofi yang sudah lama dirindukan itu?





Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Bertahan dari Hukuman IOC, Dulu dan Sekarang

Bertahan dari Hukuman IOC, Dulu dan Sekarang

Indonesia tegar menerima konsekuensi dari IOC gegara menolak visa atlet-atlet Israel di kejuaraan dunia senam. Bukan kali pertama.
Cape Verde, Si Hiu Biru yang Menggebrak Sejarah Piala Dunia

Cape Verde, Si Hiu Biru yang Menggebrak Sejarah Piala Dunia

Charles Darwin pernah mampir ke Cape Verde. Timnasnya lolos ke Piala Dunia tak semata karena naturalisasi dan barisan diaspora namun juga karena dedikasi dan kemauan berproses.
Perkara Naturalisasi Malaysia, Dulu dan Kini

Perkara Naturalisasi Malaysia, Dulu dan Kini

Bukan kali ini saja pemain naturalisasi “Harimau Malaya” bermasalah. Kala kali pertama saja juga dipermasalahkan FIFA.
Varia Maskot Piala Dunia

Varia Maskot Piala Dunia

Maskot Piala Dunia terilhami dari bermacam hal. Mulai fauna khas negeri tuan rumah hingga buah hingga keffiyeh terbang.
DNA Sepakbola dan Tinju Ricky Hatton

DNA Sepakbola dan Tinju Ricky Hatton

Penggemar Bruce Lee yang beralih dari lapangan hijau ke ring tinju. Legenda yang humble hingga dihormati Mayweather hingga Pacquiao.
bottom of page