top of page

Sejarah Indonesia

Advertisement

Ke Jakarta Kami Kembali

Kisah pasukan TNI pertama yang memasuki ibu kota setelah perjanjian gencatan senjata berlangsung pada akhir 1949.

Oleh :
28 Des 2017

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Pasukan Kala Hitam saat tiba di Jakarta. Sumber: Dokumen Kami Kembali miik Marzoeki Soelaiman.

Siang nyaris mencapai puncaknya, ketika lima truk berisi masing-masing 12 prajurit dari Batalyon Kala Hitam Divisi Siliwangi memasuki wilayah Jatinegara. Semula tak ada sambutan. Para prajurit Belanda yang tengah berjaga di pos masing-masing hanya bisa bengong. Sementara khalayak pun cuma berbisik-bisik dengan sesamanya.


“Barulah setelah melihat bendera merah putih yang kami pasang di bagian belakang truk, mereka berteriak riuh: “merdeka” dan “hidup TNI” sembari berlari ke arah kami…”kenang Ido bin Tachmid (95), eks kopral TNI yang saat itu ikut rombongan tersebut.


Kompi I pimpinan Letnan Satu Marzoeki Soelaiman memang ditugaskan untuk memasuki Jakarta. Mereka merupakan salah satu pasukan yang akan mengamankan proses penyerahan kedaulatan dari Kerajaan Hindia Belanda kepada Republik Indonesia Serikat (RIS) sekaligus mengawal Presiden Sukarno yang akan datang ke Jakarta pada 28 Desember 1949.


Sebagai markas sementara, Letnan Kolonel Taswin A. Natadiningrat (pimpinan Markas Komando Basis Jakarta) menempatkan pasukan Marzoeki di sebuah asrama milik Muhammadiyah yang terletak dalam kawasan Pasar Senen. Marzoeki masih ingat, keberangkatan pasukannya dari Markas Komando Basis Jakarta, berjalan sangat lambat. Itu dikarenakan ribuan orang Jakarta ikut mengantar mereka.


“Jarak Matraman-Senen kan sebetulnya tidak begitu jauh, tapi karena banyaknya tukang becak dan khalayak Jakarta yang ikut mengantar rombongan kami, jalanan jadi macet…”kenang Kapten (Purn) Marzoeki Soelaiman kepada Historia.


Ada rasa haru dan bangga di dada setiap prajurit TNI saat mendapat sambutan yang sangat antusias tersebut, terutama bagi prajurit-prajurit kelahiran Jakarta seperti Marzoeki. Setelah sekian lama meninggalkan rumah, mereka akhirnya dapat melihat Jakarta lagi.


“Setelah hampir tiga tahun bergerilya di hutan-hutan Cianjur dan Sukabumi, akhirnya kami bisa ke Jakarta untuk kembali …”ujar Marzoeki.


Selanjutnya bersama pasukan Siliwangi lainnya dari Batalyon Siloeman, Batalyon Banteng dan Batalyon Kilat, anak-anak Kala Hitam terlibat dalam berbagai kegiatan di ibu kota termasuk upacara penyerahan kekuasaan militer dari KNIL kepada TNI pada 24 Desember 1949 dan penyerahan kedaulatan dari pemerintah Kerajaan Belanda kepada pemerintah RIS di Istana Negara pada 27 Desember 1949.


Namun dari sekian kegiatan penting itu ada yang membuat kesan tersendiri bagi Marzoeki, yakni saat pasukannya harus menjemput Presiden Sukarno di Lapangan Udara Kemayoran pada 28 Desember 1949. Marzoeki masih ingat, dengan kekuatan dua seksi (peleton), siang itu mereka berjaga di tepi landasan pesawat.


Singkat cerita, pesawat yang ditumpangi rombongan Presiden Sukarno pun tiba. Begitu menjejak tanah Jakarta, Marzoeki bergegas menghampiri Sukarno dan dengan sigap memberikan penghormatan secara militer. “Selamat datang di Jakarta, Pak Presiden!”ujar Marzoeki.


Sukarno sumringah. Sambil terseyum lebar, ia menjabat kuat tangan Marzoeki. “Bung dari Divisi Doponegoro ya?” tanyanya.


Setelah terdiam sejenak, Marzoeki lantas menjawab: “Siap! Bukan Pak, saya dari Divisi Siliwangi…”


Tiba-tiba wajah Sukarno langsung berubah. Sambil bermuka masam, ia tidak berkata lagi lalu meninggalkan Marzoeki begitu saja. Tentu saja sikap Sukarno itu membuat sang komandan kompi menjadi serba salah sekaligus merasa heran. Ada apa dengan Siliwangi? Hingga usianya kini 88 tahun, Marzoeki belum mendapat jawaban yang pasti akan sikap Sukarno itu.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian

Advertisement

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy Jusuf Jenderal Tionghoa

Tedy masuk militer karena pamannya yang mantan militer Belanda. Karier Tedy di TNI terus menanjak.
Alex Kawilarang Menolak Disebut Pahlawan

Alex Kawilarang Menolak Disebut Pahlawan

Alex Kawilarang turut berjuang dalam Perang Kemerdekaan dan mendirikan pasukan khusus TNI AD. Mantan atasan Soeharto ini menolak disebut pahlawan karena gelar pahlawan disalahgunakan untuk kepentingan dan pencitraan.
Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Mengakui Tan Malaka Sebagai Bapak Republik Indonesia

Tan Malaka pertama kali menggagas konsep negara Indonesia dalam risalah Naar de Republik Indonesia. Sejarawan mengusulkan agar negara memformalkan gelar Bapak Republik Indonesia kepada Tan Malaka.
Prajurit Keraton Ikut PKI

Prajurit Keraton Ikut PKI

Dua anggota legiun Mangkunegaran ikut serta gerakan anti-Belanda. Berujung pembuangan.
Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Perang Jawa Memicu Kemerdekaan Belgia dari Belanda

Hubungan diplomatik Indonesia dan Belgia secara resmi sudah terjalin sejak 75 tahun silam. Namun, siapa nyana, kemerdekaan Belgia dari Belanda dipicu oleh Perang Jawa.
bottom of page