top of page

Sejarah Indonesia

Kuntilanak Dan Pontianak

Kuntilanak dan Pontianak

Di balik kisah horornya, Pontianak jelas punya sejarah. Dibuka oleh seorang Syarif.

15 Juli 2024

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Perahu-perahu kargo menyusuri dermaga kanal sebagai akses transportasi utama di Pontianak sebelum era jalan darat. (Tropenmuseum/WIkipedia.org)

BERITA tentang peretasan Pusat Data Nasional (PDN) yang sempat viral beberapa waktu lalu menyasar beberapa instansi pemerintah pusat. Namun, peretasan itu sampai pula ke daerah. Pontianak ikut jadi korban peretasan. Universitas Tanjungpura selaku kampus paling bergengsi di ibukota Kalimantan Barat itu juga kena retas.


“Server Universitas Tanjungpura Pontianak diretas dan sebabkan bocornya 52 ribu data. Data yang bocor antara lain ID, email, nama pengguna, kata sandi dan nomor telepon,” demikian kumparan.com, 15 Juli 2024, memberitakan.


Kota yang dibelah Sungai Kapuas itu memang kerap “terkena” berita miring. Dalam hal paling dasar pun, yakni nama, Pontianak tak bisa dilepaskan dari “berita” miring.


Jauh sebelum Suzanna dikenal karena aktingnya sebagai kuntilanak dalam film-film horornya, kota Pontianak sudah lama diidentikkan dengan kuntilanak. Pontianak bahkan dianggap sebagai nama lain dari kuntilanak.


Kuntilanak adalah hantu yang dipercaya berasal dari perempuan hamil yang meninggal dunia. Hantu semacam ini tak hanya dipercaya di Kalimantan Barat ataupun Jawa, di Thailand pun juga.


Di Pontianak, kisah tentang kaitan kuntilanak dan nama kota itu dimulai oleh cerita rakyat (folklore) yang mengisahkan tentang Sultan Syarif Abdurahman bin Husin Alkadrie (1729-1807)  sang pendiri Kesultanan Pontianak. Dalam cerita rakyat dikisahkan, Sultan Syarif Abdurrachman suatu ketika hendak membuka sebuah negeri di Kalimantan Barat. Ketika dia memulai pendirian daerah itu, konon pontianak (kuntilanak) datang untuk mengganggunya.


Sultan yang geram lalu menembaki pontianak (kuntilanak) itu dengan meriam. Pontianak itu pun lari kocar-kacir.


Keberhasilan sultan mengusir pontianak (kuntilanak) mudian menimbulkan kepercayaan di masyarakat bahwa hanya golongan Sayyid atau Syarif (keduanya golongan keturunan Nabi Muhammad SAW) beserta keturunan mereka yang dapat mengusir hantu jenis itu.


“Sama sekali hal yang seperti ini adalah cerita yang tidak berdasar, yang tidak dapat dipertanggungjawabkan menurut ilmu pengetahuan dan inilah sisa-sisa kepercayaan jahiliyah yang masih ada pada orang yang masih berpikir sederhana,” kata Buya Hamka membantah dalam Tafsir al-Azhar Jilid 8  Diperkaya dengan Pendekatan Sejarah, Sosiologi, Tasawuf, Ilmu Kalam, Sastra, dan Psikologi.


Kendati dibantah Hamka lantaran tidak rasional, tetap saja negeri/kota yang didirikan Sultan Syarif Abdurahman itu dinamai Pontianak. Apa yang terjadi dalam sejarah Kesultanan Pontianak adalah sedari awal penguasa atau sultan Pontianak adalah keturunan Syarif dengan nama belakang yang dilafalkan al-Qodri atau Al Qadrie atau Alkadrie.


Sultan Syarif Abdurahman membuka daerah yang belakangan menjadi Pontianak itu di wilayah Kesultanan Mempawah setelah ayahnya meninggal. Pusat kerajaan tersebut berdiri pada 23 Oktober 1771.


“Kota Pontianak pada mulanya merupakan sebuah tanjung di persimpangan Sungai Kapuas Besar, Sungai Kapuas Kecil dan Sungai Landak. Konon tempat ini dulunya dihuni hantu kuntilanak (pontianak), yang kemudian menjadi nama kota tersebut,” catat M. Junus Melalatoa dalam Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia Jilid L-Z.


Daerah kesultanan itu berkembang sebagai kota dagang. Kota Pontianak menjadi persinggahan bagi para pedagang dari luar yang hendak membeli komoditas dari pedalaman Kalimantan Barat. Selain orang Melayu, pedagang dari luar itu juga datang dari sekitar Sumatra, atau dari Sulawesi seperti orang Bugis.


Sebagai daerah transit yang strategis, Pontianak cepat maju. Banyak pedagang dari luar itu kemudian menetap di wilayah Kesultanan Pontianak.


“Pedagang-pedagang yang datang dari berbagai daerah Nusantara dan luar Nusantara sebagian menetap dan mendirikan pemukiman setelah mendapat izin dari sultan untuk membuka hutan. Para pedagang pendatang yang menetap mendirikan perkampungan,” catat Hasanuddin dalam Pontianak, 1771-1900: Suatu Tinjauan Sejarah Sosial Ekonomi.


Sebagaimana di daerah-daerah lain Nusantara, perkampungan di pesisir Pontianak juga cukup heterogen. Orang Melayu, Orang Dayak, dan suku-suku lain berbaur dan saling kawin di sana. Maka, lahirlah orang-orang dengan darah yang bercampur.


Orang Pontianak dianggap sebagai Melayu-Pontianak. Mereka merupakan keturunan orang Dayak atau penduduk etnis-etnis lain yang bercampur dengan Melayu sejak lama.


“Di kerajaan-kerajaan pantai di samping usaha bertani dan berkebun, penduduk hidup juga dari usaha berdagang. Pertanian secara menetap terutama hanya terdapat di daerah-daerah kerajaan yang ada di pantai, sedang di daerah-daerah pedalaman penduduk masih tetap menyelenggarakan usaha bertani yang berpindah-pindah tempat,” kata buku Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Kalimantan Barat yang diterbitkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan lewat Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Hind Rajab dan Keheningan yang Memekakkan Telinga

Film “The Voice of Hind Rajab” jadi antidot amnesia kisah bocah Gaza yang dibantai Israel dengan 335 peluru. PBB menyertakan tragedinya sebagai bagian dari genosida.
Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Orde Baru “Memfitnah” Orang Dayak

Dulu, orang Dayak dituduh pembakar hutan yang lebih berbahaya dari industri. Padahal, tidak banyak lahan hutan alam Kalimantan yang mereka gunduli.
Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Arsip Korupsi Sejak Zaman Kompeni

Korupsi sejak masa VOC hingga kolonial Belanda terekam dalam arsip. Korupsi akan terus ada karena berkaitan dengan kekuasaan, kewenangan, dan keserakahan manusia.
Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Ziarah Sejarah ke Petamburan (1)

Dari pelatih sepakbola Timnas Indonesia Toni Pogacnik hingga pembalap Hengky Iriawan. Sejumlah pahlawan olahraga yang mewarnai sejarah Indonesia dimakamkan di TPU Petamburan.
Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Foto "Gadis Napalm" yang Kontroversial

Cerita di balik potret bocah-bocah yang menangis histeris saat terjadi serangan napalm di Perang Vietnam. Kini atribusi fotonya jadi polemik.
bottom of page